Selasa, 30 Juni 2020
Tips Lolos Beasiswa
Senin, 29 Juni 2020
Penting Gak Sih S2?
Dulu sekitar satu dasawarsa silam lanjut sekolah setelah S1 itu merupakan sebuah hal yang mewah, namun belakangan semenjak banyak beasiswa yang disediakan lanjut S2 seolah menjadi sebuah trend. Dulu, kebanyakan yang lanjut sekolah itu adalah orang-orang yang sudah “tua”, orang-orang yang memang butuh ijazah dan ilmu di pascasarjana itu untuk menunjang karir. Tapi sekarang kebanyakan dari orang-orang yang lanjut S2 adalah anak-anak yang baru lulus kuliah dengan berbagai alasan, bingung cari kerja, malas ditanyain kapan nikah, mumpung masih muda, dan mumpung orang tua masih kuat untuk membiayai kuliah.
Banyak yang memiliki ekspektasi setelah lulus S2 bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, bisa dengan mudah mendapatkan kerjaan, bisa mendapat gaji yang lebih tinggi. Kenyataannya? Tidak selamanya seperti itu. Setelah lulus S2 banyaaak sekali orang-orang yang masih kebingungan mau kerja di mana, pada akhirnya tak sedikit pula yang bersaing dengan lulusan S1 untuk mendapatkan sebuah “kursi” pekerjaan.
Namun jika ternyata lanjut S2 karena sebuah kebutuhan misalkan tujuannya setelah S2 mau menjadi dosen atau tujuannya demi pekerjaan yang memang butuh kualifikasi S2 maka sangat direkomendasikan untuk lanjut S2, asalkan bukan hanya ikut-ikutan trend aja atau menjadi sebuah "pelarian".
Belakangan setiap saya dimintai pendapat oleh adik-adik atau teman-teman yang hendak lanjut S2, pertanyaan pertama yang selalu saya tanyakan “tujuanmu lanjut S2 apa”? Kalau memang butuh ijazahnya untuk pekerjaan tertentu ya silakan. Tapi kalau belum tau tujuannya apa, hanya bermimpi setelah S2 bisa mendapatkan banyak kemudahan, mending niat lanjut sekolahnya ditunda dulu. Mending cari pengalaman kerja dulu, karena percaya atau gak mencari pekerjaan setelah lulus itu gampang gampang susah. Banyak yang merasa karena pendidikannya sudah tinggi jadi mencari pekerjaan juga milih-milih disesuaikan dengan ijazah S2, menimbang gaji juga harus yang sesuai dengan standar S2. Tapi sadar atau tidak pihak pencari kerja bukan hanya melihat ijazah dan kamu berasal dari universitas mana, tapi juga melihat seberapa banyak pengalaman kerja yang telah kita lakukan. Makanya sangat penting untuk mencari pengalaman dulu sebelum memutuskan lanjut S2 kalau memang niatnya setelah lulus mau kerja sama orang lain atau mau kerja di perusahaan. Beda cerita kalau niatnya mau daftar CPNS ya harus pinter-pinter sih karena saingannya banyak, atau kalau mau jadi pengusaha ya tetap butuh pengalaman dan jam terbang.
Jadi, setelah baca tulisan ini, seberapa penting lanjut S2 untuk kamu? Jawabannya ada dari kamu sendiri yaa.
Minggu, 28 Juni 2020
Melihat Dua Sisi
Pagi ini saya iseng scrolling twitter, tiba-tiba ketemu twitnya @edwardsuhadi. Isinya adalah sebuah nasehat kepada anak-anak kantornya, kira-kira pesannya seperti ini “Kalau orang bersikap X, jangan emosi karena X tadi. Tapi tanya, kenapa dia begitu? Selalu lihat lapisan keduanya. Dan hampir selalu, setiap orang pasti ada alasannya. Dan kita jadi lebih berempati, dan biasanya jadi gak emosi”.
Saya mengamini kata-kata tersebut. Saya kemudian mencoba mengingat kejadian-kejadian yang saya alami baik yang terjadi dengan diri sendiri maupun kejadian yang saya alami dengan orang lain. Saya selalu percaya bahwa setiap kejadian itu tidak berdiri secara tunggal, ada serangkain hal yang melatarbelakangi hal tersebut, kalau kata-kata yang sering didengar dari forum motivasi “ada beban masa lalu yang belum selesai” atau ada sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu yang membuat trauma dan masih terbawa hingga masa sekarang.
Kalau ada orang yang takut anjing bisa jadi dulu dia pernah dikejar-kejar anjing, kalau ada orang yang takut sama air bisa jadi dia pernah tenggelam, kalau ada orang yang sangat takut gagal bisa jadi selama ini dia dalam lingkungannya selalu dituntut untuk juara. Kalau ada orang yang takut menyetir bisa jadi dia pernah kecelakaan, kalau ada orang yang dikit-dikit marah bisa jadi dia pun sering mendapat lampiasan kemarahan, kalau ada orang yang anti sosial bisa jadi selama ini memang dia tidak punya teman, dan masih banyaaak lagi contoh-contoh yang lain yang sebenarnya bisa ditelusuri sebab musababnya.
Saya termasuk orang yang sangat takut dengan kaki seribu hingga sekarang karena dulu pas masih kecil selalu denger kata-kata kalau digigit kaki seribu akan mati, meskipun sekarang sebenarnya sudah bisa mikir dan menganggap hal tersebut gak masuk akal cuman masih aja terasa traumanya. Saya pun termasuk orang yang cenderung ceroboh, melakukan dan menyelesaikan sesuatu dengan sangat cepat, tapi selalu saja ada kekeliruan, setelah mencoba mengingat penyebabnya ternyata dulu saya pernah berada di sebuah lingkungan yang menuntut saya untuk selalu gerak cepat. Saya juga termasuk orang yang lumayan buruk dalam urusan keuangan karena dulu jarang mendapat kepercayaan untuk mengelola keuangan.
Cerita dari sisi orang lain, dulu pernah ketemu sama teman yang sangat perfectionist dan ambisius, setelah mencoba untuk memahami ternyata ketemu akar masalahnya, dulunya dia hidup susah jadi orang tuanya memberikan value untuk bekerja keras agar bisa keluar dari lingkaran kesusahan.
Cerita yang lain, pernah juga bertemu dengan orang yang mudah sekali menangis. Bahkan banyak orang menganggapnya cengeng, setelah dicek ternyata dulunya dia sering melihat KDRT dan sering mendapat bentakan dari lingkungannya.
Pernah juga waktu itu lagi main game online, setelah permainan selesai tiba-tiba ada yang ngechat maki-maki. Karena posisinya gak kenal jadi ya saya gak sakit hati dan malah merasa kasian sama orang-orang kayak gitu yang selalu menebar kebencian bahkan sama orang yang gak dikenalnya sekalipun, saya menyampaikan prihatin akan kondisinya yang bisa dengan luwes memaki orang di dunia maya, tak lama kemudian dia bercerita kalau hidupnya tidak begitu bahagia bahkan tidak mengenal apa bahagia itu. Saya pun kemudian mikir jangan-jangan orang-orang yang sering menebar ujaran kebencian di sosial media itu adalah orang-orang yang kehidupan nyatanya memang ada masalah.
Jadi sebisa mungkin untuk kita tidak reaktif akan sebuah kejadian, tidak reaktif akan sesuatu yang membuat kita sakit hati. Coba tenang dan mencari tau sebab dan akar masalahnya, apa yang membuat orang tersebut berlaku demikian. Dengan cara seperti itu kita akhirnya bisa bersimpati dan rasa sakit hati itu bisa jadi berubah menjadi rasa prihatin.
Untuk diri sendiri, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencari tau sesuatu yang membuat kita trauma atau melakukan sesuatu yang membuat orang lain sakit hati. Salah satunya adalah dengan berbicara sama diri sendiri, mencoba flashback terhadap sesuatu yang terjadi di masa lalu. Mencari sebab dari sesuatu yang terjadi pada kita hari ini. Mencari hal-hal yang mungkin membuat kita trauma di masa lalu atau membuat kita tertekan sehingga menjadi sebuah dampak terhadap perilaku dan kebiasaan kita hingga hari ini.
Sabtu, 27 Juni 2020
Bukit Klangon
Tinggal di Jogja menjadi sebuah privilege. Selain bisa belajar dengan fasilitas yang bagus, belajar tentang keragaman, bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai sudut Indonesia, menikmati berbagai sajian budaya, juga bisa safari ke berbagai tempat yang menarik. Salah satunya Bukit Klangon. Sebuah bukit yang berada di Kaki Gunung Merapi, kira-kira jaraknya sekitar 20 KM dari pusat kota Jogja. Dari Bukit Klangon ini kita bisa menikmati suasana malam ala-ala bukit bintang, bisa merasakan dinginnya merapi, dan bisa merasakan hangatnya kebersamaan dengan teman-teman ditemani segelas susu dan kopi.
Di Bukit Klangon terdapat beberapa warung yang memang diperuntukkan untuk pengunjung. Kita bisa menikmati segelas minuman hangat dan gorengan, pun terdapat berbagai pilihan mie instan. Retribusi masuk ke Bukit Klangon sebesar Rp10.000, itu merupakan uang keamanan dan kebersihan. Sangat murah bukan? Oh iya, selain warung juga terdapat toilet umum yang airnya terus mengalir, jadi tidak perlu khawatir jika hendak buang air. Selain dua fasilitas itu, terdapat juga pendopo dan musholla.
Disarankan untuk
berkunjung dan ngecamp di Bukit Klangon saat weekday, karena pada saat
weekday pengunjung tidak terlalu
padat jadi kita bisa menikmati ketenangan dan benar-benar jauh dari kebisingan,
bisa menikmati quality time bersama
keluarga dan sahabat. Jika malas membawa tenda sendiri, jangan khawatir karena
di warung-warung yang ada di sana selain menyediakan makanan dan minuman juga
menyediakan tenda untuk disewakan. Yang wajib banget di bawa itu sleeping bag dan jaket, karena dinginnya Bukit Klangon itu puol, disarankan juga bawa UNO atau permainan lain kalau hendak bermain bersama teman-teman untuk menghabiskan malam bersama, atau bawa gitar untuk hiburan.
Tempat ini sangat cocok untuk melakukan short trip, merasakan segarnya udara pegunungan dan menjauh sejenak dari hiruk pikuk kota. Menikmati hawa pegunungan tanpa harus lelah mendaki, parkir kendaraan lalu jalan kurang dari 10 menit untuk cari tempat camp lalu bisa langsung istirahat. Berangkat dari Jogja habis isya tapi kalau bisa sih jangan sendiri karena ketika sudah belok masuk ke arah Cangkringan jalanan sudah mulai gelap dan sepanjang beberapa kilometer terdapat banyak tanah kosong dan jauh dari pemukiman, pulang ke Jogja bisa selepas sholat subuh atau bisa balik sedikit lebih siang agar bisa menikmati pemandangan merapi yang berdiri dengan gagah saat pagi sudah menyingsing.
Jumat, 26 Juni 2020
Tidak Semua Yang Baik Itu Baik
Tidak semua hal yang kelihatannya baik dan hebat itu baik untuk kita.
Saya merasakan hal ini selama beberapa lama tinggal di rumah, mengikuti banyak webinar dengan pembicara-pembicara keren. Dari CEO perusahaan ternama, founder berbagai bidang, influencer, hingga menteri. Semakin sering saya mengikuti kelas semakin saya merasa “stress”. Melihat pencapaian orang yang begitu tinggi membuat saya terkadang tertekan, tapi makin kesini saya semakin menyadari saya tidak relate dengan pencapaian mereka. Saya tidak relate dengan self branding yang mereka bangun. Bukan itu jalan yang saya pilih, bukan itu tujuan yang saya rencanakan. Akhirnya sedikit demi sedikit belajar untuk mengenali diri sendiri, menggali potensi dan menentukan tujuan agar tidak mudah diombang-ambingkan dengan berbagai figure yang hadir di layar sosial media maupun di webinar-webinar.
Pada
akhirnya belajar untuk selektif memilih yang cocok dengan profil kita. Sejalan dengan
tujuan yang ingin kita capai. Tidak melulu mengikuti seseorang hanya karena
mereka kelihatan keren dan kita seolah-seolah ikut merasa keren jika terlibat
dalam sebuah forum dengan orang-orang keren dan hebat.
Termotivasi dengan pencapaian orang lain itu baik tetapi jika memaksa diri untuk menjadi seperti orang lain dan akhirnya membuat diri merasa insecure, membuat diri tertekan itu yang salah. Karena kita berbeda. Tidak ada yang lebih baik maupun lebih buruk. Hanya saja berbeda jalan dan tujuan yang ingin ditempuh.
Penting untuk menyeleksi figur-figur yang memang bisa membuat kita bertumbuh. Bukan malah demotivasi dengan motivasi yang mereka berikan.
Kamis, 25 Juni 2020
Gratitude Vibes
Aku pernah berada di kondisi yang merasa hidupku penuh dengan toxic positivity. Aku berusaha mengejar orang-orang yang menurutku sudah sukses dan mengikuti apa yang dilakukannya, tapi semakin aku mengejar semakin aku merasa lelah, dan semakin aku merasa hidupku penuh dengan aura negatif. Aku mencoba merenung apa yang salah? Aku pun menemukan bahwa aku telah mengejar orang yang salah. Orang yang aku ikuti dan sudah kelihatan sukses dengan perjuangan-perjuangannya dan yang berusaha selalu menularkan motivasi ke orang lain agar hidupnya tidak stagnan ternyata tidak relate sama aku. Aku pun berhenti mengikutinya. Mencoba meramu sendiri standar “kesuksesan” versi aku. Belajar mengenal diri sendiri, belajar menentukan tujuan agar tidak terombang-ambing dengan orang-orang yang sudah “sukses” di bidangnya masing-masing. Aku kemudian memulainya dengan mencoba menulis gratitude vibes.
Gratitude vibes a.k.a catatan syukur. Aku belajar bahwa tidak selamanya kebahagiaan itu didapatkan dari hal-hal besar. Hidup itu penuh dengan warna, tidak hanya tentang hitam dan putih, tidak hanya tentang ukuran sukses dan gagal. Meskipun kita mengalami banyak hal-hal yang kurang menyenangkan tapi pasti akan selalu ada hal yang bisa disyukuri. Dengan menulis catatan syukur aku selalu merasa moodku yang berantakan bisa kembali netral. Awalnya rasa syukur itu hanya sebatas kupikirkan saja, lalu kemudian aku mencoba menuliskannya dalam bentuk catatan di handphone, dan belakangan ini aku mencoba menuliskannya di chat whatsapp dan mengajak serta temanku yang kutau waktu itu juga berada dalam kondisi lowlife. Sebelum tidur aku belajar melepaskan semua beban yang ada dan memaafkan semua orang dan semua hal yang mengganjal di hati dan pikiran. Dan ternyata hal tersebut sangat membantu untuk membuat hati dan pikiran terasa lebih ringan.
Aku sangat percaya bahwa energi itu menular. Sama halnya ketika kita belajar di kelas, satu saja yang mengantuk tidak butuh waktu lama untuk menularkannya ke orang lain juga. Begitupun dengan catatan syukur, satu hal yang terpikirkan saat aku mengajak teman-teman yang pada saat itu lagi berada di low lif semoga dengan menulis catatan syukur ini bisa membuat kami saling menularkan energi positif dan bisa mensyukuri sekecil-kecilnya hal yang kami dapatkan. Mencoba mengajak untuk melihat ke dalam diri bahwa kebahagiaan itu tidak terletak pada benda-benda yang ada di luar diri kita. Tak mesti pencapaian yang besar yang membuat kita bisa bersyukur. Sesederhana bisa bangun pagi, menghirup udara segar tanpa ventilator, bisa merasakan ngantuk dan tidur tanpa bantuan obat, pencernaan lancar tanpa harus menanggung sakit perut karena gak bisa pup, semua itu adalah nikmat yang bisa kita syukuri.
Dengan menulis catatan syukur itu melatih perasaan dan juga pikiran untuk bisa menikmati segala hal yang dimiliki serta mensyukuri segala hal yang sudah Tuhan anugerahkan.
Serba Serbi 2024
Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...
-
Perjalanan dimulai dari Jogja menggunakan daytrans yang sudah kami booking beberapa hari sebelumnya, pemesanan tiket bisa langsung ke kantor...
-
Pada akhirnya, memang harus tegar, harus kuat untuk berdiri di kaki sendiri. Ya jelaslah berdiri di kaki sendiri, berdiri di kaki send...
-
Baru 2 bulan kuliah aja, identitasnya udah ilang. Kartu identitas ya. Sebiji kartu penanda untuk meyakinkan orang-orang kalo aku udah mahas...