Sore
yang mendung, aku dan dia membelah kemacetan kota Jogja yang setiap sore selalu
dipadati oleh kendaraan yang berlomba pulang bertemu keluarga dan kasur. Padat
merayap roda dua dan empat memenuhi jalan yang memiliki lampu lalu lintas.
Dalam perjalanan, kami mengobrol banyak hal. Aku kembali bercerita tentang
beberapa keresahanku. Biar saja kupanggil dia kakak, karena aku telah
menganggapnya layaknya kakakku sendiri. “Kak, kabarin ya kalau ada
kegiatan-kegiatan, aku pengen banget ikut”, semenjak purna tugas dari
organisasi kegiatanku sehari-hari adalah mengerjakan deadline tugas dan tesis,
main dan sesekali ikut kegiatan volunteering, ternyata itu belum cukup padat
menyita waktu dan hari-hariku, aku masih haus banyak kegiatan biar bisa lebih
banyak belajar dan bermanfaat untuk orang lain.
“Kegiatan
apa? Coba liat statusnya si X. Dia banyak menyebar info-info kegiatan,
jawabnya”. Oooh. Tapi dia untuk sementara aku mute dari statusku, karena kadang apa yang dia posting bernada
menyindir jadi aku lebih memilih untuk menjaga hatiku biar tidak selalu
diliputi prasangka. Dia lalu tertawa terbahak. Lalu obrolan kami berlanjut,
“Kamu daftar aja menjadi relawan di organisasi X, katanya”. Aku sebenarnya
kemarin mau daftar, tapi aku takut gak amanah e, jawabku. Amanah itu kan gak
harus selalu ada setiap ada kegiatan, timpalnya kembali. Tapi menurut aku
pribadi mah ketika aku memutuskan untuk mengambil suatu peran, ketika aku
memutuskan untuk mengambil amanah aku harus bertanggung jawab disitu, gak hanya
nyatut nama kemudian hilang, jawabku. Lalu kami sama-sama diam dan hanyut dalam
fikiran kami masing-masing.
Saat
terjebak di lampu merah, dia kembali membuka suara. Tapi untung juga sih kalau
kamu gak daftar, soalnya ada si X yang juga daftar. Hahahaha lalu kenapa kalau
dia daftar? Tanyaku. Aku mute dia
dari statusku bukan karena aku gak suka sama dia, bukan karena aku benci sama
dia. Tapi karena aku ingin menjaga hatiku tetap sehat aja, toh nantinya ketika
aku merasa sudah baik-baik saja dan sudah bisa mengelola emosiku aku pasti akan
unmute lagi. Aku gak peduli tuh dia
mau benci sama aku, dia mau palsu sama aku, aku gak pernah peduli, itu urusan
dia. Urusanku adalah aku harus tetap baik meskipun dia tidak melakukan hal yang
sama. Kami kembali sama-sama terdiam.
Sedih
sih sebenarnya, menyadari bahwa kita terlalu mudah untuk mengambil kesimpulan
dan menjustifikasi orang lain hanya dari sedikit hal saja yang kita ketahui.
Kita jarang mau bertanya dan mengetahui jauh lebih banyak. Kita mudah untuk
membuat orang lain mental down tanpa
kita sadari. Ah dasar kamu aja sih yang baperan, semua hal difikirin dan
diambil hati (ngomong sama diri sendiri). Hahaha
Yogayakarta,
16 Desember 2018
07:35
AM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar