Minggu, 12 Juli 2020

Sebuah Siklus

Entah sejak kapan, tapi kejadian ini seolah telah menjadi sebuah siklus. Ada yang menyebutnya dengan istilah "panas-panas tai ayam" yang entah bagaimana dan sejak kapan analogi ini muncul. Sebuah kegiatan, acara, apalagi yang berbau gratisan sudah bisa ditebak akan ada sebuah siklus. Ramai di awal dan di pertemuan-pertemuan selanjutnya akan hilang satu persatu. Ada yang melabelinya dengan istilah "muntaber" mundur tanpa berita.

Entah karena kesibukan lain, entah karena tidak menarik, entah karena tidak mendapat manfaat, atau mungkin karena memang orangnya yang tidak bisa komitmen. Kejadian seperti ini selalu berulang, di manapun, dalam kegiatan apapun.

Pada pertemuan pertama selalu riuh, kedua ketiga masih stabil. Pertemuan selanjutnya sudah mulai berguguran satu persatu. Apalagi jika kegiatan tersebut berbau gratisan. Banyak orang dengan santai hilang tanpa berita.

Di Jogja, dulu saat masih berdomisili di sana. Banyak sekali kegiatan gratisan, kegiatan dan acara dari yang kecil hingga yang besar dan mendatangkan tamu serta pembicara yang istimewa. Pada sesi pendaftaran terkadang panitia harus menutup link pendaftaran bahkan sebelum deadline berakhir karena kuota sudah terpenuhi. Tapi, terkadang bahkan sangat sering pada saat acara tersebut berlangsung peserta yang hadir bahkan tidak sampai setengah dari peserta yang telah mendaftar. Ini pun menjadi sebuah siklus yang terus berulang. Orang-orang yang tidak bertanggung jawab hanya "mengamankan kursi" meski tidak bisa memastikan bisa datang atau tidak. Dengan melalukan hal seperti ini sama artinya mengambil hak orang lain yang benar-benar menginginkan untuk belajar dan hadir di acara tersebut.

Sebagai seseorang yang pernah terlibat dalam sebuah kepanitiaan dengan kondisi seperti ini, sungguh itu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasa terPHP oleh orang-orang yang tidak begitu niat, mendaftar tapi tidak hadir. Hingga harus mengorbankan orang-orang yang benar-benar niat tapi terlambat mendapatkan informasi. Tak jarang kami harus tebal-tebal muka di depan pembicara karena peserta yang hadir sedikit.

Sebuah dilema sering kami rasakan. Ketika membuat acara berbayar yang mendaftar hanya sedikit, bukan karena tidak ada yang mau ikut tapi banyak yang berminat namun uang yang dimiliki dialokasikan untuk hal lain yang bersifat kebutuhan pokok.

Maka dengan alasan seperti ini, kami membuat kegiatan yang bersifat gratis demi untuk mewadahi teman-teman yang serius ingin belajar tapi terbatas di finansial. Tapi tak jarang hal ini malah disepelekan oleh orang-orang yang iseng dan tidak bertanggung jawab, sekadar isi link dan mendaftar tapi tidak datang pada saat kegiatan berlangsung. Ini menjadi sebuah siklus yang terjadi selama bertahun-tahun.

Perlu diingat bahwa orang dibalik layar yang menginisiasi sebuah acara, yang menjadi panitia. Mereka mengeluarkan effort yang besar demi berlangsungnya sebuah acara tersebut. Mari membantu mereka dengan keseriusan yang kita miliki, mendaftar jika kita benar-benar ingin ikut, bukan hanya iseng daftar dan setelah itu baru menyesuaikan jadwal, tapi sesuaikan jadwal dulu baru mendaftar. Satu nama yang mendaftar dalam sebuah acara adalah satu harapan dari panitia dan penyelenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...