Senin, 31 Desember 2018

Refleksi 2018


Begitu banyak hal yang terjadi sepanjang tahun 2018, hanya satu yang tak berubah. Status kejombloan saya Hahaha. Tahun 2018 bentar lagi akan berakhir, dan saya mencoba merekam kisah-kisah yang masih lekat diingatan sepanjang tahun 2018 ini.

Puji syukur kepada Tuhan serta salawat kepada Rasul-Nya.
#1. Terimakasih Tuhan atas nikmat kesehatan, keselamatan dan umur panjang yang selalu engkau curahkan kepada saya, kedua orang tua serta kedua saudara saya dan orang-orang yang saya sayangi.

#2. Awal tahun saya mulai dengan perjalanan pulang dari Lombok. Akhirnya salah satu mimpi terbesar saya terwujud pada pergantian tahun 2018, yakni mendaki di salah satu gunung tertinggi di Indonesia, salah satu gunung yang begitu indah, ya saya akhirnya bisa menginjakkan kaki di puncak gunung Rinjani. Tak hanya itu, saya mendapat bonus lebih banyak dari yang saya perkirakan. Saya bisa jalan-jalan dan mengeksplor beberapa tempat yang tidak pernah saya fikirkan sebelumnya. Kala itu berangkat dari Jogja menuju Banyuwangi, lalu menyeberang ke Bali, lanjut ke Lombok lalu ke Sembalun, selanjutnya mendaki ke Rinjani. Kembali ke Lombok lalu ke Bali, selanjutnya menyeberang ke Banyuwangi lalu ke Jember dan akhir perjalanan kembali ke Jogja.

#3. Berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain. Impian saya untuk berkeliling Indonesia akhirnya menemukan titik temu. Sepihan tersebut bagai puzzle yang disusun mulai dari Jogja-Banyuwangi-Bali-Lombok-Sembalun-Lombok-Bali-Banyuwangi-Jember-Jogja-Makassar-Jogja-GunungPrau-Makassar-Jogja-Dieng-Badui-Jogja-Sukabumi-Jakarta-Bogor-Temanggung-Pati-Bandung-Semarang-Magetan-Pacitan-Pantai Papuma-Pulau Cangke-Pantai Bira-Apparalang-Pantai Wohkudu-Bandungan-Grojogan Sewu-Telaga Sarangan-Pantai Banyutibo. Perjalalan memberikan saya begitu banyak pelajaran hidup, bertemu dengan banyak orang dan memetik hikmah dari setiap perjalanan. Perjalanan diatas ada yang saya lakukan rombongan dan ada beberapa yang saya lakukan sendiri. Tahun ini mencoba menantang diri untuk berjalan sendiri, dan ternyata bukan sebuah ide yang buruk. Berjalan sendiri malah memberikan saya kesempatan lebih banyak untuk belajar, refleksi diri dan membuka pembicaraan dengan orang-orang yang saya temui sepanjang perjalanan.

#4. Menjadi seorang sekretaris Aksos HMP UGM. Sebuah hal yang patut saya berikan apresiasi untuk diri saya sendiri, mampu menjalankan amanah dengan baik setidaknya itu penilaian saya secara pribadi. Saya tak pernah menyangka bisa melakukan hal tersebut, saya yang amburadul dan tidak administratif mendapat tantangan untuk menjadi sekretaris. Kala itu, saat saya ditawarkan jabatan tersebut saya mengambilnya, hitung-hitung sebagai ajang melawan segala keterbatasan. Satu periode menjabat saya belajar bahwa ketika kita sudah mematrikan dalam hati bahwa amanah itu adalah sebuah tanggung jawab maka kita akan maksimal untuk melakukannya meskipun itu bukan bidang yang kita kuasai, susah bukan berarti tak bisa, bukan? Terhitung dari pelantikan bersama di bulan Februari bersama semua UKM dan HMP hingga Musyawarah Besar Alhamdulillah saya tidak pernah meninggalkan dan mampu menyelesaikan amanah dengan baik. Banyak yang suka tapi ada juga yang tidak suka, namun bukankah kita memang tak bisa memaksakan semua orang suka terhadap kita. Sebaik apapun yang kita lakukan akan ada orang-orang yang mendukung pun juga yang tak suka. Semua itu memberikan pelajaran yang sangat banyak untuk bisa mengendalikan emosi dan belajar manajemen diri.

#5. Menjadi kadiv sosmas LPDP UGM. Tahun ini menjadi tahun untuk berproses lebih banyak, disamping menjadi sekretaris di Aksos saya pun menjadi kepala divisi Sosial Masyarakat kelurahan LPDP UGM. Sederhana saja alasan saya mengapa menerima tawaran untuk menjadi kadiv saat ditawari, karena saya berfikir bahwa ini adalah salah satu bentuk terima kasih saya kepada LPDP yang telah membiayai UKT dan hidup saya selama kuliah. Menjadi pengurus adalah bentuk pengabdian saya. Namun kenyataan di lapangan tidak semudah dibayangan saya, menjadi pengurus inti di dua lembaga yang berbeda dengan orang-orang yang berbeda ternyata bukan hal yang mudah. Sebelumnya saya diingatkan oleh salah seorang teman untuk mengambil salah satu saja, dengan pesan waktu itu bahwa dualisme lembaga akan membuat kamu condong di tempat yang membuatmu nyaman dan kenyataannya memang iya. Karena tanggung jawab dan kenyamanan yang mulai saya bangun di Aksos maka saya tertatih menjalani tanggung jawab saya sebagai kadiv di kelurahan, meski Alhamdulillahnya semua program kerja yang saya dan teman-teman anggota Sosmas lainnya telah susun saat awal kepengurusan bisa terealisasi 100%. Pesan moral yang saya dapatkan bahwa mendua bukan sesuatu yang baik karena sebagai manusia biasa adil itu bukan sesuatu yang mudah untuk kita jalani. Tanggung jawab tak cukup membuat kita bertahan, tapi ada kenyamanan yang akan mendampingi mampu tidaknya kita menjalani semua tanggung jawab yang diberikan.

#6. Merintis bisnis. Tahun ini ada beberapa uji coba bisnis yang saya lakukan. Sebut saja Kuliner Karaeng bisnis pisang ijo yang saya rintis bersama 9 teman lainnya yang tergabung dalam grup Kuliner Karaeng. Usaha tersebut berjalan lancar selama beberapa bulan, hingga satu persatu gugur dan akhirnya bisnis tersebut sekarang lagi mati suri. Bisnis kedua yang saya coba adalah bisnis keripik, bersama dua teman lainnya. Sama dengan bisnis pisang ijo tersebut bisnis keripik ini pun jaya di awal selama beberapa minggu dan sekarang juga mati suri. Banyak hal yang saya petik hikmahnya dalam dua bisnis tersebut, berbisnis tidak bisa memakai sistem kekeluargaan karena sistem kekeluargaan akan mentolerir banyak hal yang tidak sepatutnya ditolerir dalam dunia bisnis. Seyogyanya memang dipisahkan ranah antara “keluarga” dan bisnis, seperti kata salah seorang teman “kita membangun ini atas asas kekeluargaan, tapi jangan sampai asas tersebut malah menghancurkan hubungan kekeluargaan kita”. Pun dalam bisnis ini saya belajar bahwa untuk memulai sesuatu harusnya kita mencari partner yang sevisi, atau seenggak-enggaknya seseorang yang ingin berjuang sama-sama, sama-sama saling membesarkan dan sama-sama memiliki rasa kepemilikin atas usaha yang kita jalani. Tapi saya tak pernah kecewa bahkan ketika bisnis-bisnis tersebut pun mati suri, setidak-tidaknya ada yang bisa saya ceritakan suatu hari nanti bahwa saya pernah mencoba bisnis seperti itu dan gagal.

