Sabtu, 29 Desember 2018

Nilai-nilai yang mama tanamkan



Kasih ibu, kepada beta. Tak terhingga sepanjang masa.
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia.

Kalau cinta kasih itu memang ada, maka cinta kasih seorang ibu adalah cinta kasih yang paling nyata. Kasih sayang ibu tak terbantahkan waktu.

Tulisan ini adalah tulisan yang sudah lama kutulis sebagai bentuk terima kasih kepada ibu yang telah melahirkanku, tersimpan rapi di folder laptop dan sekarang saya ikutkan dalam kompetisi blogger Jasmine Elektrik dalam rangka hari ibu. 

Ibu, Mama, Mami, Bunda, Enyak. Apapun panggilannya tetap menjadi seseorang yang sangat special. Seseorang yang dengan penuh perjuangan rela rahimnya menjadi tempat bernaung selama 9 bulan. Ibu adalah seseorang yang penuh keikhlasan, rela hari-harinya menjadi hari-hari yang begitu berat, mulai dari mengandung, melahirkan, merawat dan menjaga anaknya hingga tubuh besar dan dewasa. Ibu dengan penuh keikhlasan merawat anak-anaknya hingga besar, dan merelakannya mengambil sebuah pilihan ketika anak-anaknya sudah beranjak dewasa.

Ketika hingar bingar dunia begitu menyilaukan. Ketika nongkrong bersama teman begitu mengasyikkan. Ketika pekerjaan menjadi prioritas. Kita acapkali lupa akan keberadaan dan kontribusi ibu. Namun, sedetik pun ibu tak akan pernah luput dari mengingat dan menyebut nama kita dalam setiap helaan nafas dan bait-bait doa yang dilantunkan.

Ibu. Aku menyebutnya mama. Mamaku adalah orang terbaik yang pernah aku miliki dan akan selalu begitu. Mama yang mengandungku, merawatku dan mendoakanku dalam setiap langkah kakiku. Mama yang tak pernah tidur nyenyak sebelum memastikan anak-anaknya sudah sampai dirumah dengan selamat. Mama yang rela ingin menukar kesehatannya dengan sakit yang anaknya rasakan. mama adalah orang yang marahnya pun mengandung begitu besar rasa peduli.

Seringkali ketika aku pulang begitu larut. Aku kadang tercengang dan merasa bersalah. Ketika motorku sudah terparkir depan pintu, dengan muka bantal mamaku membukakan pintu sebelum aku mengetuk pintu. Mama yang tidurnya tak pernah nyenyak sebelum aku dan adikku dipastikan sudah tidur nyenyak. Mama yang menyambut dengan marah-marah, marah karena sebuah kehkawatiran.

Ketika marah pun, kepedulian itu tak pernah luntur. Sering kudapati mama saat marah namun tetap saja memperhatikanku. Memakaikanku selimut saat aku lupa mengenakan selimut dan tiba-tiba terlelap. Sering kudapati mama dalam kondisiku yang setengah tidur mencium keningku dipagi buta dan mengucapkan beberapa doa.

Mama adalah orang yang paling sering muncul dalam layar handphoneku, menelpon sesering mungkin untuk memastikan keberadaan dan keselamatanku ketika aku berada diluar rumah, dengan siapa aku bergaul dan kemana aku melangkah. Aku diberi kebebasan, namun tak pernah luput dari pengawasan. Ketika sekolah bahkan saat sudah kuliah pun, panggilan dari mama akan lebih sering masuk dibanding makanku setiap hari.

Saat aku berada di kota lain, mamaku akan lebih sering lagi menelfon, untuk sekedar membangunkan, mengingatkan makan dan sholat bahkan untuk mengucapkan selamat tidur.
Nilai-nilai yang ditanamkan mama sampai sekarang masih setia kulakoni, dulu sering sekali bahkan sangat keras ultimatum untuk menunaikan sholat. Setiap subuh harus selalu kupastikan aku sudah selesai sholat sebelum mamaku menelfon, atau kalau gak mamaku pasti akan ngomel tiada henti. Kebiasaan yang ditanamkan itulah yang membuat aku terbiasa, sekarang tanpa diingatkan pun pasti selalu menunaikan sholat 5 waktu. Nilai lain yang ditanamkan mama adalah bersih-bersih rumah dan masak, mama begitu keras dalam dua hal ini, karena mama selalu berfikir bahwa “gak selamanya kita hidup dalam satu rumah yang sama, nanti kalau sudah menikah kamu harus mencari jalanmu sendiri” dulu aku sering berdalih nanti juga ambil pembantu kok kalau tak mampu bersih-bersih ataupun masak, tanggapan mama “untung kalau kamu nanti jadi orang kaya, kalau gak? Sekarang kamu masih bisa tinggal sama mama dan bisa seenaknya, tapi ketika kamu sudah menikah kamu sudah harus bisa mandiri”. Kalimat yang diulang-ulang itu yang akhirnya memaksa aku untuk bisa masak dan bersih-bersih di mana pun berada, dan sampai sekarang ketika berada jauh dari rumah, ketika harus tinggal sendiri karena menempuh pendidikan di kota yang berbeda akhirnya aku bisa melakukan semuanya sendiri, mulai dari bersih-bersih, masak hingga mengurusi diri sendiri.

Ah mama, terimakasih untuk semua hal yang telah kau lakukan. Pengorbananmu, kasih sayang, cinta tulusmu tak akan pernah habis meski diceritakan setiap hari. Sehat terus dan panjang umur ma, hingga nanti aku mampu mempersembahkan kesuksesanku untukmu dan mampu membahagianmu.

https://jasmine-elektrik.com/
#JasmineElektrikCeritaIbu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...