Kamis, 07 Mei 2020

Tidur




 Tidur di atas batu karang, di atas katinting yang terombang-ambing di lautan selama 7 jam hahaha

Siapa di sini yang pelor a.k.a nempel molor? Hahaha coba ngacung. Sama, saya juga. Entah sudah berapa kejadian konyol karena menjadi seorang yang hobby banget tidur. Saya termasuk tipe orang yang kurang tidur pasti oleng, tapi kalau kelebihan tidur kadang sakit kepala, benar banget yang dianjurkan dalam agama untuk sedang-sedang saja dan tak berlebihan. Saya ingin berbagi beberapa cita kejadian konyol karena persoalan “tidur”.

Jadi dulu banget, beberapa tahun yang lalu saat saya masih sekolah di pesantren yang jaraknya sekitar 2 jam dari rumah saya pernah mengalami salah tujuan. Hampir setiap bulan saya pulang ke rumah, satu hari tibalah jadwal saya pulang ke rumah. Nah, sebelum naik ke mobil saya bilang dulu dong sama supirnya tujuan saya “Cabenge pak”? Tanyaku. Iya, jawab pak supir. Cuss naiklah ya, beberapa menit kemudian langsung tidur karena udah merasa berada di mobil yang tepat. Sekitar setengah jam kemudian saya terbangun, saya mengamati sekeliling. Kok jalanannya beda ya dengan jalanan yang selama ini saya lewati, tapi saya kembali melanjutkan tidur menganggap mungkin itu cuman asumsi saya saja. Tak lama kemudian saya bangun lagi dan memperhatikan dengan saksama kanan dan kiri jalan. Fiks, ini bukan asumsi dan halusinasi. Ini bukan jalan yang sering saya lewati. Saya kembali bertanya ke supirnya, Pak ini benar kan mobil ke Cabbenge? Pak supir kembali menjawab iya. Soppeng kan Pak? Bukaan dek, Bone. Plak, pantas saja jalanannya beda ternyata tujuannya memang berbeda. Saya langsung meminta turun dan mengambil mobil menuju arah balik ke tempat saya semula naik mobil. 

Pada kali yang lain, masih pada saat saya sekolah di pesantren. Satu hari saya naik mobil dan tertidur beberapa menit setelah berada di atas mobil. Bangunnya ketika sudah hampir tiba di pemberhentian terakhir mobil. Waktu itu kira-kira tahun 2005. Kebetulan saat itu saya membawa hp ke pondok meskipun dititipin di pembina asrama dan baru bisa diambil ketika mau pulang ke rumah, tujuannya agak bisa berkomunikasi lancar dengan orang tua tanpa harus antre menggunakan telefon asrama dan biar bisa minta jemput di tempat persinggahan terakhir mobil ketika tiba waktu pulang ke rumah. Nah, saat itu karena saya bangunnya pas udah mau nyampe tempat mobil berhenti saya hanya fokus mencari uang untuk membayar ongkos mobil, saya tidak memperhatikan hp yang saya bawa. Barulah nyadar kalau hpnya tidak ada ketika sudah turun dan hendak nelfon orang rumah untuk minta jemput. Ternyata hpnya terjatuh saat saya sedang tidur, kebetulan waktu itu hpnya saya kantongin. Dengan muka panik, takut, dan hampir menangis saya bilang ke tukang ojek saya yang ada di dekat tempat kejadian. Untungnya tukang ojek yang ada di tempat kejadian pada saat itu mengenali mobil yang saya tumpangi dan kenal dengan orang tua saya, jadinya ada yang mengantar saya pulang ke rumah dan ada yang mengejar mobil yang saya tumpangi tersebut, untungnya hpnya ketemu. Hihihih

Cerita yang lain pada saat saya sudah kuliah kira-kira semester 2. Jarak rumah saya ke kampus lumayan jauh, rumah saya dekat batas kota (Maros) kampus saya pun berada di dekat batas kota (Gowa). Jarak tempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan 2 kali naik angkot, waktu itu belum berani bawa motor ke kampus. Saya sering pulang kampus setelah maghrib, biasanya nongkrong dulu di sekret untuk menghindari kemacetan Kota Makassar yang lumayan menguras emosi. Seharian beraktifitas di kampus wajarlah ya kalo kelelahan, jadi saat udah di angkot seperti biasa saya langsung tidur. Perjalanan yang panjang lumayan memberikan kesempatan untuk bermimpi macam-macam baru tiba di tujuan. Satu ketika angkotnya itu penuh banget, orang-orang dempet-dempetan, tapi meski begitu tak menghalangi hasrat saya untuk tidur. Ketika udah mau tiba di rumah saya semacam punya insting gitu untuk langsung bangun, kebetulan uang untuk bayar angkot sudah saya kantongin. Setibanya di rumah langsung ganti pakaian dan simpan barang-barang. Besoknya, baru ngeh ternyata dompet saya hilang dan setelah diperhatikan ternyata tasnya robek seperti bekas siletan. Artinya kemarin itu saya dicopet tapi saya gak sadar karena tertidur. Hahahaha

Masih ada lagi dong cerita yang lain hahaha. Ini sih menyedihkan. Huhuhu. Jadi beberapa tahun yang lalu, sekitar tahun 2017 gitu. Saya yang terkenal oleh teman-teman menjadi pasar serba ada yang menjual segala macam barang hingga tiket pesawat pun saya jual. Suatu ketika ada teman yang minta tolong untuk dibeliin 2 tiket pesawat tujuan Papua dari Makassar. Langsung saya bookingkan setelah uangnya di transfer dan sekalian sy lakukan online check in untuk lebih memudahkan agar orang yang hendak berangkat tersebut tidak terlalu terburu-buru untuk berangkat ke bandara, maklum saja pesawat yang menuju Papua itu selalu tengah malam atau kalau gak subuh. Setelah melakukan check in saya lantas mengirimkan kode booking serta jadwal keberangkatan kepada teman saya dan berpesan untuk datang in time lalu mematikan handphone. Saya termasuk tipe orang yang selalu mematikan handphone ketika tidur, pertama karena gak suka terganggu kalau tidur, kedua untuk menghindari mendengar berita-berita buruk saat baru bangun tidur. Singkat cerita, pintu saya digedor-gedor tengah malam, kebetulan malam itu saya sendirian, ada perasaan takut dong untuk bukain pintu apalagi sendirian di rumah. Tapi saat mendengar suara teman saya memanggil, saya lalu bergegas untuk membukakan pintu. Terdengar orang ngomel-ngomel. Ini posisinya saya baru bangun tidur dan mendapati orang marah-marah, jadi ngerasanya ini semua hanya mimpi. Tiba-tiba teman saya menarik saya masuk ke rumah dan menjelaskan ke saya kalau tante dan neneknya tersebut ketinggalan pesawat. Haaa? Kok bisa tanyaku. Ternyata mereka berleha-leha berangkat karena saya menyampaikan kalau sudah check in, difikirnya kalau sudah check in bisa langsung naik pesawat tanpa harus check in ulang lagi di bandara. Pas mereka sampai di bandara orang-orang sudah boarding dan mereka tidak bisa ikut penerbangan malam itu yang artinya tiketnya hangus. Saya disalahkan sama semua orang karena dianggap lalai, kenapa mesti mematikan handphone. Di bandara mereka disampaikan oleh petugas bandara bahwa petugas bandara tersebut berkali-kali menelfon saya dan nomor saya tidak aktif, jelas aja gak aktif, hpnya saya matikan. Kalau ada yang berfikir kok bisa nomor saya yang dihubungi oleh pihak bandara? Iya, karena saya menggunakan akun saya untuk booking tiket tersebut yang artinya menggunakan data akun saya termasuk nomor handphone. Alhasil saya berdua bersama teman saya tersebut harus menggantikan tiket pesawat yang hangus itu dan langsung booking untuk berangkat keesokan harinya. Sebenarnya sih mau berdebat karena saya merasa sudah lepas tanggungjawab saat sudah booking dan berbaik hati melakukan check in sekalian. Tapi posisinya dua orang tersebut, tante dan nenek teman saya hendak ke Papua karena kedukaan, salah satu anggota keluarganya meninggal. Jadi saya merelakan uang tabungan saya untuk digunakan membeli tiket yang baru.

Cerita lainnya masih tentang tidur, ini sih menyeramkan. Jadi pada tahun 2013, posisinya saya lagi berada di Pare. Masih teringat jelas, malam itu malam jumat menjelang pukul 12 malam. Saya sudah tertidur lelap tiba-tiba pintu kamar digedor-gedor dengan sangat kencang. Suara bising orang-orang yang teriak dan menangis sudah terdengar dari luar kamar. Ternyata terjadi gunung meletus, ya Gunung Kelud meletus dan kondisi Pare saat itu sangat mencekam, atap asrama dihujani batu, luapan dari isi dari Gunung Kelud. Saking pelornya sampai-sampai orang sebising itu di luar kamar dan hujan batu tidak terdengar, untung aja ada teman asrama yang masih ingat kalau masih ada orang-orang yang terjebak di kamar dan masih tidur tak menyadari bahwa kondisi sudah sangat berbahaya. Hihihi

Udah ya, udaah cukup banyak kisah konyol dan mengenaskan karena “tidur”. Belum lagi cerita tidur di kelas, gak mandi ke kampus gara-gara kesiangan dan dosen udan masuk, tugas gak kelas karena ketiduran, kelewat tempat tujuan saat naik angkutan umum juga karena tidur sudah menjadi makanan sehari-hari hahahah. Meskipun begitu banyak cerita mengenaskan karena “tidur” tapi hal itu tak pernah membuat saya kapok untuk tetap menjadi seorang pelor, hahaha. Salah satu kenikmatan yang haqiqi di dunia ini adalah tidur. Hahaha
07 Juli 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...