#7. Membesarkan Panrita seperti anak sendiri. Panrita merupakan salah satu proyek dibidang jasa yang kami bangun sejak 02-01-2017. Proyek iseng yang akhirnya kami seriusi. Tak menyangka  perkembangannya sudah seperti sekarang ini. Proyek yang awalnya iseng ternyata begitu diminati. Namanya proyek dibidang jasa menuntut kami untuk melakukan lebih dan lebih karena ada tanggung jawab moral yang kami miliki. Tantangannya lebih besar dari pada tahun kemarin. Siswa yang semakin banyak dan kesibukan kami masing-masing yang begitu padat. Namun karena kerjasamanya dengan orang-orang hebat yang sama-sama ingin membesarkan, sama-sama telah memiliki rasa kepemilikan akan sesuatu yang kami jalani, sama-sama bertanggung jawab dibidang kami masing-masing maka semua rintangan mampu kami lewati bersama. Tak luput saya berikan apresiasi yang begitu besar kepada salah seorang tim yang menjadi kakak kami bersama yang tidak pernah meninggalkan sekali pun, begitu detail memberikan job dan memeriksa job kami masing-masing, yang begitu sabar menghadapi kami dan yang tau bagaimana cara menghargai dan membuat orang merasa begitu dibutuhkan sehingga semangat kami tetap membara meski dihujani banyak kesibukan. Terima kasih kakak dan terima kasih gengs, kalian partner terbaik.

#8. Program mengajar sehari. Sehari Bersama Anak Negeri (SBAN) dan funday school adalah dua program mengajar sehari dari dua organisasi yang berbeda dengan rentan waktu yang hampir bersamaan. Dua program tersebut yang saya dipercayakan menjadi “ketua pelaksana”. Bukan hal yang mudah menghandle dua program bersamaan dari dua organisasi yang berbeda, namun lagi-lagi saya berpendapat bahwa susah bukan berarti tak bisa, karena saya kerjasama dengan orang-orang terbaik yang totalitas maka dua kegiatan tersebut Alhamdulillah bisa berjalan dengan sangat baik, setidaknya itu menurut versiku. Apresiasi dan terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman yang telah membersamai untuk mewujudkan program ini, senyum tulus dari anak-anak yang diajar adalah bayaran atas pengorbanan teman-teman.

#9. Berbagi nasi. Ini adalah kegiatan rutin yang saya mulai sejak Februari 2018. Niat awalnya sih karena memang ingin berbagi. Saya selalu terenyuh ketika menyusuri jalan sepanjang Jogjakarta dan melihat para pemulung dan orang-orang yang tidur di jalanan, hingga saya berfikir untuk melakukan hal kecil, akhirnya tercetuslah berbagi nasi di hari jumat. Pemilihan hari jumat karena kami belum mampu untuk melakukannya setiap hari dan pemilihan hari jumat karena hari jumat merupakan hari yang penuh berkah, ini merupakan kepercayaan dalam agama yang saya anut. Kegiatan tersebut dibantu oleh teman-teman Kuliner Karaeng, bulan-bulan awal kadang kami berangkat berdelapan jadi bisa menyusuri empat titik, makin ke sini makin fluktuatif yang ikut. Kadang berenam, kadang berempat namun lebih sering berdua. Kesibukan dan kemageran pagi-pagi adalah alasan semakin ke sini semakin berkurang yang ikut. Tapi meski demikian itu tak mengurangi semangat kami untuk tetap berbagi. Ada rasa bahagia dan syukur yang begitu besar ketika kami memberikan nasi kepada orang-orang di jalan dan mereka menerimanya dengan raut muka yang begitu bahagia hingga tak berhenti merapalkan doa kebaikan untuk kami.

#10. Jatuh, bangun, baper, menerima, mengikhlaskan. Begitu banyak hal yang menguras hati dan fikiran sepanjang tahun 2018, namun tak sedikit pula kebahagiaan yang saya terima. Bertemu dan kerjasama dengan orang-orang hebat mengajarkan saya arti kesyukuran dan menyederhanakan konsep kebahagiaan. Bertemu dengan orang-orang yang membuat saya sakit hati mengajarkan saya untuk lebih kuat dan belajar menerima, memaafkan dan mengikhlaskan hingga sampai pada satu titik “lega”. Semua hal yang terjadi baik yang membahagiakan ataupun yang membuat sakit hati adalah rentetean pelajaran untuk menjadi sosok manusia yang lebih berkualitas.

Terima kasih 365 harinya yang penuh dengan cerita yang beragam. Terima kasih semua tempat yang telah menyambut dengan begitu hangat. Terima kasih untuk orang-orang yang telah menyayangiku dengan begitu tulus dan apa adanya, terima kasih untuk orang-orang yang tidak menyukaiku karena kalian saya belajar untuk lebih memperbaiki diri. Dan terima kasiiih untuk banyak hal yang luput saya tuliskan, selamat menyongsong tahun yang baru dengan harapan yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...