Tak
bisa dipungkiri, manusia kebanyakan suka akan simbol. Seperti lebaran kali ini,
tak sah rasanya jika dilewati tanpa seremonial, tak bisa disalahkan juga sih. Seolah
budaya kita merekonstruksi untuk terjebak dalam glorifikasi simbol-simbol. Simbol
keagamaan, simbol pendidikan, simbol profesi, dan simbol-simbol lainnya.
Kali
ini terasa sekali perbedaan perayaan lebarannya,di tengah pandemi pemerintah
mengeluarkan surat ijin untuk mengadakan lebaran di lapangan dengan protokol
kesehatan yang ketat, meskipun di kampung saya angka positif Covid-19 sudah nol
namun protokol kesehatan tetap harus dilakukan.
Saya
bersama keluarga dan kebanyakan warga kampung melaksanakan sholat ied di
lapangan dengan kondisi yang berbeda, shaf sholat direnggangkan hingga berjarak
1 meter, pake masker, khotbah yang singkat dan baru kali ini seumur hidup saya sholat
ied dibarengin dengan kunut. Setelah khatib selesai khotbah dan berdoa semua
langsung berdiri dan bergegas pulang tanpa ada salam-salaman satu sama lain
seperti yang langganan dilakukan setiap selesai sholat. Kali ini yang membuat
berbeda juga adalah jamaah yang dulunya beragam dari anak-anak hingga orang tua
kini yang tersisa hanya orang-orang dewasa, anak-anak hanya nampak beberapa dan
tidak terlihat orang tua yang sudah berusia lanjut. Pada saat jalan pulang pun
yang biasanya bergerombol kini tak lagi ditemukan di sepanjang jalan.
Semalam
pun saat takbir terasa perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya. Jika dulu ramai
takbir keliling, gema takbir di masjid yang sahut-sahutan kini tidak terdengar
lagi. Suara takbir hanya bisa dinikmati dari tape recorder yang diputar oleh tetangga dan berbagai virtual
takbir yang berlangsung di youtube maupun di zoom meeting.
Covid-19
sontak membuat pola hidup berubah dan kebiasaan serta tradisi yang dulu sering
dilakukan menjelang dan selepas sholat ied kini direnggangkan demi satu tujuan,
kita sehat dan selamat bersama-sama.
Tulisan ini akan menjadi sejarah dalam hidup saya bahwa manusia pernah melewati satu masa dimana kita mengalami perubahan pola hidup, di tengah-tengah suasana wabah yang "menakutkan" yang terjadi hampir di setiap sudut di seluruh belahan bumi.
Rumah,
24 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar