Begitu
banyak hal yang terjadi sepanjang tahun 2018, hanya satu yang tak berubah.
Status kejombloan saya Hahaha. Tahun 2018 bentar lagi akan berakhir, dan saya
mencoba merekam kisah-kisah yang masih lekat diingatan sepanjang tahun 2018
ini.
Puji
syukur kepada Tuhan serta salawat kepada Rasul-Nya.
#1.
Terimakasih Tuhan atas nikmat kesehatan, keselamatan dan umur panjang yang
selalu engkau curahkan kepada saya, kedua orang tua serta kedua saudara saya
dan orang-orang yang saya sayangi.
#2.
Awal tahun saya mulai dengan perjalanan pulang dari Lombok. Akhirnya salah satu
mimpi terbesar saya terwujud pada pergantian tahun 2018, yakni mendaki di salah
satu gunung tertinggi di Indonesia, salah satu gunung yang begitu indah, ya
saya akhirnya bisa menginjakkan kaki di puncak gunung Rinjani. Tak hanya itu,
saya mendapat bonus lebih banyak dari yang saya perkirakan. Saya bisa
jalan-jalan dan mengeksplor beberapa tempat yang tidak pernah saya fikirkan
sebelumnya. Kala itu berangkat dari Jogja menuju Banyuwangi, lalu menyeberang
ke Bali, lanjut ke Lombok lalu ke Sembalun, selanjutnya mendaki ke Rinjani.
Kembali ke Lombok lalu ke Bali, selanjutnya menyeberang ke Banyuwangi lalu ke
Jember dan akhir perjalanan kembali ke Jogja.
#3.
Berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain. Impian saya untuk berkeliling
Indonesia akhirnya menemukan titik temu. Sepihan tersebut bagai puzzle yang
disusun mulai dari Jogja-Banyuwangi-Bali-Lombok-Sembalun-Lombok-Bali-Banyuwangi-Jember-Jogja-Makassar-Jogja-GunungPrau-Makassar-Jogja-Dieng-Badui-Jogja-Sukabumi-Jakarta-Bogor-Temanggung-Pati-Bandung-Semarang-Magetan-Pacitan-Pantai
Papuma-Pulau Cangke-Pantai Bira-Apparalang-Pantai Wohkudu-Bandungan-Grojogan
Sewu-Telaga Sarangan-Pantai Banyutibo. Perjalalan memberikan saya begitu banyak
pelajaran hidup, bertemu dengan banyak orang dan memetik hikmah dari setiap
perjalanan. Perjalanan diatas ada yang saya lakukan rombongan dan ada beberapa
yang saya lakukan sendiri. Tahun ini mencoba menantang diri untuk berjalan
sendiri, dan ternyata bukan sebuah ide yang buruk. Berjalan sendiri malah
memberikan saya kesempatan lebih banyak untuk belajar, refleksi diri dan
membuka pembicaraan dengan orang-orang yang saya temui sepanjang perjalanan.
#4.
Menjadi seorang sekretaris Aksos HMP UGM. Sebuah hal yang patut saya berikan
apresiasi untuk diri saya sendiri, mampu menjalankan amanah dengan baik
setidaknya itu penilaian saya secara pribadi. Saya tak pernah menyangka bisa
melakukan hal tersebut, saya yang amburadul dan tidak administratif mendapat
tantangan untuk menjadi sekretaris. Kala itu, saat saya ditawarkan jabatan
tersebut saya mengambilnya, hitung-hitung sebagai ajang melawan segala
keterbatasan. Satu periode menjabat saya belajar bahwa ketika kita sudah
mematrikan dalam hati bahwa amanah itu adalah sebuah tanggung jawab maka kita
akan maksimal untuk melakukannya meskipun itu bukan bidang yang kita kuasai,
susah bukan berarti tak bisa, bukan? Terhitung dari pelantikan bersama di bulan
Februari bersama semua UKM dan HMP hingga Musyawarah Besar Alhamdulillah saya
tidak pernah meninggalkan dan mampu menyelesaikan amanah dengan baik. Banyak
yang suka tapi ada juga yang tidak suka, namun bukankah kita memang tak bisa memaksakan semua orang suka
terhadap kita. Sebaik apapun yang kita lakukan akan ada orang-orang yang
mendukung pun juga yang tak suka. Semua itu memberikan pelajaran yang sangat
banyak untuk bisa mengendalikan emosi dan belajar manajemen diri.
#5.
Menjadi kadiv sosmas LPDP UGM. Tahun ini menjadi tahun untuk berproses lebih
banyak, disamping menjadi sekretaris di Aksos saya pun menjadi kepala divisi
Sosial Masyarakat kelurahan LPDP UGM. Sederhana saja alasan saya mengapa
menerima tawaran untuk menjadi kadiv saat ditawari, karena saya berfikir bahwa
ini adalah salah satu bentuk terima kasih saya kepada LPDP yang telah membiayai
UKT dan hidup saya selama kuliah. Menjadi pengurus adalah bentuk pengabdian
saya. Namun kenyataan di lapangan tidak semudah dibayangan saya, menjadi
pengurus inti di dua lembaga yang berbeda dengan orang-orang yang berbeda
ternyata bukan hal yang mudah. Sebelumnya saya diingatkan oleh salah seorang
teman untuk mengambil salah satu saja, dengan pesan waktu itu bahwa dualisme
lembaga akan membuat kamu condong di tempat yang membuatmu nyaman dan
kenyataannya memang iya. Karena tanggung jawab dan kenyamanan yang mulai saya
bangun di Aksos maka saya tertatih menjalani tanggung jawab saya sebagai kadiv
di kelurahan, meski Alhamdulillahnya semua program kerja yang saya dan
teman-teman anggota Sosmas lainnya telah susun saat awal kepengurusan bisa
terealisasi 100%. Pesan moral yang saya dapatkan bahwa mendua bukan sesuatu
yang baik karena sebagai manusia biasa adil itu bukan sesuatu yang mudah untuk
kita jalani. Tanggung jawab tak cukup membuat kita bertahan, tapi ada
kenyamanan yang akan mendampingi mampu tidaknya kita menjalani semua tanggung
jawab yang diberikan.
#6.
Merintis bisnis. Tahun ini ada beberapa uji coba bisnis yang saya lakukan.
Sebut saja Kuliner Karaeng bisnis pisang ijo yang saya rintis bersama 9 teman
lainnya yang tergabung dalam grup Kuliner Karaeng. Usaha tersebut berjalan
lancar selama beberapa bulan, hingga satu persatu gugur dan akhirnya bisnis
tersebut sekarang lagi mati suri. Bisnis kedua yang saya coba adalah bisnis
keripik, bersama dua teman lainnya. Sama dengan bisnis pisang ijo tersebut
bisnis keripik ini pun jaya di awal selama beberapa minggu dan sekarang juga
mati suri. Banyak hal yang saya petik hikmahnya dalam dua bisnis tersebut,
berbisnis tidak bisa memakai sistem kekeluargaan karena sistem kekeluargaan
akan mentolerir banyak hal yang tidak sepatutnya ditolerir dalam dunia bisnis.
Seyogyanya memang dipisahkan ranah antara “keluarga” dan bisnis, seperti kata
salah seorang teman “kita membangun ini atas asas kekeluargaan, tapi jangan
sampai asas tersebut malah menghancurkan hubungan kekeluargaan kita”. Pun dalam
bisnis ini saya belajar bahwa untuk memulai sesuatu harusnya kita mencari
partner yang sevisi, atau seenggak-enggaknya seseorang yang ingin berjuang
sama-sama, sama-sama saling membesarkan dan sama-sama memiliki rasa kepemilikin
atas usaha yang kita jalani. Tapi saya tak pernah kecewa bahkan ketika
bisnis-bisnis tersebut pun mati suri, setidak-tidaknya ada yang bisa saya
ceritakan suatu hari nanti bahwa saya pernah mencoba bisnis seperti itu dan
gagal.
#7. Membesarkan Panrita seperti anak sendiri.
Panrita merupakan salah satu proyek dibidang jasa yang kami bangun sejak
02-01-2017. Proyek iseng yang akhirnya kami seriusi. Tak menyangka perkembangannya sudah seperti sekarang ini.
Proyek yang awalnya iseng ternyata begitu diminati. Namanya proyek dibidang
jasa menuntut kami untuk melakukan lebih dan lebih karena ada tanggung jawab
moral yang kami miliki. Tantangannya lebih besar dari pada tahun kemarin. Siswa
yang semakin banyak dan kesibukan kami masing-masing yang begitu padat. Namun
karena kerjasamanya dengan orang-orang hebat yang sama-sama ingin membesarkan,
sama-sama telah memiliki rasa kepemilikan akan sesuatu yang kami jalani, sama-sama
bertanggung jawab dibidang kami masing-masing maka semua rintangan mampu kami lewati bersama. Tak luput saya berikan apresiasi yang begitu besar kepada salah
seorang tim yang menjadi kakak kami bersama yang tidak pernah meninggalkan
sekali pun, begitu detail memberikan job dan memeriksa job kami masing-masing,
yang begitu sabar menghadapi kami dan yang tau bagaimana cara menghargai dan
membuat orang merasa begitu dibutuhkan sehingga semangat kami tetap membara
meski dihujani banyak kesibukan. Terima kasih kakak dan terima kasih gengs,
kalian partner terbaik.
#8.
Program mengajar sehari. Sehari Bersama Anak Negeri (SBAN) dan funday school adalah dua program
mengajar sehari dari dua organisasi yang berbeda dengan rentan waktu yang
hampir bersamaan. Dua program tersebut yang saya dipercayakan menjadi “ketua
pelaksana”. Bukan hal yang mudah menghandle dua program bersamaan dari dua
organisasi yang berbeda, namun lagi-lagi saya berpendapat bahwa susah bukan
berarti tak bisa, karena saya kerjasama dengan orang-orang terbaik yang
totalitas maka dua kegiatan tersebut Alhamdulillah bisa berjalan dengan sangat
baik, setidaknya itu menurut versiku. Apresiasi dan terima kasih saya ucapkan
kepada teman-teman yang telah membersamai untuk mewujudkan program ini, senyum
tulus dari anak-anak yang diajar adalah bayaran atas pengorbanan teman-teman.
#9.
Berbagi nasi. Ini adalah kegiatan rutin yang saya mulai sejak Februari 2018.
Niat awalnya sih karena memang ingin berbagi. Saya selalu terenyuh ketika
menyusuri jalan sepanjang Jogjakarta dan melihat para pemulung dan orang-orang
yang tidur di jalanan, hingga saya berfikir untuk melakukan hal kecil, akhirnya
tercetuslah berbagi nasi di hari jumat. Pemilihan hari jumat karena kami belum mampu
untuk melakukannya setiap hari dan pemilihan hari jumat karena hari jumat merupakan hari yang penuh
berkah, ini merupakan kepercayaan dalam agama yang saya anut. Kegiatan tersebut dibantu oleh teman-teman Kuliner Karaeng, bulan-bulan
awal kadang kami berangkat berdelapan jadi bisa menyusuri empat titik, makin ke
sini makin fluktuatif yang ikut. Kadang berenam, kadang berempat namun lebih
sering berdua. Kesibukan dan kemageran pagi-pagi adalah alasan semakin ke sini
semakin berkurang yang ikut. Tapi meski demikian itu tak mengurangi semangat
kami untuk tetap berbagi. Ada rasa bahagia dan syukur yang begitu besar ketika
kami memberikan nasi kepada orang-orang di jalan dan mereka menerimanya dengan
raut muka yang begitu bahagia hingga tak berhenti merapalkan doa kebaikan untuk
kami.
#10.
Jatuh, bangun, baper, menerima, mengikhlaskan. Begitu banyak hal yang menguras
hati dan fikiran sepanjang tahun 2018, namun tak sedikit pula kebahagiaan yang
saya terima. Bertemu dan kerjasama dengan orang-orang hebat mengajarkan saya
arti kesyukuran dan menyederhanakan konsep kebahagiaan. Bertemu dengan
orang-orang yang membuat saya sakit hati mengajarkan saya untuk lebih kuat dan
belajar menerima, memaafkan dan mengikhlaskan hingga sampai pada satu titik
“lega”. Semua hal yang terjadi baik yang membahagiakan ataupun yang membuat
sakit hati adalah rentetean pelajaran untuk menjadi sosok manusia yang lebih
berkualitas.
Terima
kasih 365 harinya yang penuh dengan cerita yang beragam. Terima kasih semua
tempat yang telah menyambut dengan begitu hangat. Terima kasih untuk
orang-orang yang telah menyayangiku dengan begitu tulus dan apa adanya, terima
kasih untuk orang-orang yang tidak menyukaiku karena kalian saya belajar
untuk lebih memperbaiki diri. Dan terima kasiiih untuk banyak hal yang luput
saya tuliskan, selamat menyongsong tahun yang baru dengan harapan yang baru.