Relawan itu apa sih?
Kalau
menurut KBBI relawan atau sukarelawan adalah orang yang melakukan sesuatu
dengan sukarela, tidak karena diwajibkan atau dipaksakan. Berdasarkan definisi
tersebut kita bisa mendefinisikan ulang bahwa kegiatan sukarelawan adalah
sebuah aktivitas yang dilakukan tanpa dipaksakan ataupun diwajibkan. Tidak perlu
harus berada di bawah naungan bendera apapun. Sesederhana melakukan sesuatu
untuk daerah sekitar tempat tinggal kita, membantu orang yang kesusahan di
jalan, atau membantu orang di rumah kita itu sudah masuk kategori kegiatan
sukarela. Suka dan rela.
Lalu, apa sih alasan orang ikut
dalam kegiatan kerelawanan di sebuah komunitas atau organisasi?
Banyak.
Orang bergabung dengan banyak alasan yang beragam. Ada yang merasa “terpanggil”,
ada yang ingin bermanfaat buat orang lain, mencari kegiatan, mencari jodoh, mempercantik
feed instagram, menambah portofolio, mencari pengalaman. Banyaak sekali alasan
mengapa orang bergabung dalam kegiatan kerelawanan. Apapun alasannya setiap
orang punya hak untuk membawa alasan masing-masing. Secara sisi humanis pun
manusia akan selalu tergerak untuk bersosialisasi dan bermanfaat bagi orang
lain. Ada yang mewujudkan dorongan tersebut menjadi sebuah aksi nyata dengan
keterlibatan langsung, ada pula yang berkontribusi dari segi materi karena
keterbatasan waktu dan banyaknya kesibukan.
Maka
bersyukurlah orang-orang yang tergerak dan mewujudkannya dalam aksi nyata. Karena
kita adalah sebagian kecil dari banyaknya orang di dunia ini yang masih
mendedikasikan waktu demi untuk bermanfaat bagi orang lain. Orang yang
berkontribusi secara materi dan pemikiran itu juga luar biasa. Itulah yang
dimaksud heterogenitas, ada yang berpikir, ada yang menyumbang, ada yang
eksekusi.
Volunteer
itu tidak dibayar tapi bukan berarti bisa seenaknya. Tetap ada aturan yang
mesti kita patuhi. Tetap ada orang yang harus kita hargai. Kita tidak boleh
seenaknya datang dan pergi sesuka hati kita. Belajar untuk konsisten dan
komitmen untuk hal-hal kecil, dimulai dari kegiatan volunteering. Belajar untuk
bertanggung jawab untuk setiap peran yang sudah diamanahkan kepada kita.
Dinamika dalam kegiatan
Volunteering
Banyak
sekali dinamika yang akan kita dapatkan ketika bergabung dalam kegiatan
volunteering. Dinamika tersebut yang bisa mengajarkan kita untuk berproses
menuju kedewasaan. Kita bahas satu-satu ya.
Dinamika
dari masyarakat. Ini dapat dipastikan akan selalu kita temui. Kita akan
menemukan berbagai macam peristiwa-peristiwa di masyarakat. Mulai dari masyarakat
yang menerima kehadiran dan program yang kita rencanakan sampai masyarakat yang
apatis atau bahkan menolak kehadiran kita. Dari peristiwa-peristiwa tersebut
butuh kedewasaan untuk mengatasi segala masalah yang ada.
Kedua
dinamika dalam organisasi/komunitas. Dinamika yang paling sering terjadi adalah
dinamika pengurus atau volunteer yang datang dan pergi. Seperti sebuah siklus. Awalnya
ramai hingga satu dua minggu, atau satu dua bulan. Lambat laun satu persatu
menghilang tanpa sepatah dua patah kata yang ditinggalkan. Tapi tak usah
khawatir, seperti banyak hal di dunia ini. Siklus tersebut juga akan membuat
orang-orang akan silih berganti. Ada yang pergi nanti juga akan ada orang baru
yang datang.
Ketiga
dinamika dari diri sendiri. Ini juga banyak sekali macam-macamnya. Ada yang
bermasalah antara diri sendiri dan orang tua karena terbatas izin. Ada yang dilema
karena harus membagi waktu dengan dunia akademik. Ada yang galau karena harus
memilih antara pasangan atau dunia volunteering. Banyak sekali macam-macamnya. Dari
banyak peristiwa yang dialami, ini akan melatih softskill kita. Tentang decision making, time management, manajemen
emosi, mengendalikan diri, dan banyak lagi.
Saya
akan bercerita dua peristiwa yang menurut saya lumayan berat untuk saya pilih. Pertama
kisah di tahun 2016 saat saya mendaftar sebuah kegiatan pengabdian tahunan. Di saat
tahap akhir saya dinyatakan lolos, tapi disisi lain saya dinyatakan lolos
seleksi administrasi beasiswa LPDP. Dua pilihan yang sama-sama baik dan
sama-sama saya inginkan. Pengabdian tahunan di daerah terpencil adalah sebuah
impian saya. Namun, lanjut kuliah pun adalah sebuah keinginan yang sudah saya
rencanakan sejak tahun 2014. Akhirnya saya meminta pendapat dari beberapa orang
yang sekiranya mampu memberikan saya solusi yang rasional. Salah satu saran
dari assessor saya waktu yang bilang “pengabdian tidak mesti di daerah
terpencil, kita bisa mengabdi dimanapun kita berada”. Kalimat tersebut yang akhirnya
membulatkan tekad saya untuk melanjutkan seleksi beasiswa LPDP dan terpaksa
harus membatalkan ikut pengabdian tahunan tersebut.
Peristiwa
kedua. Sekitar Mei 2019. Waktu itu saya sudah dinyatakan lolos untuk ikut
sebagai salah satu volunteer pengajar di sebuah komunitas. Sehari sebelum
keberangkatan saya mendapatkan tanda tangan ACC dosen pembimbing untuk maju
sidang tesis, tapi dengan persyaratan masih harus revisi satu kali lagi. Sebuah
tanda tangan yang saya tunggu sejak beberapa minggu. Saya galau untuk memilih
tetap ikut kegiatan volunteering dengan kemungkinan saya tidak bisa segera maju
sidang, atau saya tidak berangkat dan segera menyelesaikan revisi lalu mendaftar
sidang. Sekadar informasi waktu itu sudah mepet lebaran yang kemungkinan ketika
saya tidak sidang sebelum lebaran saya tidak bisa ikut wisuda Juli.
Sebuah
alasan yang terlihat sederhana mungkin bagi orang lain. Tapi menjadi beban bagi
saya. Saya menargetkan untuk wisuda Juli. Kenapa? Karena saya merupakan salah
satu awardee beasiswa yang mana
wisuda Juli bagi saya adalah sebuah keharusan. Saya tidak ingin mendapatkan
hujatan atau cibiran dari orang-orang yang akan menyalah-nyalahkan kegiatan saya
jika saya tidak selesai tepat waktu. Apalagi beberapa waktu sebelumnya saya
sudah mendapat banyak “teguran” untuk berhenti berkegiatan dan fokus ke urusan
akademik. Jangan sampai karena keasyikan main atau volunteeran saya akhirnya
harus bayar sendiri untuk menutupi kelebihan semester.
Dengan
membulatkan niat, saya akhirnya memutuskan berangkat volunteeran dengan membawa
draft tesis. Saya yakin bahwa yang saya lakukan adalah sesuatu yang baik dan
Allah sudah berjanji akan memudahkan urusan hambanya yang memudahkan urusan
orang lain. Saat teman-teman volunteer yang lain sudah tidur saya masih terjaga
untuk menyelesaikan revisian meski pada akhirnya keteteran. Saya pasrah aja
kepada Allah atas segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sepulang dari
kegiatan volunteeran saya ngebut begadang di kost untuk menyelesaikan revisian.
Pada akhirnya bisa daftar sidang dan dapat jadwal sebelum lebaran. Alhamdulillah,
akhirnya bisa nutut wisuda Juli. Saya semakin yakin bahwa ketika kita
memudahkan urusan orang lain, Tuhan pun akan memudahkan urusan kita.
Oh
iya, keputusan untuk tidak ikut pengabdian tahunan dan memilih lanjut sekolah
juga menjadi sebuah keputusan terbaik yang saya ambil. Benar bahwa saya tidak
jadi ke pedalaman selama setahun tapi saya mendapatkan banyak sekali kesempatan
untuk ikut kegiatan volunteeran selama dua tahun kuliah. saya mendapatkan
banyak wadah untuk tetap bisa berkontribusi. Selain itu saya mendapatkan banyak
jaringan pertemanan dari berbagai latar belakang. Percayalah bahwa kebaikan itu
akan saling tarik menarik. Selama kita berniat baik pasti akan selalu ada
jalan.
Manfaat dari kegiatan volunteering
Ada
banyak sekali manfaat yang bisa di dapat dari kegiatan kerelawanan. Bisa melatih
empati kita, bisa membuat kita banyak-banyak bersyukur, membangun jejaring,
melatih public speaking, bisa belajar time management, bisa melatih
emosi, dan bisa ketemu jodoh jika beruntung hahaha. Ada masih banyak lagi
manfaat-manfaat yang bisa kita dapatkan dari ikut kegiatan volunteering. Sesuatu yang priceless
yang tidak bisa dibandingkan dengan rupiah.
Modal niat baik aja tidak cukup
Kenapa?
Kita tetap butuh skill meskipun
kegiatan kerelawanan. Agar kita bisa lebih bermanfaat ketika kita bergabung di
bawah naungan komunitas/organisasi. Bisa
kemampuan mengajar, fotografi, bermain bersama anak-anak, komunikasi dengan
masyarakat, kemampuan kerajinan tangan, menulis, dan lain-lain. Skill yang sesuai dengan fokus
komunitas/organisasi yang kita masuki. Setidak-tidaknya kita punya minimal satu
kemampuan yang bisa kita bagikan untuk orang lain.
Selain
skill kita juga harus
mempertimbangkan faktor kesehatan. Jangan sampai hanya karena modal niat baik
kita tidak peduli dengan diri kita sendiri yang penting berbuat baik aja untuk
orang lain. Jangan ya! Kalau sakit better
istirahat di rumah. jangan sampai kita niat bantu malah menyusahkan orang
lain.
Tidak ada kebaikan yang jatuh
percuma di tanah.
Ini
adalah pesan mamaku. Jadi tidak ada kebaikan yang sia-sia. Segala sesuatu yang
kita tanam akan kita tuai. Jika kita menanam kebaikan, kebaikan itu akan
kembali ke kita entah melalui “tangan” siapa. Hukum timbal balik itu ada. Kita akan
mendapatkan balasan dari apa yang pernah kita perbuat. Jangan khawatir, bukan
manusia yang akan membalas. Tapi Tuhan yang akan “membayar” apapun yang pernah
kita lakukan.
Teruslah
berbuat kebaikan. Kebaikan itu akan menjadi sebuah bekal untuk kehidupan yang lebih abadi.
Disclaimer
Ini
cerita dan perspektif pribadi saya tentang dunia relawan. Mayoritas
komunitas/organisasi relawan yang saya ikuti adalah bidang sosial, pendidikan,
dan literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar