Selasa, 28 Juli 2020

Dunia Relawan


Relawan itu apa sih?
Kalau menurut KBBI relawan atau sukarelawan adalah orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela, tidak karena diwajibkan atau dipaksakan. Berdasarkan definisi tersebut kita bisa mendefinisikan ulang bahwa kegiatan sukarelawan adalah sebuah aktivitas yang dilakukan tanpa dipaksakan ataupun diwajibkan. Tidak perlu harus berada di bawah naungan bendera apapun. Sesederhana melakukan sesuatu untuk daerah sekitar tempat tinggal kita, membantu orang yang kesusahan di jalan, atau membantu orang di rumah kita itu sudah masuk kategori kegiatan sukarela. Suka dan rela.

Lalu, apa sih alasan orang ikut dalam kegiatan kerelawanan di sebuah komunitas atau organisasi?  
Banyak. Orang bergabung dengan banyak alasan yang beragam. Ada yang merasa “terpanggil”, ada yang ingin bermanfaat buat orang lain, mencari kegiatan, mencari jodoh, mempercantik feed instagram, menambah portofolio, mencari pengalaman. Banyaak sekali alasan mengapa orang bergabung dalam kegiatan kerelawanan. Apapun alasannya setiap orang punya hak untuk membawa alasan masing-masing. Secara sisi humanis pun manusia akan selalu tergerak untuk bersosialisasi dan bermanfaat bagi orang lain. Ada yang mewujudkan dorongan tersebut menjadi sebuah aksi nyata dengan keterlibatan langsung, ada pula yang berkontribusi dari segi materi karena keterbatasan waktu dan banyaknya kesibukan.

Maka bersyukurlah orang-orang yang tergerak dan mewujudkannya dalam aksi nyata. Karena kita adalah sebagian kecil dari banyaknya orang di dunia ini yang masih mendedikasikan waktu demi untuk bermanfaat bagi orang lain. Orang yang berkontribusi secara materi dan pemikiran itu juga luar biasa. Itulah yang dimaksud heterogenitas, ada yang berpikir, ada yang menyumbang, ada yang eksekusi.

Volunteer itu tidak dibayar tapi bukan berarti bisa seenaknya. Tetap ada aturan yang mesti kita patuhi. Tetap ada orang yang harus kita hargai. Kita tidak boleh seenaknya datang dan pergi sesuka hati kita. Belajar untuk konsisten dan komitmen untuk hal-hal kecil, dimulai dari kegiatan volunteering. Belajar untuk bertanggung jawab untuk setiap peran yang sudah diamanahkan kepada kita.

Dinamika dalam kegiatan Volunteering
Banyak sekali dinamika yang akan kita dapatkan ketika bergabung dalam kegiatan volunteering. Dinamika tersebut yang bisa mengajarkan kita untuk berproses menuju kedewasaan. Kita bahas satu-satu ya. 

Dinamika dari masyarakat. Ini dapat dipastikan akan selalu kita temui. Kita akan menemukan berbagai macam peristiwa-peristiwa di masyarakat. Mulai dari masyarakat yang menerima kehadiran dan program yang kita rencanakan sampai masyarakat yang apatis atau bahkan menolak kehadiran kita. Dari peristiwa-peristiwa tersebut butuh kedewasaan untuk mengatasi segala masalah yang ada.

Kedua dinamika dalam organisasi/komunitas. Dinamika yang paling sering terjadi adalah dinamika pengurus atau volunteer yang datang dan pergi. Seperti sebuah siklus. Awalnya ramai hingga satu dua minggu, atau satu dua bulan. Lambat laun satu persatu menghilang tanpa sepatah dua patah kata yang ditinggalkan. Tapi tak usah khawatir, seperti banyak hal di dunia ini. Siklus tersebut juga akan membuat orang-orang akan silih berganti. Ada yang pergi nanti juga akan ada orang baru yang datang.

Ketiga dinamika dari diri sendiri. Ini juga banyak sekali macam-macamnya. Ada yang bermasalah antara diri sendiri dan orang tua karena terbatas izin. Ada yang dilema karena harus membagi waktu dengan dunia akademik. Ada yang galau karena harus memilih antara pasangan atau dunia volunteering. Banyak sekali macam-macamnya. Dari banyak peristiwa yang dialami, ini akan melatih softskill kita. Tentang decision making, time management, manajemen emosi, mengendalikan diri, dan banyak lagi.

Saya akan bercerita dua peristiwa yang menurut saya lumayan berat untuk saya pilih. Pertama kisah di tahun 2016 saat saya mendaftar sebuah kegiatan pengabdian tahunan. Di saat tahap akhir saya dinyatakan lolos, tapi disisi lain saya dinyatakan lolos seleksi administrasi beasiswa LPDP. Dua pilihan yang sama-sama baik dan sama-sama saya inginkan. Pengabdian tahunan di daerah terpencil adalah sebuah impian saya. Namun, lanjut kuliah pun adalah sebuah keinginan yang sudah saya rencanakan sejak tahun 2014. Akhirnya saya meminta pendapat dari beberapa orang yang sekiranya mampu memberikan saya solusi yang rasional. Salah satu saran dari assessor saya waktu yang bilang “pengabdian tidak mesti di daerah terpencil, kita bisa mengabdi dimanapun kita berada”. Kalimat tersebut yang akhirnya membulatkan tekad saya untuk melanjutkan seleksi beasiswa LPDP dan terpaksa harus membatalkan ikut pengabdian tahunan tersebut.

