Berfoto
salah satu cara menghentikan waktu, ketika ingatan tak mampu merekam dengan
gamblang peristiwa yang dilalui foto menjadi salah satu petunjuk untuk
mengingat kembali peristiwa peristiwa yang luput dari memori, jepretan demi
jepretan diabadikan, tujuannya pun berbeda ada yang bertujuan untuk merekam
ingatan, demi pengakuan diri atau lebih tepatnya pamer, tak afdol rasanya
berkunjung ke suatu tempat, makan makanan mahal tanpa mengabadikan peristiwanya,
ada rasa bangga tersendiri ketika bisa berkunjung ke suatu tempat dan pamer ke
orang lain dan mendapat pujian, karena kata terlalu mainstream dan menyiratkan
kesombongan maka gambar mengambil andil, gambar dijadikan tameng untuk pamer
tanpa mesti bercuap cuap, terkadang gambar juga bisa menipu, tergantung
kualitas kamera dan posisi pengambilan gambar, tak salah jika gambar yang
seyogyanya bisa menjadi kenangan terindah malah menjadi dosa terkutuk, karena
telah menipu penikmat gambar dengan pemalsuan foto.
Menjamurnya teknologi
yang semakin tak terbendung memungkinkan manusia melakukan apapun dengan instan,
segala peristiwa di abadikan dalam jepretan kamera. Foto bisa menggantikan
peran lisan dalam menjelaskan sebuah peristiwa, alasannya adalah eksistensi
atau pengakuan sebagai manusia yang update dan tidak ketinggalan jaman. Foto
bisa menjelaskan ketika lisan tak bisa berkatakata, pada akhirnya foto bisa
membungkam kata, mematikan cerita dan menyingkirkan komunikasi. Kata akhirnya terkubur
di rak rak buku dan dilengserkan oleh eksistensi foto.
Hubungan
harmonis pun yang bisa terjalin karena adanya komunikasi semakin tergeser, muda
mudi lebih senang jeprat jepret lalu menunjukkan layar hpnya ketimbang
bercerita. Kebersamaan pun hanya menjadi angan, dan komunikasi menjadi impian.
Kita akan senyam senyum ketika melihat hal-hal konyol yang terpatri di layar
handphone, ketimbang mengingat lini waktu yang kita lalui kala menjepret foto
tersebut. Tidak ada lagi waktu untuk menikmati tempat yang dikunjungi, apalagi
merenungkan dan mensyukuri ciptaan Ilahi, kita akan disibukkan mencari posisi
yang tepat untuk jeprat jepret, tujuan utama untuk liburan atau refreshing
berubah menjadi gerak tak menentu kesana kemari untuk mencari posisi tepat agar fotonya tampak indah
dengan latar belakang tempat yang menawan.
Kasian sekali
generasi abad ini, teknologi mengambil andil jalur kehidupan lebih dari 50%,
gerak gerik dikungkung oleh adanya media social, tiada lagi rahasia, tiada lagi
waktu duduk mengobrol dan bercengkrama bersama teman dan keluarga, pergaulan
menyempit dengan kehadiran gadget yang berukuran mini yang menjadi pengontrol
roda kehidupan manusia, gadget seolah menjadi Tuhan tempat mengadu kala musibah
menghampiri, menjadi malaikat pencatat yang menampung segala isi hati dan fikiran.
Bilik Literasi, 16 Juli 2015 08:14 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar