Selasa, 09 Juni 2020

Foto dan Eksistensi


Berfoto salah satu cara menghentikan waktu, ketika ingatan tak mampu merekam dengan gamblang peristiwa yang dilalui foto menjadi salah satu petunjuk untuk mengingat kembali peristiwa peristiwa yang luput dari memori, jepretan demi jepretan diabadikan, tujuannya pun berbeda ada yang bertujuan untuk merekam ingatan, demi pengakuan diri atau lebih tepatnya pamer, tak afdol rasanya berkunjung ke suatu tempat, makan makanan mahal tanpa mengabadikan peristiwanya, ada rasa bangga tersendiri ketika bisa berkunjung ke suatu tempat dan pamer ke orang lain dan mendapat pujian, karena kata terlalu mainstream dan menyiratkan kesombongan maka gambar mengambil andil, gambar dijadikan tameng untuk pamer tanpa mesti bercuap cuap, terkadang gambar juga bisa menipu, tergantung kualitas kamera dan posisi pengambilan gambar, tak salah jika gambar yang seyogyanya bisa menjadi kenangan terindah malah menjadi dosa terkutuk, karena telah menipu penikmat gambar dengan pemalsuan foto.

Menjamurnya teknologi yang semakin tak terbendung memungkinkan manusia melakukan apapun dengan instan, segala peristiwa di abadikan dalam jepretan kamera. Foto bisa menggantikan peran lisan dalam menjelaskan sebuah peristiwa, alasannya adalah eksistensi atau pengakuan sebagai manusia yang update dan tidak ketinggalan jaman. Foto bisa menjelaskan ketika lisan tak bisa berkatakata, pada akhirnya foto bisa membungkam kata, mematikan cerita dan menyingkirkan komunikasi. Kata akhirnya terkubur di rak rak buku dan dilengserkan oleh eksistensi foto.

Hubungan harmonis pun yang bisa terjalin karena adanya komunikasi semakin tergeser, muda mudi lebih senang jeprat jepret lalu menunjukkan layar hpnya ketimbang bercerita. Kebersamaan pun hanya menjadi angan, dan komunikasi menjadi impian. Kita akan senyam senyum ketika melihat hal-hal konyol yang terpatri di layar handphone, ketimbang mengingat lini waktu yang kita lalui kala menjepret foto tersebut. Tidak ada lagi waktu untuk menikmati tempat yang dikunjungi, apalagi merenungkan dan mensyukuri ciptaan Ilahi, kita akan disibukkan mencari posisi yang tepat untuk jeprat jepret, tujuan utama untuk liburan atau refreshing berubah menjadi gerak tak menentu kesana kemari untuk  mencari posisi tepat agar fotonya tampak indah dengan latar belakang tempat yang menawan.

Kasian sekali generasi abad ini, teknologi mengambil andil jalur kehidupan lebih dari 50%, gerak gerik dikungkung oleh adanya media social, tiada lagi rahasia, tiada lagi waktu duduk mengobrol dan bercengkrama bersama teman dan keluarga, pergaulan menyempit dengan kehadiran gadget yang berukuran mini yang menjadi pengontrol roda kehidupan manusia, gadget seolah menjadi Tuhan tempat mengadu kala musibah menghampiri, menjadi malaikat pencatat yang menampung segala isi hati dan fikiran.
Bilik Literasi, 16 Juli 2015 08:14 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...