Peristiwa kedua. Sekitar Mei 2019. Waktu itu saya sudah dinyatakan lolos untuk ikut sebagai salah satu volunteer pengajar di sebuah komunitas. Sehari sebelum keberangkatan saya mendapatkan tanda tangan ACC dosen pembimbing untuk maju sidang tesis, tapi dengan persyaratan masih harus revisi satu kali lagi. Sebuah tanda tangan yang saya tunggu sejak beberapa minggu. Saya galau untuk memilih tetap ikut kegiatan volunteering dengan kemungkinan saya tidak bisa segera maju sidang, atau saya tidak berangkat dan segera menyelesaikan revisi lalu mendaftar sidang. Sekadar informasi waktu itu sudah mepet lebaran yang kemungkinan ketika saya tidak sidang sebelum lebaran saya tidak bisa ikut wisuda Juli.

Sebuah alasan yang terlihat sederhana mungkin bagi orang lain. Tapi menjadi beban bagi saya. Saya menargetkan untuk wisuda Juli. Kenapa? Karena saya merupakan salah satu awardee beasiswa yang mana wisuda Juli bagi saya adalah sebuah keharusan. Saya tidak ingin mendapatkan hujatan atau cibiran dari orang-orang yang akan menyalah-nyalahkan kegiatan saya jika saya tidak selesai tepat waktu. Apalagi beberapa waktu sebelumnya saya sudah mendapat banyak “teguran” untuk berhenti berkegiatan dan fokus ke urusan akademik. Jangan sampai karena keasyikan main atau volunteeran saya akhirnya harus bayar sendiri untuk menutupi kelebihan semester.

Dengan membulatkan niat, saya akhirnya memutuskan berangkat volunteeran dengan membawa draft tesis. Saya yakin bahwa yang saya lakukan adalah sesuatu yang baik dan Allah sudah berjanji akan memudahkan urusan hambanya yang memudahkan urusan orang lain. Saat teman-teman volunteer yang lain sudah tidur saya masih terjaga untuk menyelesaikan revisian meski pada akhirnya keteteran. Saya pasrah aja kepada Allah atas segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sepulang dari kegiatan volunteeran saya ngebut begadang di kost untuk menyelesaikan revisian. Pada akhirnya bisa daftar sidang dan dapat jadwal sebelum lebaran. Alhamdulillah, akhirnya bisa nutut wisuda Juli. Saya semakin yakin bahwa ketika kita memudahkan urusan orang lain, Tuhan pun akan memudahkan urusan kita.

Oh iya, keputusan untuk tidak ikut pengabdian tahunan dan memilih lanjut sekolah juga menjadi sebuah keputusan terbaik yang saya ambil. Benar bahwa saya tidak jadi ke pedalaman selama setahun tapi saya mendapatkan banyak sekali kesempatan untuk ikut kegiatan volunteeran selama dua tahun kuliah. saya mendapatkan banyak wadah untuk tetap bisa berkontribusi. Selain itu saya mendapatkan banyak jaringan pertemanan dari berbagai latar belakang. Percayalah bahwa kebaikan itu akan saling tarik menarik. Selama kita berniat baik pasti akan selalu ada jalan.

Manfaat dari kegiatan volunteering
Ada banyak sekali manfaat yang bisa di dapat dari kegiatan kerelawanan. Bisa melatih empati kita, bisa membuat kita banyak-banyak bersyukur, membangun jejaring, melatih public speaking, bisa belajar time management, bisa melatih emosi, dan bisa ketemu jodoh jika beruntung hahaha. Ada masih banyak lagi manfaat-manfaat yang bisa kita dapatkan dari ikut kegiatan volunteering. Sesuatu yang priceless yang tidak bisa dibandingkan dengan rupiah.

Modal niat baik aja tidak cukup
Kenapa? Kita tetap butuh skill meskipun kegiatan kerelawanan. Agar kita bisa lebih bermanfaat ketika kita bergabung di bawah naungan  komunitas/organisasi. Bisa kemampuan mengajar, fotografi, bermain bersama anak-anak, komunikasi dengan masyarakat, kemampuan kerajinan tangan, menulis, dan lain-lain. Skill yang sesuai dengan fokus komunitas/organisasi yang kita masuki. Setidak-tidaknya kita punya minimal satu kemampuan yang bisa kita bagikan untuk orang lain.

Selain skill kita juga harus mempertimbangkan faktor kesehatan. Jangan sampai hanya karena modal niat baik kita tidak peduli dengan diri kita sendiri yang penting berbuat baik aja untuk orang lain. Jangan ya! Kalau sakit better istirahat di rumah. jangan sampai kita niat bantu malah menyusahkan orang lain.

Tidak ada kebaikan yang jatuh percuma di tanah.
Ini adalah pesan mamaku. Jadi tidak ada kebaikan yang sia-sia. Segala sesuatu yang kita tanam akan kita tuai. Jika kita menanam kebaikan, kebaikan itu akan kembali ke kita entah melalui “tangan” siapa. Hukum timbal balik itu ada. Kita akan mendapatkan balasan dari apa yang pernah kita perbuat. Jangan khawatir, bukan manusia yang akan membalas. Tapi Tuhan yang akan “membayar” apapun yang pernah kita lakukan.

Teruslah berbuat kebaikan. Kebaikan itu akan menjadi sebuah bekal untuk kehidupan yang lebih abadi.

Disclaimer
Ini cerita dan perspektif pribadi saya tentang dunia relawan. Mayoritas komunitas/organisasi relawan yang saya ikuti adalah bidang sosial, pendidikan, dan literasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...