Namanya
kak Yuli, seseorang yang sudah kuanggap sebagai kakak sendiri. Kakak yang
kukenal sejak tahun 2010 saat aku pertama masuk kuliah pada jenjang S1. Kakak
yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jendral di Mapala *MPAS Maestro FBS
UNM*. Aku yang dengan sukarela menyerahkan diri untuk menjadi anggota pada saat
itu tanpa di prospek oleh siapa-siapa, hahaha. Lucu ketika mengingat proses
awal mendaftar di Mapala dan memutuskan menjadi anggota. Kak Yuli adlaah salah
seorang yang sangat tau prosesku kayak bagaimana, dari awalnya yang begitu
manja hingga batu tak peduli apapun. Salah seorang yang membentuk karakterku
yang berawal dari organisasi yang bernama Mapala.
Kak
Yuli pun menjadi salah seorang yang berperan dalam kelulusanku di LPDP. Kala
itu aku baru balik dari Papua, ingat banget waktu itu. Aku dan kak Yuli bertemu
di Sekretariat. Kak Yuli mengajak aku daftar LPDP, aku sempat menolak dengan
alasan belum punya TOEFL dan gak begitu tertarik. Tapi kak Yuli tak henti
memprospekku hingga memberikan jadwak TOEFL dan kami tes bersamaan.
Alhamdulillah skor kami mencapai target dan kami pun sama-sama mendaftar LPDP
bersamaan. Selama proses dua bulan dari tes TOEFL, mengerjakan Essat, latihan
hingga pengumuman kelulusan selalu ada kak Yuli yang menemani. Hampir tiap hari
aku diajak untuk mengerjakan essay di kantornya, aku yang gampang bingungan ini
dibuatin mind mapping hingga aku bisa
menghasilkan esaay yang menjadi prasyarat waktu itu, kami pun latihan bersama
untuk menghadapi tes.
Hingga
hari pengumuman tiba, hal yang paling sulit bagiku adalah melihat hasil
pengumuman. Aku bersyukur karena melihat namaku dengan keterangan lulus. Aku
yang waktu itu sekalian mengecek akun kak Yuli dan mendapati kak Yuli tidak
lulus merasa sangat sedih. Aku tak punya cukup nyali untuk menyampaikan
hasilnya, aku hanya memberitahu kalau pengumuan telah keluar. Pil pahit pun
harus diterima kak Yuli, ketidaklulusan, lebih tepatnya kesuksesannya tertunda.
Kalau tidak salah proses pendaftaran di LPDP waktu itu adalah apply beasiswa kak Yuli ke-empat atau ke-lima. Kecewa? Pasti.
Tapi dia tidak berhenti. Masih terus dicobanyanya kesempatan yang lain, kali
itu sudah tak ada yang tahu kalau kak Yuli daftar beasiswa lagi, karena yang
menyakitkan sebenarnya bukan karena “gagal” tapi karena pertanyaan basa basi orang.
Kok bisa kamu gak lulus? Kamu kan gini, kamu kan gitu, kok bisa? Dan masih
banyak pertanyaan dan pernyataan yang kelihatan perhatian tapi menyakitkan.
Kami sempat berdiskusi, aku sempat bertanya “Kak, gimana kalau cari beasiswa
dalam Negeri saja, mungkin akan lebih mudah”, Tanyaku. Kepalang tanggung, ini
sudah lebih dari setengah jalan, jawabnya. Dan itu dibuktikan dengan berita
bahagia yang disampaikan beberapa minggu setelah itu.
Satu
hari kak Yuli mengabari kalau dia akhirnya mendapat beasiswa BU ke Luar Negeri.
Alhamdulillah usaha tak pernah mengkhianati hasil memang. Proses dan perjuangan
berbuah indah. Dan itu adalah batch terakhir masyarakat umum bisa dapat
beasiswa ke Luar Negeri. Setelah itu, tak lama berselang setelah kabar bahagia
lulus BU itu disampaikan, kembali kak Yuli mengabari kalau dia akan menikah
dengan lelaki yang telah membersamainya selama beberapa tahun. Perjalanan yang
sungguh penuh dengan kejutan dan pencapaian. Keterima beasiswa Oktober, menikah
di Desember. Kebahagiaan sekaligus perjuangan. Mengurus dua hal yang sama
berartinya, sama-sama masa depan, pernikahan dan pendidikan. Tapi bukan kak Yuli
namanya kalau tidak mampu melewati itu semua. Dulu pun selama di Mapala
presatasinya tak henti-henti, dua periode menjadi sekretaris jendral, satu
periode menjabat menjadi ketua mapala (Ketua pertama dan hingga saat ini pun
menjadi ketua satu-satunya cewek), coordinator BKP, dan sempat menjadi ketua
panitia JKD. Jadi sudah terbiasa dengan kegiatan besar dan tekanan. Meskipun
pasti ada bedanya, dulunya adalah tanggung jawab di organisasi, ini adalah
urusan pribadi dan masa depan. Alhamdulillah karena perjuangan Allah pun
memberikan jalan dan kemudahan. Apply kampus beres, nikah pun Alhamdulillah lancer
di oktober. Lalu hamil Januari dan berangkat kuliah Februari.
Perjuangan
yang tidak mudah, hamil muda dan lanjut kuliah di Negara orang, sendirian
karena waktu itu visa sang suami belum kunjung keluar. Mencoba menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang baru, sistem pendidikan yang baru dan dalam keadaan
hamil. Tapi lagi lagi, bukan kak Yuli namanya kalau tidak mampu untuk melewati
semua itu. Bahkan hingga melahirkan pun di Luar Negeri tidak didampingi dengan
suami karena visa yang begitu lama keluarnya, Alhamdulillah ada mamanya yang
datang mendampingi. Anaknya pun lahir dan suaminya sudah berada di Australia.
Perjalanan panjang yang penuh suka duka.
2
tahun berlalu, kak Yuli telah menyelesaikan kewajiban akademiknya dan mengabari
akan balik ke Indo. Balik ke Indo untuk liburan dak ketemu sama keluarga,
karena ternyata kabar ada bahagia lagi, dia mengabari bahwa dia mendapatkan
beasiswa PhD di kampus yang sama, beasiswa yang khusus untuk alumni kampus
tersebut. Aku sungguh bahagia mendengar kabar tesebut, mengingat perjuangan dan
proses panjang yang pernah dilalui, bahkan kegagalan beberapa kali. Sekarang
berbuah indah, diberikan jalan dan kemudahan oleh Allah untuk mewujudkan
mimpinya.
Ya
memang benar, perjuangan itu tak akan sia-sia. Memang benar bahwa sesuatu yang
terbaik akan datang di saat yang tepat. Dan memang benar bahwa tidak ada
sesuatu yang lambat, pun tak ada yang terlalu cepat. Semua sudah dengan
porsinya masing-masing. Terima kasih untuk ceritanya kak :’), terima kasih
telah membersamaiku berproses dan telah menjadi salah satu orang yang membentuk
karakterku. Terima kasih :’), sukses untuk kita bersama.
Yogyakarta,
21 Desember 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar