Tidur di atas batu karang, di atas katinting yang terombang-ambing di lautan selama 7 jam hahaha
Siapa di sini yang
pelor a.k.a nempel molor? Hahaha coba ngacung. Sama, saya juga. Entah sudah
berapa kejadian konyol karena menjadi seorang yang hobby banget tidur. Saya termasuk
tipe orang yang kurang tidur pasti oleng, tapi kalau kelebihan tidur kadang
sakit kepala, benar banget yang dianjurkan dalam agama untuk sedang-sedang saja
dan tak berlebihan. Saya ingin berbagi beberapa cita kejadian konyol karena
persoalan “tidur”.
Jadi dulu banget,
beberapa tahun yang lalu saat saya masih sekolah di pesantren yang jaraknya
sekitar 2 jam dari rumah saya pernah mengalami salah tujuan. Hampir setiap
bulan saya pulang ke rumah, satu hari tibalah jadwal saya pulang ke rumah. Nah,
sebelum naik ke mobil saya bilang dulu dong sama supirnya tujuan saya “Cabenge
pak”? Tanyaku. Iya, jawab pak supir. Cuss naiklah ya, beberapa menit kemudian
langsung tidur karena udah merasa berada di mobil yang tepat. Sekitar setengah
jam kemudian saya terbangun, saya mengamati sekeliling. Kok jalanannya beda ya
dengan jalanan yang selama ini saya lewati, tapi saya kembali melanjutkan tidur
menganggap mungkin itu cuman asumsi saya saja. Tak lama kemudian saya bangun
lagi dan memperhatikan dengan saksama kanan dan kiri jalan. Fiks, ini bukan asumsi
dan halusinasi. Ini bukan jalan yang sering saya lewati. Saya kembali bertanya
ke supirnya, Pak ini benar kan mobil ke Cabbenge? Pak supir kembali menjawab
iya. Soppeng kan Pak? Bukaan dek, Bone. Plak, pantas saja jalanannya beda
ternyata tujuannya memang berbeda. Saya langsung meminta turun dan mengambil
mobil menuju arah balik ke tempat saya semula naik mobil.
Pada kali yang lain,
masih pada saat saya sekolah di pesantren. Satu hari saya naik mobil dan tertidur
beberapa menit setelah berada di atas mobil. Bangunnya ketika sudah hampir tiba
di pemberhentian terakhir mobil. Waktu itu kira-kira tahun 2005. Kebetulan saat
itu saya membawa hp ke pondok meskipun dititipin di pembina asrama dan baru
bisa diambil ketika mau pulang ke rumah, tujuannya agak bisa berkomunikasi
lancar dengan orang tua tanpa harus antre menggunakan telefon asrama dan biar
bisa minta jemput di tempat persinggahan terakhir mobil ketika tiba waktu
pulang ke rumah. Nah, saat itu karena saya bangunnya pas udah mau nyampe tempat
mobil berhenti saya hanya fokus mencari uang untuk membayar ongkos mobil, saya tidak
memperhatikan hp yang saya bawa. Barulah nyadar kalau hpnya tidak ada ketika
sudah turun dan hendak nelfon orang rumah untuk minta jemput. Ternyata hpnya
terjatuh saat saya sedang tidur, kebetulan waktu itu hpnya saya kantongin. Dengan
muka panik, takut, dan hampir menangis saya bilang ke tukang ojek saya yang ada
di dekat tempat kejadian. Untungnya tukang ojek yang ada di tempat kejadian
pada saat itu mengenali mobil yang saya tumpangi dan kenal dengan orang tua
saya, jadinya ada yang mengantar saya pulang ke rumah dan ada yang mengejar
mobil yang saya tumpangi tersebut, untungnya hpnya ketemu. Hihihih
Cerita yang lain pada
saat saya sudah kuliah kira-kira semester 2. Jarak rumah saya ke kampus lumayan
jauh, rumah saya dekat batas kota (Maros) kampus saya pun berada di dekat batas
kota (Gowa). Jarak tempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan 2 kali naik angkot,
waktu itu belum berani bawa motor ke kampus. Saya sering pulang kampus setelah
maghrib, biasanya nongkrong dulu di sekret untuk menghindari kemacetan Kota Makassar
yang lumayan menguras emosi. Seharian beraktifitas di kampus wajarlah ya kalo
kelelahan, jadi saat udah di angkot seperti biasa saya langsung tidur. Perjalanan
yang panjang lumayan memberikan kesempatan untuk bermimpi macam-macam baru tiba
di tujuan. Satu ketika angkotnya itu penuh banget, orang-orang dempet-dempetan,
tapi meski begitu tak menghalangi hasrat saya untuk tidur. Ketika udah mau tiba
di rumah saya semacam punya insting gitu untuk langsung bangun, kebetulan uang
untuk bayar angkot sudah saya kantongin. Setibanya di rumah langsung ganti
pakaian dan simpan barang-barang. Besoknya, baru ngeh ternyata dompet saya
hilang dan setelah diperhatikan ternyata tasnya robek seperti bekas siletan. Artinya
kemarin itu saya dicopet tapi saya gak sadar karena tertidur. Hahahaha
Masih ada lagi dong cerita
yang lain hahaha. Ini sih menyedihkan. Huhuhu. Jadi beberapa tahun yang lalu,
sekitar tahun 2017 gitu. Saya yang terkenal oleh teman-teman menjadi pasar
serba ada yang menjual segala macam barang hingga tiket pesawat pun saya jual. Suatu
ketika ada teman yang minta tolong untuk dibeliin 2 tiket pesawat tujuan Papua
dari Makassar. Langsung saya bookingkan setelah uangnya di transfer dan
sekalian sy lakukan online check in untuk
lebih memudahkan agar orang yang hendak berangkat tersebut tidak terlalu
terburu-buru untuk berangkat ke bandara, maklum saja pesawat yang menuju Papua
itu selalu tengah malam atau kalau gak subuh. Setelah melakukan check in saya lantas mengirimkan kode
booking serta jadwal keberangkatan kepada teman saya dan berpesan untuk datang in time lalu mematikan handphone. Saya termasuk tipe orang yang
selalu mematikan handphone ketika
tidur, pertama karena gak suka terganggu kalau tidur, kedua untuk menghindari
mendengar berita-berita buruk saat baru bangun tidur. Singkat cerita, pintu saya
digedor-gedor tengah malam, kebetulan malam itu saya sendirian, ada perasaan
takut dong untuk bukain pintu apalagi sendirian di rumah. Tapi saat mendengar
suara teman saya memanggil, saya lalu bergegas untuk membukakan pintu. Terdengar
orang ngomel-ngomel. Ini posisinya saya baru bangun tidur dan mendapati orang
marah-marah, jadi ngerasanya ini semua hanya mimpi. Tiba-tiba teman saya
menarik saya masuk ke rumah dan menjelaskan ke saya kalau tante dan neneknya
tersebut ketinggalan pesawat. Haaa? Kok bisa tanyaku. Ternyata mereka
berleha-leha berangkat karena saya menyampaikan kalau sudah check in, difikirnya kalau sudah check in bisa langsung naik pesawat
tanpa harus check in ulang lagi di
bandara. Pas mereka sampai di bandara orang-orang sudah boarding dan mereka tidak bisa ikut penerbangan malam itu yang
artinya tiketnya hangus. Saya disalahkan sama semua orang karena dianggap
lalai, kenapa mesti mematikan handphone. Di
bandara mereka disampaikan oleh petugas bandara bahwa petugas bandara tersebut
berkali-kali menelfon saya dan nomor saya tidak aktif, jelas aja gak aktif,
hpnya saya matikan. Kalau ada yang berfikir kok bisa nomor saya yang dihubungi
oleh pihak bandara? Iya, karena saya menggunakan akun saya untuk booking tiket
tersebut yang artinya menggunakan data akun saya termasuk nomor handphone.
Alhasil saya berdua bersama teman saya tersebut harus menggantikan tiket
pesawat yang hangus itu dan langsung booking untuk berangkat keesokan harinya. Sebenarnya
sih mau berdebat karena saya merasa sudah lepas tanggungjawab saat sudah
booking dan berbaik hati melakukan check
in sekalian. Tapi posisinya dua orang tersebut, tante dan nenek teman saya
hendak ke Papua karena kedukaan, salah satu anggota keluarganya meninggal. Jadi
saya merelakan uang tabungan saya untuk digunakan membeli tiket yang baru.
Cerita lainnya masih
tentang tidur, ini sih menyeramkan. Jadi pada tahun 2013, posisinya saya lagi
berada di Pare. Masih teringat jelas, malam itu malam jumat menjelang pukul 12
malam. Saya sudah tertidur lelap tiba-tiba pintu kamar digedor-gedor dengan
sangat kencang. Suara bising orang-orang yang teriak dan menangis sudah
terdengar dari luar kamar. Ternyata terjadi gunung meletus, ya Gunung Kelud
meletus dan kondisi Pare saat itu sangat mencekam, atap asrama dihujani batu,
luapan dari isi dari Gunung Kelud. Saking pelornya sampai-sampai orang sebising
itu di luar kamar dan hujan batu tidak terdengar, untung aja ada teman asrama
yang masih ingat kalau masih ada orang-orang yang terjebak di kamar dan masih
tidur tak menyadari bahwa kondisi sudah sangat berbahaya. Hihihi
Udah ya, udaah cukup
banyak kisah konyol dan mengenaskan karena “tidur”. Belum lagi cerita tidur di
kelas, gak mandi ke kampus gara-gara kesiangan dan dosen udan masuk, tugas gak
kelas karena ketiduran, kelewat tempat tujuan saat naik angkutan umum juga
karena tidur sudah menjadi makanan sehari-hari hahahah. Meskipun begitu banyak
cerita mengenaskan karena “tidur” tapi hal itu tak pernah membuat saya kapok
untuk tetap menjadi seorang pelor, hahaha. Salah satu kenikmatan yang haqiqi di
dunia ini adalah tidur. Hahaha
07 Juli 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar