Hidup dalam sebuah
lingkaran dengan berbagai stigma negatif itu bukan hal yang mudah, hanya
orang-orang tangguh yang mampu untuk bertahan. Selalu mendapat julukan
Mahasiswa paling lama, mahasiswa nakal, urakan, “rantasa”, malas, breng**k. Adalah
segelintir stigma yang akan kau dapatkan saat berani masuk dalam organisasi
Mapala.
Ditambah lagi
pendidikan yang terbilang “keras”, keras
ya bukan kasar!!! Jangan selalu salah kaprah!!! Kita berkecimpung dialam bebas
jadi seyogyanya mendapat pendidikan yang keras, agar bisa selalu survive dalam berbagai kondisi.
“Kalian mendapat didikan keras supaya lebih kuat menghadapi hidup yang kejam pasca kuliah. Karena kehidupan nyata baru akan dimulai setelah lulus kuliah, kalian akan merasakan sakitnya ditolak oleh masyarakat, pahitnya dipunggungi dunia, kalau tidak punya mental yang kuat, kalian akan tersisih”, itu sepenggal kalimat yang dilontarkan seniorku saat rapat waktu itu.
“Kalian mendapat didikan keras supaya lebih kuat menghadapi hidup yang kejam pasca kuliah. Karena kehidupan nyata baru akan dimulai setelah lulus kuliah, kalian akan merasakan sakitnya ditolak oleh masyarakat, pahitnya dipunggungi dunia, kalau tidak punya mental yang kuat, kalian akan tersisih”, itu sepenggal kalimat yang dilontarkan seniorku saat rapat waktu itu.
Ditempat lain
persentasi mungkin hal yang biasa, tapi persentasi dan mendapat lemparan
laporan bukan hal yang biasa, bahkan sidang skripsi pun yang gak gitu-gitu amat
hehehe. Tapi di Mapala, terkhususnya di *Maestro kamu harus siap dengan
lemparan laporan ketika kamu tidak mampu mempertanggung jawabkan apa yang kamu
tullis di laporan pasca ekspedisi pengambilan nomor.
Belum lagi ketika
kamu harus rela menyisihkan uang kuliahmu untuk membeli alat outdoor, harus “berbohong” untuk dapat
ijin mendaki, harus bertengkar sama pacar (ini bagi yang punya ya) karena kamu punya
lebih banyak teman-teman cowok, karena kamu lebih memilih masuk gua, manjat
tebing dibanding diajak nonton di bioskop. Belum lagi ketika kuliahmu harus
keteteran karena gak masuk kuliah akibat capek sepulang dari outdoor.
Gimana? Bukan hal yang mudah bukan?
Tapi, masuk dalam organisasi
Mapala adalah hal besar yang paling kusyukuri dalam hidup. Di Mapala terkhusus di *Maestro saya menemukan bahwa untuk bersaudara tak mesti sedarah, untuk
berteman tak mesti tampil mewah, untuk diterima apa adanya tak mesti harus ada
apanya, cukup jadi apa dirinya kamu.
Melalui *Maestro
aku belajar banyak hal, kepekaan sosialku di bangun, sifat manjaku terkikis, mentalku
tak lagi gampang diremas seperti kerupuk, saya berkesempatan untuk berjalan
lebih jauh keluar rumah.
Mungkin saat ini saya belum masuk ke pedalaman Luwu, mungkin saat ini saya belum bisa merasakan bercumbu dengan pasir Semeru, atau belum dapat menginjakkan kaki di puncak sumatera atau mungkin belum bisa menikmati hangatnya kopi di tengah dinginnya udara puncak gunung yang menusuk. Takkan ada makan nasi campur pasir di pinggir tebing, takkan pernah menikmati indahnya oranamen dalam goa. Dan masih banyak hal lagi yang mungkin belum saya lakukan jika saja saya tidak memutuskan untuk masuk di *Maestro saat pertama menyaksikan perkenalan lembaga untuk mahasiswa baru kala itu.
Mungkin saat ini saya belum masuk ke pedalaman Luwu, mungkin saat ini saya belum bisa merasakan bercumbu dengan pasir Semeru, atau belum dapat menginjakkan kaki di puncak sumatera atau mungkin belum bisa menikmati hangatnya kopi di tengah dinginnya udara puncak gunung yang menusuk. Takkan ada makan nasi campur pasir di pinggir tebing, takkan pernah menikmati indahnya oranamen dalam goa. Dan masih banyak hal lagi yang mungkin belum saya lakukan jika saja saya tidak memutuskan untuk masuk di *Maestro saat pertama menyaksikan perkenalan lembaga untuk mahasiswa baru kala itu.
Gimana? Masih mau masuk di Mapala?
Pernah mendapat
lemparan laporan membuatku biasa saja ketika telah menghadapi sidang skripsi,
toh sekeras apapun di “bantai” saat skripsi tidak mungkin ada laporan yang
melayang ke muka, paling banter dapat corat coret. Sudah terbiasa dengan
kehidupan alam bebas dan pendidikan yang keras membuatku sangat antusias saat
mendapat kesempatan mengajar di Papua, meskipun mendapat berbagai tantangan dan
masalah, toh saat di *Maestro pernah mendapat tantangan dan masalah yang jauh
lebih besar. Nah yang paling urgent bisa
lebih selektif memilih pasangan, karena di *Maestro telah mendapat banyak
pelajaran berbagai tipe cowok dari yang baik sampai yang br*****k hahahahaha.
Ditempat lain
mungkin saya bisa mendapatkan pujian yang melenakan, bisa cepat berpuas diri
dengan sebuah pencapaian. Tapi di Maestro kelebihan apapun akan ditanggapi
dengan hal yang berbeda, bukan melalui pujian tapi “callaan”, hal itu yang
memacu untuk melakukan hal yang lebih dan lebih lagi.
Jadi gimana? Tak
usah masuk Mapala kalo belum siap mendapat candu.
*Maestro adalah salah satu nama mapala Fakultas yang ada
di Universitas Negeri Makassar tepatnya Fakultas Bahasa dan Sastra.
Makassar,
13-10-2016
Uuuuu ngeriinya mi heeheh
BalasHapusHahaha apanya coba yang ngeri πππ
HapusUuuuu ngeriinya mi heeheh
BalasHapusBetullll...kita saudara meski tak sedarah...salam lestari!!
BalasHapusSaudara ketemu gede ππ. Tetal lestari π
Hapuskenapa satuji fotoku yang masuk π
BalasHapusDibelakang layarki banyak fotomu ππ
Hapusehm, KR3
BalasHapusKaraeng 3 πππ
BalasHapusWebsite paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^