Aku pernah berada di kondisi yang merasa hidupku penuh dengan toxic positivity. Aku berusaha mengejar orang-orang yang menurutku sudah sukses dan mengikuti apa yang dilakukannya, tapi semakin aku mengejar semakin aku merasa lelah, dan semakin aku merasa hidupku penuh dengan aura negatif. Aku mencoba merenung apa yang salah? Aku pun menemukan bahwa aku telah mengejar orang yang salah. Orang yang aku ikuti dan sudah kelihatan sukses dengan perjuangan-perjuangannya dan yang berusaha selalu menularkan motivasi ke orang lain agar hidupnya tidak stagnan ternyata tidak relate sama aku. Aku pun berhenti mengikutinya. Mencoba meramu sendiri standar “kesuksesan” versi aku. Belajar mengenal diri sendiri, belajar menentukan tujuan agar tidak terombang-ambing dengan orang-orang yang sudah “sukses” di bidangnya masing-masing. Aku kemudian memulainya dengan mencoba menulis gratitude vibes.
Gratitude vibes a.k.a catatan syukur. Aku belajar bahwa tidak selamanya kebahagiaan itu didapatkan dari hal-hal besar. Hidup itu penuh dengan warna, tidak hanya tentang hitam dan putih, tidak hanya tentang ukuran sukses dan gagal. Meskipun kita mengalami banyak hal-hal yang kurang menyenangkan tapi pasti akan selalu ada hal yang bisa disyukuri. Dengan menulis catatan syukur aku selalu merasa moodku yang berantakan bisa kembali netral. Awalnya rasa syukur itu hanya sebatas kupikirkan saja, lalu kemudian aku mencoba menuliskannya dalam bentuk catatan di handphone, dan belakangan ini aku mencoba menuliskannya di chat whatsapp dan mengajak serta temanku yang kutau waktu itu juga berada dalam kondisi lowlife. Sebelum tidur aku belajar melepaskan semua beban yang ada dan memaafkan semua orang dan semua hal yang mengganjal di hati dan pikiran. Dan ternyata hal tersebut sangat membantu untuk membuat hati dan pikiran terasa lebih ringan.
Aku sangat percaya bahwa energi itu menular. Sama halnya ketika kita belajar di kelas, satu saja yang mengantuk tidak butuh waktu lama untuk menularkannya ke orang lain juga. Begitupun dengan catatan syukur, satu hal yang terpikirkan saat aku mengajak teman-teman yang pada saat itu lagi berada di low lif semoga dengan menulis catatan syukur ini bisa membuat kami saling menularkan energi positif dan bisa mensyukuri sekecil-kecilnya hal yang kami dapatkan. Mencoba mengajak untuk melihat ke dalam diri bahwa kebahagiaan itu tidak terletak pada benda-benda yang ada di luar diri kita. Tak mesti pencapaian yang besar yang membuat kita bisa bersyukur. Sesederhana bisa bangun pagi, menghirup udara segar tanpa ventilator, bisa merasakan ngantuk dan tidur tanpa bantuan obat, pencernaan lancar tanpa harus menanggung sakit perut karena gak bisa pup, semua itu adalah nikmat yang bisa kita syukuri.
Dengan menulis catatan syukur itu melatih perasaan dan juga pikiran untuk bisa menikmati segala hal yang dimiliki serta mensyukuri segala hal yang sudah Tuhan anugerahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar