Harusnya saat ini saya sudah berada di Labuan Bajo andai saja moda transportasi beraktifitas normal. Harusnya saat ini saya sudah pergi ke Mekah andai saja saya tidak sedang mengandung. Harusnya resepsi pernikahan saya berlangsung meriah andai saja tak ada corona. Harusnya saaat ini saya sudah bekerja di perusahaan ternama andai saja waktu itu saya tidak mengalami kecelakaan. Harusnya saya sudah menikah dengan pujaan hati andai saja tak ada orang ketiga yang masuk merusak hubungan kami. Harusnya saya sudah ujian andai saja dosen pembimbing tidak banyak memberikan revisi. Harusnya saya sudah wisuda andai saja petugas kampus tidak berbelit-belit dalam masalah administrasi.
Banyak sekali kisah dalam hidup yang kita terlalu paksakan. Memakai pola harusnya seakan-akan semuanya memang harus terjadi. Seakan memaksa Tuhan untuk mengabulkan segala keinginan kita. Padahal tak ada yang benar-benar memaksa kita untuk melakukan hal itu. Kita yang terkadang terlalu keras sama diri sendiri hingga terkadang mengalami stress dan depresi saat keinginan kita tidak berjalan sesuai yang kita impikan. Kita yang kadang lupa bahwa sebaik apapun kita berencana, serinci apapun langkah demi langkah yang ingin kita lakukan kita hanyalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. Dibalik rencana indah yang telah kita susun rapi kita tak bisa menafikkan bahwa ada campur tangan Tuhan yang memiliki hak preogratif untuk menjadikan rencana kita nyata atau hanya berakhir sebagai sebuah rencana semata.
Adanya Covid-19 ini membuat banyak hal tertunda bahkan batal. Sesuatu yang baru sebatas rencana ecek-ecek maupun yang sudah direncanakan dengan sangat matang. Tak ada yang menyangka masa ini akan ada, tak pernah ada yang bermimpi kita melewati masa-masa sulit ini. Tapi dengan adanya kejadian ini kita disadarkan oleh keadaan bahwa sehebat-hebatnya manusia berencana ada kekuatan yang jauh lebih hebat, yakni kekuasaan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar