Hari ini
saya ikut kelas yang diadakan oleh Srikandi Lintas Iman Jogja berkolaborasi
dengan Kak Ayu Kartika Dewi. Saya selalu senang ikut kelas yang pembicaranya adalah
Kak Ayu, ini adalah kali kedua saya menulis ringkasan materi yang saya dapatkan
dari kelas tersebut. Kak Ayu yang penuh antusias dan semangat mampu menularkan
energinya kepada para mendengar yang bisa mendapat mood booster.
Oke, kali
ini temanya tentang mindfulness leader saat
pandemic. Meski pada realitanya berbicara banyak hal dan tidak fokus ke mindfulness leader.
Mindfulness
itu apa sih? Jadi secara pengertian sederhana mindfulness adalah memperhatikan. Hadir di sini kini. Ilustrasi
gambar yang diberikan saat kelas berlangsung tadi adalah seorang manusia dan
anjingnya sedang berjalan menuju ke sebuah tempat yang terdapat pepohonan dan
matahari. Si anjing tersebut hanya melihat pepohonan dan matahari tersebut, sedangkan
si manusia melihat banyak hal karena dipikirannya sedang berkecamuk banyak hal
entah yang sudah pernah dilalui atau yang sedang dipikirkan di masa depan.
Manusia tersebut sedang mind full
sedangkan si anjing mindful. Manusia pikirannya
penuh sedangkan si anjing pikirannya sedang berada dalam keadaan saat itu juga.
Pernah gak
sih pikiran kita begitu ramai? Kita memikirkan terlalu banyak hal. Sesuatu yang
terjadi di masa lalu, atau kita sibuk menerka sesuatu di masa depan yang belum
tentu terjadi. Akibatnya apa? Akibatnya kita terkadang kelelahan, karena
pikiran kita berjalan kemana-mana dan tidak memusatkan perhatian pada keadaan
yang terjadi saat itu juga.
Kesuksesan
kita dalam pekerjaan dan hubungan bergantung pada kemampuan kita untuk merespon
secara efekti, bukan bereaksi secara otomatis. Menurut Viktor Frankl, “Di
antara stimulus dan respon terdapat sebuah jeda. Di dalam jeda itu, kita punya
kekuatan untuk memilih respon.
Tanpa mindfulness kita akan langsung reaktif
setiap mendapatkan stimulus. Contohnya saat kita disakiti kita akan langsung
bereaksi entah itu membalas menyakiti atau marah. Dengan mindfulness kita bisa menyaring terlebih dahulu sebelum merespon,
stimulus – mindfulness (sadar +
analisis) – pilihan – respon. Contoh yang Kak Ayu berikan, jadi dulu Kak Ayu
pernah kerja di sebuah kantor yang tempat kerja pegawai satu dengan yang lain
itu berdampingan. Salah satu rekan kantor Kak Ayu anggap saja namanya Budi, dia
meminjam gelas salah seorang pegawai lain anggap saja namanya Ani. Namun, si
Budi ini setelah menggunakan gelas tersebut dia tidak langsung mencuci. Ani si
pemilik gelas ingin menggunakan gelas tersebut dan meminta Budi untuk mencuci
gelas yang sudah dipakenya. Respon Budi “Mencuci kan tugas perempuan”. Kak Ayu
yang mendengar tersebut berarti dia mendapatkan stimulus, dia punya banyak
pilihan reaksi (mau marah ke Budi, menggampar, keluar ruangan, diam saja, atau
memberitahukan ke Budi bahwa tindakannya itu salah). Nah, Kak Ayu memilih
respon yg terakhir, memberitahukan ke Budi bahwa itu adalah sesuatu yang salah
meskipun bercanda dan meminta Budi untuk meminta maaf ke Ani lalu mencuci gelas
tersebut. Apa setelah kejadian tersebut membuat Budi lebih baik? Belum tentu. Tapi
apa hal itu membuat Kak Ayu lebih baik? Pasti. Karena dia sudah memilih respon
untuk menyuarakan kebenaran.
Mindful itu
tidak berarti harus selalu positif. Tapi memikirkan secara sadar apa yang ingin
dilakukan. Contohnya saat antrian kita diserobot, ya kita secara sadar bisa
menegur orang yang menyerobot itu karena telah merampas hak kita. Contoh lain,
saat dua orang ibu dan anak sedang berjalan dan tiba-tiba dicolek orang tak
dikenal, responnya tidak hanya menerima saja. Responnya bisa macam-macam, bisa
langsung memukul orang tersebut meskipun akibatnya akan dipukul balik, atau
berteriak minta tolong.
Mindful juga tidak berarti tidak merasakan
emosi. Emosi itu tidak bisa dikontrol, yang bisa dikontrol itu adalah aksinya. Contohnya,
Kak Ayu pernah mendapat hate speech di
sosial media. Hate speech itu
merupakan stimulus. Setelah mendapat
hate speech tersebut ada berbagai macam emosi yang dirasakan
oleh Kak Ayu, marah, tersakiti, dan bingung kenapa ada orang yang sampai
memiliki kebencian yang seperti itu. Ada berbagai macam respon juga yang bisa dilakukan, membalas dengan mencaci maki,
mendiamkan, atau memblok. Dan Kak Ayu memilih untuk mendiamkan agar tidak melukai
diri sendiri lebih dalam dan tidak melukai orang lain juga. Apa setelah
mendiamkan emosinya jadi hilang? Ya tidak. Emosi itu tetap ada, emosi tidak
bisa ditolak maupun dihilangkan. tapi, kita bisa melatih otak kita untuk
mengelola emosi tersebut.
Selanjutnya
diberikan ilustrasi ember yang berisi air. Lalu diberikan pertanyaan gimana
supaya air di ember tersebut gak tumpah? Nah jawabannya ada dua. Perbesar ember
dan kurangi air dalam ember tersebut.
Ember
itu adalah kapasitas mental kita. Perbesar ember dengan cara meditasi. Dan mengurangi
air dengan mengelola stress. Gimana nih caranya? Meditasi. Meditasi bisa
dilatih dengan berlatih bernafas. Kenapa bernafas itu penting? Karena nafas
adalah gerbang yang menghubungkan antara tubuh dan batin. Latihan nafas bisa
dilakukan dengan metode 4-7-8. 4 detik menarik nafas, 7 detik menahan nafas,
dan 8 detik menghembuskan nafas. Lakukan latihan nafas ini 2 kali sehari dan
setiap kalinya maksimal 4 siklus untuk bulan pertama dan untuk bulan kedua bisa
4 kali dengan maksimal 8 siklus setiap kalinya, agar tidak over dosis.
Sedangkan
untuk mengurangi air di ember bisa dengan pengelolaan stress. Membuat matrix
seperti gambar di bawah ini.
Setiap
sebelum tidur bisa membuat kebiasaan baru ini. Menulis catatan syukur dan
meditasi selama 10 menit. Apa sih manfaatnya membuat catatan syukur? Dengan
menulis catatan syukur kita melatih otak kita untuk mengingat dan mensyukuri
hal positif yang kita dapatkan, karena otak kita selama ini selama belasan
bahkan hingga puluhan tahun sudah terbiasa memikirkan hal-hal negatif.
Analoginya ketika ke hutan dan menemukan 999 makanan sehat dan 5 makanan
beracun mana yang akan kita ingat? Jawabannya pasti yang lima kan. Sama dengan
hidup kita, kita terkadang terfokus dengan hal-hal buruk yang kita dapatkan
sedangkan banyak hal-hal baik yang kita dapatkan tapi jarang kita syukuri. Dengan
menulis catatan syukur ini akan membantu otak kita agar bisa terlatih
bersyukur.
Tau gak sih
Indonesia itu masuk top 10 negara dengan depresi dan kecemasan tinggi. Urutan ketujuh
dengan depresi tinggi dan urutan kelima dengan tingkat kecemasan yang tinggi. Kenapa?
Karena faktor ekonomi yang meningkat. Belanja, traveling dan barang mewah yang
meningkat. Semua orang pakai sosial media. Membandingkan diri dengan orang
lain. Akhirnya depresi dan kecemasan meningkat. Semakin sering membandingkan
diri semakin menambah stress dan anxiety. Jangan bandingkan diri dengan orang
lain karena perjalanan setiap orang berbeda. Pakai sosial media dengan bijak
dan mindful.
Terakhir. Apa
hubungan mindfulness dengan
kepemimpinan? Ada korelasi positif antara pemimpin yang mindful dengan kepuasan yang dipimpin. (Arendt, Johannes F. W., et
al. “Mindfulness and leadership: Communication as a behavioral Correlate of
Leader Mindfulness and its Effect on Follower Satisfaction.” Frontiers, Frontier, 11 Mar 2019, www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2019.00667/full).
Pemimpin yang mindful seperti air
yang mengalir di setiap situasi, di mana dia dapat merespon perubahan dengan
baik. (Beekum. Servaas. (2016) Mindfulness and Leadership: A Critical
Reflection. Business and Management Studies. 2. 10.11114/bms. V2i1. 1190).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar