Jumat, 21 Desember 2018

Segala sesuatu akan tepat waktu


Namanya kak Yuli, seseorang yang sudah kuanggap sebagai kakak sendiri. Kakak yang kukenal sejak tahun 2010 saat aku pertama masuk kuliah pada jenjang S1. Kakak yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jendral di Mapala *MPAS Maestro FBS UNM*. Aku yang dengan sukarela menyerahkan diri untuk menjadi anggota pada saat itu tanpa di prospek oleh siapa-siapa, hahaha. Lucu ketika mengingat proses awal mendaftar di Mapala dan memutuskan menjadi anggota. Kak Yuli adlaah salah seorang yang sangat tau prosesku kayak bagaimana, dari awalnya yang begitu manja hingga batu tak peduli apapun. Salah seorang yang membentuk karakterku yang berawal dari organisasi yang bernama Mapala.

Kak Yuli pun menjadi salah seorang yang berperan dalam kelulusanku di LPDP. Kala itu aku baru balik dari Papua, ingat banget waktu itu. Aku dan kak Yuli bertemu di Sekretariat. Kak Yuli mengajak aku daftar LPDP, aku sempat menolak dengan alasan belum punya TOEFL dan gak begitu tertarik. Tapi kak Yuli tak henti memprospekku hingga memberikan jadwak TOEFL dan kami tes bersamaan. Alhamdulillah skor kami mencapai target dan kami pun sama-sama mendaftar LPDP bersamaan. Selama proses dua bulan dari tes TOEFL, mengerjakan Essat, latihan hingga pengumuman kelulusan selalu ada kak Yuli yang menemani. Hampir tiap hari aku diajak untuk mengerjakan essay di kantornya, aku yang gampang bingungan ini dibuatin mind mapping hingga aku bisa menghasilkan esaay yang menjadi prasyarat waktu itu, kami pun latihan bersama untuk menghadapi tes.

Hingga hari pengumuman tiba, hal yang paling sulit bagiku adalah melihat hasil pengumuman. Aku bersyukur karena melihat namaku dengan keterangan lulus. Aku yang waktu itu sekalian mengecek akun kak Yuli dan mendapati kak Yuli tidak lulus merasa sangat sedih. Aku tak punya cukup nyali untuk menyampaikan hasilnya, aku hanya memberitahu kalau pengumuan telah keluar. Pil pahit pun harus diterima kak Yuli, ketidaklulusan, lebih tepatnya kesuksesannya tertunda. Kalau tidak salah proses pendaftaran di LPDP waktu itu adalah apply beasiswa kak Yuli ke-empat atau ke-lima. Kecewa? Pasti. Tapi dia tidak berhenti. Masih terus dicobanyanya kesempatan yang lain, kali itu sudah tak ada yang tahu kalau kak Yuli daftar beasiswa lagi, karena yang menyakitkan sebenarnya bukan karena “gagal” tapi karena pertanyaan basa basi orang. Kok bisa kamu gak lulus? Kamu kan gini, kamu kan gitu, kok bisa? Dan masih banyak pertanyaan dan pernyataan yang kelihatan perhatian tapi menyakitkan. Kami sempat berdiskusi, aku sempat bertanya “Kak, gimana kalau cari beasiswa dalam Negeri saja, mungkin akan lebih mudah”, Tanyaku. Kepalang tanggung, ini sudah lebih dari setengah jalan, jawabnya. Dan itu dibuktikan dengan berita bahagia yang disampaikan beberapa minggu setelah itu.

Satu hari kak Yuli mengabari kalau dia akhirnya mendapat beasiswa BU ke Luar Negeri. Alhamdulillah usaha tak pernah mengkhianati hasil memang. Proses dan perjuangan berbuah indah. Dan itu adalah batch terakhir masyarakat umum bisa dapat beasiswa ke Luar Negeri. Setelah itu, tak lama berselang setelah kabar bahagia lulus BU itu disampaikan, kembali kak Yuli mengabari kalau dia akan menikah dengan lelaki yang telah membersamainya selama beberapa tahun. Perjalanan yang sungguh penuh dengan kejutan dan pencapaian. Keterima beasiswa Oktober, menikah di Desember. Kebahagiaan sekaligus perjuangan. Mengurus dua hal yang sama berartinya, sama-sama masa depan, pernikahan dan pendidikan. Tapi bukan kak Yuli namanya kalau tidak mampu melewati itu semua. Dulu pun selama di Mapala presatasinya tak henti-henti, dua periode menjadi sekretaris jendral, satu periode menjabat menjadi ketua mapala (Ketua pertama dan hingga saat ini pun menjadi ketua satu-satunya cewek), coordinator BKP, dan sempat menjadi ketua panitia JKD. Jadi sudah terbiasa dengan kegiatan besar dan tekanan. Meskipun pasti ada bedanya, dulunya adalah tanggung jawab di organisasi, ini adalah urusan pribadi dan masa depan. Alhamdulillah karena perjuangan Allah pun memberikan jalan dan kemudahan. Apply kampus beres, nikah pun Alhamdulillah lancer di oktober. Lalu hamil Januari dan berangkat kuliah Februari.

Perjuangan yang tidak mudah, hamil muda dan lanjut kuliah di Negara orang, sendirian karena waktu itu visa sang suami belum kunjung keluar. Mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, sistem pendidikan yang baru dan dalam keadaan hamil. Tapi lagi lagi, bukan kak Yuli namanya kalau tidak mampu untuk melewati semua itu. Bahkan hingga melahirkan pun di Luar Negeri tidak didampingi dengan suami karena visa yang begitu lama keluarnya, Alhamdulillah ada mamanya yang datang mendampingi. Anaknya pun lahir dan suaminya sudah berada di Australia. Perjalanan panjang yang penuh suka duka.

2 tahun berlalu, kak Yuli telah menyelesaikan kewajiban akademiknya dan mengabari akan balik ke Indo. Balik ke Indo untuk liburan dak ketemu sama keluarga, karena ternyata kabar ada bahagia lagi, dia mengabari bahwa dia mendapatkan beasiswa PhD di kampus yang sama, beasiswa yang khusus untuk alumni kampus tersebut. Aku sungguh bahagia mendengar kabar tesebut, mengingat perjuangan dan proses panjang yang pernah dilalui, bahkan kegagalan beberapa kali. Sekarang berbuah indah, diberikan jalan dan kemudahan oleh Allah untuk mewujudkan mimpinya.

Ya memang benar, perjuangan itu tak akan sia-sia. Memang benar bahwa sesuatu yang terbaik akan datang di saat yang tepat. Dan memang benar bahwa tidak ada sesuatu yang lambat, pun tak ada yang terlalu cepat. Semua sudah dengan porsinya masing-masing. Terima kasih untuk ceritanya kak :’), terima kasih telah membersamaiku berproses dan telah menjadi salah satu orang yang membentuk karakterku. Terima kasih :’), sukses untuk kita bersama.
Yogyakarta, 21 Desember 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...