Minggu, 28 Juni 2020

Melihat Dua Sisi

Sumber Gambar Google

Pagi ini saya iseng scrolling twitter, tiba-tiba ketemu twitnya @edwardsuhadi. Isinya adalah sebuah nasehat kepada anak-anak kantornya, kira-kira pesannya seperti ini “Kalau orang bersikap X, jangan emosi karena X tadi. Tapi tanya, kenapa dia begitu? Selalu lihat lapisan keduanya. Dan hampir selalu, setiap orang pasti ada alasannya. Dan kita jadi lebih berempati, dan biasanya jadi gak emosi”.

Saya mengamini kata-kata tersebut. Saya kemudian mencoba mengingat kejadian-kejadian yang saya alami baik yang terjadi dengan diri sendiri maupun kejadian yang saya alami dengan orang lain. Saya selalu percaya bahwa setiap kejadian itu tidak berdiri secara tunggal, ada serangkain hal yang melatarbelakangi hal tersebut, kalau kata-kata yang sering didengar dari forum motivasi “ada beban masa lalu yang belum selesai” atau ada sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu yang membuat trauma dan masih terbawa hingga masa sekarang.

Kalau ada orang yang takut anjing bisa jadi dulu dia pernah dikejar-kejar anjing, kalau ada orang yang takut sama air bisa jadi dia pernah tenggelam, kalau ada orang yang sangat takut gagal bisa jadi selama ini dia dalam lingkungannya selalu dituntut untuk juara. Kalau ada orang yang takut menyetir bisa jadi dia pernah kecelakaan, kalau ada orang yang dikit-dikit marah bisa jadi dia pun sering mendapat lampiasan kemarahan, kalau ada orang yang anti sosial bisa jadi selama ini memang dia tidak punya teman, dan masih banyaaak lagi contoh-contoh yang lain yang sebenarnya bisa ditelusuri sebab musababnya.

Saya termasuk orang yang sangat takut dengan kaki seribu hingga sekarang karena dulu pas masih kecil selalu denger kata-kata kalau digigit kaki seribu akan mati, meskipun sekarang sebenarnya sudah bisa mikir dan menganggap hal tersebut gak masuk akal cuman masih aja terasa traumanya. Saya pun termasuk orang yang cenderung ceroboh, melakukan dan menyelesaikan sesuatu dengan sangat cepat, tapi selalu saja ada kekeliruan, setelah mencoba mengingat penyebabnya ternyata dulu saya pernah berada di sebuah lingkungan yang menuntut saya untuk selalu gerak cepat. Saya juga termasuk orang yang lumayan buruk dalam urusan keuangan karena dulu jarang mendapat kepercayaan untuk mengelola keuangan.

Cerita dari sisi orang lain, dulu pernah ketemu sama teman yang sangat perfectionist dan ambisius, setelah mencoba untuk memahami ternyata ketemu akar masalahnya, dulunya dia hidup susah jadi orang tuanya memberikan value untuk bekerja keras agar bisa keluar dari lingkaran kesusahan.

Cerita yang lain, pernah juga bertemu dengan orang yang mudah sekali menangis. Bahkan banyak orang menganggapnya cengeng, setelah dicek ternyata dulunya dia sering melihat KDRT dan sering mendapat bentakan dari lingkungannya.

Pernah juga waktu itu lagi main game online, setelah permainan selesai tiba-tiba ada yang ngechat maki-maki. Karena posisinya gak kenal jadi ya saya gak sakit hati dan malah merasa kasian sama orang-orang kayak gitu yang selalu menebar kebencian bahkan sama orang yang gak dikenalnya sekalipun, saya menyampaikan prihatin akan kondisinya yang bisa dengan luwes memaki orang di dunia maya, tak lama kemudian dia bercerita kalau hidupnya tidak begitu bahagia bahkan tidak mengenal apa bahagia itu. Saya pun kemudian mikir jangan-jangan orang-orang yang sering menebar ujaran kebencian di sosial media itu adalah orang-orang yang kehidupan nyatanya memang ada masalah.

Jadi sebisa mungkin untuk kita tidak reaktif akan sebuah kejadian, tidak reaktif akan sesuatu yang membuat kita sakit hati. Coba tenang dan mencari tau sebab dan akar masalahnya, apa yang membuat orang tersebut berlaku demikian. Dengan cara seperti itu kita akhirnya bisa bersimpati dan rasa sakit hati itu bisa jadi berubah menjadi rasa prihatin.

Untuk diri sendiri, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencari tau sesuatu yang membuat kita trauma atau melakukan sesuatu yang membuat orang lain sakit hati. Salah satunya adalah dengan berbicara sama diri sendiri, mencoba flashback terhadap sesuatu yang terjadi di masa lalu. Mencari sebab dari sesuatu yang terjadi pada kita hari ini. Mencari hal-hal yang mungkin membuat kita trauma di masa lalu atau membuat kita tertekan sehingga menjadi sebuah dampak terhadap perilaku dan kebiasaan kita hingga hari ini.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...