Rabu, 06 Mei 2020

Perantauan


            
Dunia adalah sebuah buku dan mereka yang berdiam di rumah hanya menghatamkan satu halaman saja.

Momen perjalanan atau kesempatan menjelajah tempat-tempat baru memang bisa menempa diri. Berbagai pengalaman dan pelajaran bisa didapatkan saat kita berani meninggalkan kampung halaman atau pergi merantau ke kota lain.

Merantau untuk bekerja atau melanjutkan pendidikan bukanlah perkara sederhana, banyak hal yang perlu dipikirkan matang-matang sebelum akhirnya mantap memilih pergi. Di perantauan, berbagai tantangan pun sudah menanti untuk dihadapi dan keputusan inilah yang bisa jadi mengubah arah hidup. Membuat berbagai perubahan di setiap sisi kehidupan.

Adakah yang harus ditakutkan dari sebuah perubahan? Adakah yang perlu dirisaukan ketika meninggalkan zona nyaman demi menjemput kesuksesan?

Selama ini, keluarga dirumah dan orang tua selalu membuat kita merasa cukup. Tapi bukankah hidup merupakan pencarian untuk menjadi lebih dari cukup.

Terkadang memang enggan untuk meninggalkan teman, keluarga dan kota tercinta karena kita telah terbiasa hidup berkecukupan dengan pendampingan orang tua. Tapi kapan kita bisa belajar kalau kita hanya terpaku di kampung halaman, dari proses perjalanan dan pengalaman kita bisa belajar banyak hal, dalam perjalanan akan banyak pelajaran-pelajaran yang berserakan yang bisa kita pelajari dan petik hikmahnya, dari pertemuan pertemuan dengan banyak orang kita bisa saling mencari dan berbagi banyak informasi yang membuat hidup kita jauh lebih berwarna. Menjalani hidup yang itu itu saja membuat kita mentok dan tanpa sadar kita melewatkan berbagai kesempatan yang takkan kita tahu kapan akan datang lagi. 

Ketika kesempatan itu datang menyapaku tak pernah ingin kulewatkan, pernah saya menuliskan beberapa mimpi di pohon mimpi kala dipanti asuhan itu, Tuhan senantiasa menunjukkan jalan untukku mewujudkan mimpi mimpi itu. Perjalanan ke Jawa, Sumatera dan sekarang persiapan buat ke Papua, mimpiku untuk keliling Indonesia pelan tapi pasti mulai menemui titik terang. Saya belajar banyak hal dalam perjalanan, cara untuk bersosialisasi, bertahan hidup, belajar budaya dan adat istiadat di tempat tujuan, kondisi masyarakat. Semuanya menarik, meskipun hal itu berarti saya harus meninggalkan zona nyaman yang selama ini sudah saya nikmati lama dalam keluarga, teman dan lingkungan. Ditempat baru kita akan dipaksa untuk belajar banyak hal baru, semakin berkembang dan meningkatkan kualitas sebagai seorang individu. Tanah perantauan belum tentu memberikan rasa nyaman. Namun bukankah kesuksesan selalu bermula dari keraguan dan ketidaknyamanan? Tanah rantau tak pernah memberikan jaminan untuk mendapatkan kenyamanan, bukan tak mungkin setiap saat kita akan dirundung rasa rindu untuk pulang, berkumpul bersama keluarga, hangout bareng teman-teman. Tapi disitulah sisi ketegaran kita bakal diuji, akan bertahan atau kalah dengan keadaan. Bukankah setiap akhir yang manis selalu dimulai dengan keraguan, perasaan tak betah dan ketidaknyamanan?

Terbiasa hidup berdampingan dengan keluarga dan teman-teman terdekat memang menyenangkan, namun sadarkah kita bahwa ada sebagian diri kita yang dirugikan. Pendampingan dari keluarga dan teman-teman malah menjadikan diri kita ketergantungan dan selalu mengharap bantuan dari orang lain. Kita akan selalu berfikir akan ada yang senantiasa menolong saat kesusahan misalnya orang tua yang akan selalu memasak dan membereskan rumah ketika kita lagi kelelahan, teman-teman yang akan meminjamkan duit ketika kita lagi bokek setelah kalap melahap barang diskon. Namun, apakah pantas di usia dewasa kita masih saja terus-terusan mengandalkan orang lain?

Ketika merantau, keadaan memang mengahruskan untuk hidup sendiri. Jauh dari keluarga dan teman2 justru menjadikan diri terlatih hidup mandiri, belajar mengatur keuangan dan kian dewasa dalam menetukan setiap keputusan dengan memikirkan konsekuensi dan akibat dari keputusan yang diambil. Ketika masih tinggal dengan orang tua, kita tak perlu pusing memikirkan kebutuhan makan, bayar tempat tinggal listrik dan air, karena selalu ada donator yang siap sedia menanggung semuanya, tapi ketika berada ditanah rantau kita akan dituntut untuk meminimalisir semua pengeluaran agar cukup sampai kiriman berikutnya datang. Namun pengalaman ini setidaknya bisa mengajarkan bahwa hidup hemat adalah sebuah keharusan, bisa paham tentang hidup pas-pasan dan akan sadar betapa pentingnya menabung. Sehingga bisa bijaksana mengatur keuangan sendiri. 

Dalam hidup kita seringkali dihadapkan dengan berbagai pilihan. Tak jarang pilihan itu membuat kita bingung menentukan pilihan yang tepat, disiinilah pendampingan orang tua dan teman selalu bisa andalkan. Teman bisa jadi tempat berbagi cerita, sedang keluarga akan selalu siap menopang dalam berbagai kondisi. Meski berada jauh dari keluarga dan kampung halaman, perantauan bisa jadi tempat untuk menemukan teman dan keluarga baru, tanah rantau akan selalu menawarkan banyak keluarga, sahabat dan cerita serta pengalaman hidup. Dan ini nih satu hal yang akan sangat dirindukan ketika jauh dari kampung halaman. Yah, pulang!!!! Pulang adalah saat yang paling dinantikan karena segala rindu yang lama tertahan bisa segera dilampiaskan. Setelah pergi jauh dari rumah dan keluarga, kita akan merasakan banyak hal yang tak pernah kita rasakan sebelumnya, rindu omelan bapak dan ibu, pertengkaran dengan saudara serta masakan ibu yang selalu kita anggap sebagai hal yang biasa ketika kita berada dirumah. Pulang kerumah dan berkumpul bersama keluarga adalah sebuah kemewahan yang akan membuat kita mengerti bahwa keluarga adalah tempat berpulang dan harta yang paling berharga, keluarga yang selalu bisa menerima kekurang dan kelebihan yang kita punya. Pergi jauh dari rumah member kesempatan menjelajah tempat-tempat baru, memungut banyak pengalaman, membuka mata terhadapa kejadian kejadian yang seringkali luput dari pengamatan kita karena terlalu terlena dengan kehidupan yang baik dan lurus, merantau menuntun kaki dan fikiran menuju sesuatu yang benar-benar kita inginkan selama ini.

“Merantaulah sesering mungkin, tersesat akan membantumu menemukan diri sendiri”
31 Juli 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...