Minggu, 21 Juni 2020

Social Media Detox


Setelah bermasalah dengan telinga karena penggunaan earphone yang terlalu lama, kini mata juga mulai “bermasalah”, sebabnya tak lain dan tak bukan karena keseringan menatap layar. Baik layar handphone maupun layar laptop.

Kurasakan mataku begitu perih hingga penglihatan mulai terganggu. Kuakui pola hidupku selama di rumah aja tak kemana-kemana memang kurang sehat terlalu banyak didominasi oleh gawai. Hampir tiap waktu selalu kubuka dan akses gawai yang kumiliki, mulai dari bermain sosial media, melakukan hal-hal yang gak jelas, hingga bermain games. Bahkan pernah beberapa kali penggunaan gawaiku dalam sehari lebih dari 8 jam. Lebih lama dari waktu tidur normal. Ditambah akses ke laptop yang menghabiskan waktu berjam-jam tak ayal membuat mataku kelelahan.

Beberapa hari ini saya mulai merasa pola tidur terganggu. Saya membutuhkan waktu lebih lama gulang guling di kasur sebelum akhirnya bisa tertidur pulas, berbeda dari hari-hari sebelumnya yang bisa langsung nempel molor a.k.a pelor. Kurasa hal ini penyebabnya adalah banyaknya waktu yang mataku gunakan untuk menatap layar hingga berdampak pada pola tidur yang terganggu.

Mulai hari ini saya mencoba untuk social media detox, pelan-pelan kukurangi mengakses layar handphone hingga hanya mendengarkan podcast yang tidak butuh untuk menatap layar. Seakan Allah selalu memberikan jalan. Jari-jariku diarahkan untuk mengetik pola hidup minimalis sebagai podcast yang akan kudengar. Belakangan memang saya begitu tertarik untuk mempelajari pola hidup minimalis. Katanya semakin “sedikit” yang kita miliki semakin kita bahagia.

Ketemulah dengan podcast Iqbal Haryadi yang berjudul “Hidup Minimalis : 7 Hal Penting Yang Perlu Lo Kurangin”. Saat mendengar podcast tersebut saya mencoba menerapkan satu persatu hal yang disarankan. Salah satunya menghapus aplikasi yang tidak diperlukan dan mematikan notifikasi. Ternyata selama ini saya memiliki banyak aplikasi yang berbulan-bulan sudah tidak pernah diakses, ketika aplikasi-aplikasi tersebut dihapus akhirnya memberikan lebih dari 2 GB space kosong di memori handphoneku. Sesuatu yang sangat berharga. Terkadang memang kita memelihara atau menyimpan sesuatu yang tidak benar-benar kita butuhkan. Buktinya setelah saya menghapus aplikasi-aplikasi tersebut saya merasa lega bukan malah merasa kehilangan.

Setelah 38 menit mendengarkan Iqbal Haryadi dalam podcastnya, saya melanjutkan pencarian dengan keyword hidup minimalis. Ketemulah dengan podcast Bersua “Gaya Hidup Minimalis- (Ft. Randi Rakhman). Dalam podcast tersebut mereka berdua berbincang mengenai pola hidup minimalis hingga menyebut satu aplikasi yakni “digital wellbeing”. Sebuah aplikasi untuk social media control. Setelah selesai mendengarkan podcast tersebut saya langsung mengunduh aplikasi tersebut dan mencoba mempelajari fitur-fiturnya. Ternyata menarik, fitur limited ke social media yang ingin kita kontrol benar-benar bekerja dengan baik. Aplikasi tersebut akan benar-benar mengunci social media yang kita gunakan jika sudah sampai limit waktu yang sudah kita atur.

Sebelumnya saya sudah memiliki aplikasi untuk control penggunaan handphone, yakni StayFree sebuah aplikasi yang juga cukup bagus untuk memberikan kita laporan penggunaan aplikasi setiap harinya, namun kekurangan aplikasi ini meskipun kita sudah membuat time limit pengingatnya tidak berfungsi dengan baik. Jadi kita terkadang tetap bablas dalam menggunakan handphone.

Setelah mendapat “masalah” baru terkadang ngeh untuk tidak berlebihan, salah satunya tidak berlebihan dalam penggunaan gawai. Tapi begitulah manusia, terkadang tersandung baru menyadari sesuatu itu baik atau tidak untuk dirinya.

Pelan-pelan saya ingin mempelajari pola hidup minimalis, mengurangi sesuatu yang tidak perlu, memilah sesuatu mana yang keinginan dan kebutuhan serta melakukan social media detox. Karena terkadang terlalu banyak mengakses social media memang memberikan dampak kurang baik, bagi fisik maupun bagi mental. Bismillah, semoga bisa. Pelan-pelan yang penting terus berproses.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...