Minggu, 16 Desember 2018

Semudah itu kita memberi penilaian



Sore yang mendung, aku dan dia membelah kemacetan kota Jogja yang setiap sore selalu dipadati oleh kendaraan yang berlomba pulang bertemu keluarga dan kasur. Padat merayap roda dua dan empat memenuhi jalan yang memiliki lampu lalu lintas. Dalam perjalanan, kami mengobrol banyak hal. Aku kembali bercerita tentang beberapa keresahanku. Biar saja kupanggil dia kakak, karena aku telah menganggapnya layaknya kakakku sendiri. “Kak, kabarin ya kalau ada kegiatan-kegiatan, aku pengen banget ikut”, semenjak purna tugas dari organisasi kegiatanku sehari-hari adalah mengerjakan deadline tugas dan tesis, main dan sesekali ikut kegiatan volunteering, ternyata itu belum cukup padat menyita waktu dan hari-hariku, aku masih haus banyak kegiatan biar bisa lebih banyak belajar dan bermanfaat untuk orang lain.

“Kegiatan apa? Coba liat statusnya si X. Dia banyak menyebar info-info kegiatan, jawabnya”. Oooh. Tapi dia untuk sementara aku mute dari statusku, karena kadang apa yang dia posting bernada menyindir jadi aku lebih memilih untuk menjaga hatiku biar tidak selalu diliputi prasangka. Dia lalu tertawa terbahak. Lalu obrolan kami berlanjut, “Kamu daftar aja menjadi relawan di organisasi X, katanya”. Aku sebenarnya kemarin mau daftar, tapi aku takut gak amanah e, jawabku. Amanah itu kan gak harus selalu ada setiap ada kegiatan, timpalnya kembali. Tapi menurut aku pribadi mah ketika aku memutuskan untuk mengambil suatu peran, ketika aku memutuskan untuk mengambil amanah aku harus bertanggung jawab disitu, gak hanya nyatut nama kemudian hilang, jawabku. Lalu kami sama-sama diam dan hanyut dalam fikiran kami masing-masing.

Saat terjebak di lampu merah, dia kembali membuka suara. Tapi untung juga sih kalau kamu gak daftar, soalnya ada si X yang juga daftar. Hahahaha lalu kenapa kalau dia daftar? Tanyaku. Aku mute dia dari statusku bukan karena aku gak suka sama dia, bukan karena aku benci sama dia. Tapi karena aku ingin menjaga hatiku tetap sehat aja, toh nantinya ketika aku merasa sudah baik-baik saja dan sudah bisa mengelola emosiku aku pasti akan unmute lagi. Aku gak peduli tuh dia mau benci sama aku, dia mau palsu sama aku, aku gak pernah peduli, itu urusan dia. Urusanku adalah aku harus tetap baik meskipun dia tidak melakukan hal yang sama. Kami kembali sama-sama terdiam.

Sedih sih sebenarnya, menyadari bahwa kita terlalu mudah untuk mengambil kesimpulan dan menjustifikasi orang lain hanya dari sedikit hal saja yang kita ketahui. Kita jarang mau bertanya dan mengetahui jauh lebih banyak. Kita mudah untuk membuat orang lain mental down tanpa kita sadari. Ah dasar kamu aja sih yang baperan, semua hal difikirin dan diambil hati (ngomong sama diri sendiri). Hahaha
Yogayakarta, 16 Desember 2018
07:35 AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...