Jumat, 28 Desember 2018

Berhenti berlari, belajarlah menerima



Teringat kata teman “jangan pernah lari dari kenyataan, karena itu tak ada garis finishnya”. 

Jadii mau gak mau apapun itu harus tetap dihadapi. Aku sudah merasa sangat tenang dengan hidupku, dengan aktifitasku, dengan rutinitasku. Menyibukkan diri menyelesaikan Tesis sehingga fikiranku tak memikirkan yang tak semestinya difikirkan. Tak lain tak bukan karena aku lagi menghindari membahas dan bertemu dengan seseorang. Seseorang yang bukan siapa-siapa. Aku tak memiliki hubungan apa-apa dengannya, tapi rasa kepemilikanku terhadapnya begitu tinggi. Aneh memang, tak ada hubungan apa-apa kok cemburunya malah gak bisa dikontrol. Yah, aku memang sereceh itu, cemburu melihatnya jalan sama orang lain, cemburu saat tau dia intens komunikasi sama orang lain, cemburu saat ada orang yang berbicara banyak tentangnya seolah-olah dia tau banyak hal tentangnya.

Tapi semakin aku menghindar, informasi tentangnya malah datang begitu banyak, tanpa bisa aku kontrol tanpa bisa aku tolak. Ah mungkin memang seharusnya dihadapi, hadapi dengan segala kesakit hatian dan kecemburuan yang ada, hingga akhirnya rasa sakit dan cemburu itu jenuh dan berubah menjadi biasa-biasa aja.

Salahku terlalu nyaman kepadamu. Hingga aku tak rela ada orang lain yang merasakan hal yang sama. Salahku yang selalu menolak dan memanipulasi otakku bahwa kau itu buruk hanya agar aku bisa membencimu. Tapi semakin aku mencoba melupakanmu, mencoba membencimu, mencoba menjelek-jelekkanmu dari alam fikirku semakin aku teringat tentangmu, semakin keras aku berdoa agar kau baik-baik saja dan selalu bahagia.

Arghhh, pengen teriak dan marah. Tapi sama siapa? Tak ada gunanya. Hanya merendahkan diri sendiri. Satu-satunya hal untuk mengobati semua yang telah terjadi adalah penerimaan, menerima keadaan dan kenyataan yang ada bahwa kita memang bukan siapa-siapa dan dia berhak dekat dan menjalin hubungan dengan siapapun. Menerima keadaan dan berkarya. Menerima lalu melampiaskannya dengan karya, karena pelarian dan pelampiasan yang paling elegant adalah dengan karya.

Sudah sudah, tak usah sedih begitu. Mintalah sama sang pemilik hati untuk dilapangkan dan diberikan yang terbaik. Kamu indah jika tersenyum :)
Sudut kamar, 28 Desember 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...