Maaf, untuk laku yang tak berkenan
Maaf, untuk nada yang meninggi
Maaf, untuk segala hal yang menjadikan kita "berbeda" yang
akhirnya saling menciderai hati kita masing-masing
Kita satu tujuan, hanya saja jalannya berbeda. Kita sebenarnya
sama, hanya saja tak ada komunikasi. Hingga yang satu merasa lebih baik dan
lebih benar dibanding yang lain.
Kenapa kita tak mau sedikit menurunkan ego, menyatukan visi,
misi dan berkolaborasi untuk gebrakan yang jauh lebih baik?
Bukankah sesuatu yang massive jauh lebih berdampak dibanding
pergerakan satu persatu?
Ego kita begitu membumbung tinggi, hingga tak bisa saling
memahami. Satu dengan yang lain merasa lebih baik dan lebih benar dibanding
yang lain.
Penghargaan, ya kita krisis penghargaan. Kita terlalu terbiasa
mengkritik tanpa adanya penghargaan. Sesuatu yang kita lihat dari luar
biasa-biasa saja bahkan mendekati buruk, ada usaha dan pengorbanan yang orang
lakukan untuk mengerjakan itu. Kenapa kita menutup mata dari semua hal itu?
Kita selalu merasa lebih baik, kita sering sekali merasa
pintar tapi tak pintar merasa.
Ah manusia, kita lagi lagi akan berlindung dalam alibi
manusia tempatnya salah dan khilaf. Manusia tak ada yang sempurna.
Sedikit tulisan kerisauan, refleksi dan nasehat diri. Semoga
nantinya diri ini bisa membuka mata akan arti sebuah proses, bukan hanya
menuhankan hasil.
Yogyakarta, 03 Desember
2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar