Senin, 06 Juli 2020

Sahabat

Saat mendengar kata sahabat, pasti di benak kita langsung teringat dengan seseorang atau bahkan beberapa orang. Orang tua atau mungkin teman yang kita anggap sebagai seorang sahabat. Orang yang selalu ada untuk kita dalam kondisi apapun. Orang yang akan selalu mendukung rencana-rencana kita, orang yang tak segan menegur saat kita salah, orang yang tak pernah meninggalkan saat kita terjatuh, orang yang tak pernah lelah menarik kita saat kita tersungkur, orang yang akan mengapresiasi saat kita berhasil, orang yang selalu tau kapan berada di garda terdepan atau garda paling belakang.

Namun, pernahkah berada di kondisi yang sahabat pergi karena satu dua alasan? Entah karena sudah berbeda "jalan", atau karena sudah berbeda prioritas, atau karena salah satu dari kita ada yang menikah, atau mungkin karena meninggal? 

Kehilangan? Pasti. Seakan sebagian dari kita ikut hilang. Karena menyadari bahwa orang akan dengan mudah datang dan pergi dan itu adalah sebuah keniscayaan, maka kita pun perlahan belajar untuk melepaskan kelekatan. Melepaskan rasa kepemilikan akan sesuatu yang berada di luar kita. 

Belajar untuk bersahabat dengan diri sendiri. Memperlakukan diri sendiri layaknya seorang sahabat memperlakukan sahabatnya. Sering mengobrol dengan diri sendiri, sering-sering memberikan afirmasi dari diri sendiri untuk diri sendiri. Menemani saat terjatuh, menyemangati untuk tak lelah berjung ketika gagal, tak memojokkan ketika dunia berlaku begitu kejam, menepuk-nepuk pundak sendiri dan berbicara dengan diri kita yang lain. Menyadari bahwa orang yang paling bisa diandalkan, orang yang tidak akan pernah pergi adalah diri sendiri. Belajar menjadi individu yang merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...