Teringat
kata teman “jangan pernah lari dari kenyataan, karena itu tak ada garis
finishnya”.
Jadii mau
gak mau apapun itu harus tetap dihadapi. Aku sudah merasa sangat tenang dengan
hidupku, dengan aktifitasku, dengan rutinitasku. Menyibukkan diri menyelesaikan
Tesis sehingga fikiranku tak memikirkan yang tak semestinya difikirkan. Tak
lain tak bukan karena aku lagi menghindari membahas dan bertemu dengan seseorang.
Seseorang yang bukan siapa-siapa. Aku tak memiliki hubungan apa-apa dengannya,
tapi rasa kepemilikanku terhadapnya begitu tinggi. Aneh memang, tak ada hubungan
apa-apa kok cemburunya malah gak bisa dikontrol. Yah, aku memang sereceh itu,
cemburu melihatnya jalan sama orang lain, cemburu saat tau dia intens
komunikasi sama orang lain, cemburu saat ada orang yang berbicara banyak
tentangnya seolah-olah dia tau banyak hal tentangnya.
Tapi
semakin aku menghindar, informasi tentangnya malah datang begitu banyak, tanpa
bisa aku kontrol tanpa bisa aku tolak. Ah mungkin memang seharusnya dihadapi,
hadapi dengan segala kesakit hatian dan kecemburuan yang ada, hingga akhirnya
rasa sakit dan cemburu itu jenuh dan berubah menjadi biasa-biasa aja.
Salahku
terlalu nyaman kepadamu. Hingga aku tak rela ada orang lain yang merasakan hal
yang sama. Salahku yang selalu menolak dan memanipulasi otakku bahwa kau itu
buruk hanya agar aku bisa membencimu. Tapi semakin aku mencoba melupakanmu, mencoba
membencimu, mencoba menjelek-jelekkanmu dari alam fikirku semakin aku teringat
tentangmu, semakin keras aku berdoa agar kau baik-baik saja dan selalu bahagia.
Arghhh,
pengen teriak dan marah. Tapi sama siapa? Tak ada gunanya. Hanya merendahkan
diri sendiri. Satu-satunya hal untuk mengobati semua yang telah terjadi adalah
penerimaan, menerima keadaan dan kenyataan yang ada bahwa kita memang bukan
siapa-siapa dan dia berhak dekat dan menjalin hubungan dengan siapapun.
Menerima keadaan dan berkarya. Menerima lalu melampiaskannya dengan karya,
karena pelarian dan pelampiasan yang paling elegant
adalah dengan karya.
Sudah
sudah, tak usah sedih begitu. Mintalah sama sang pemilik hati untuk dilapangkan
dan diberikan yang terbaik. Kamu indah jika tersenyum :)
Sudut
kamar, 28 Desember 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar