Selasa, 14 Juli 2020

Bencana


Belum kering diingatan tentang rentetan peristiwa demi peristiwa yang terjadi pada tahun 2019 yang sukses membuat kadar keimanan kita meningkat. Tahun 2020 kita kembali di sambut dengan bencana. Banjir di Jakarta yang sukses membuat gempar berbagai media, hingga banyak lini pekerjaan yang terpaksa harus diliburkan. Tak hanya di Jakarta, di berbagai kota di Indonesia pun terendam air tepat di hari pertama tahun 2020. Bahkan rumah-rumah bertingkat pun terendam air dan mobil mewah keluaran terbaru banyak yang terseret air. Bukti kedahsyatan banjir.

Tak hanya banjir, gempa pun melanda berbagai wilayah di Indonesia. Berita serta linimasa dipenuhi berita tentang gempa  hampir setiap minggu. Orang-orang memberi kesaksian tentang guncangan yang dirasakan. BMKG tak kalah sigap menginformasikan tentang titik-titik gempa lengkap dengan kekuatannya.

Selain banjir dan gempa, pada pertengahan Mei 2020 masyarakat Indonesia kembali mendapat berita bencana di Tulang Bawang, Lampung. Angin puting beliung memporak porandakan rumah warga. Tak hanya rumah yang mengalami kehancuran, beberapa korban jiwa pun ikut melayang.

Api tak mau kalah. Tidak usah kita berbicara tentang kebakaran hutan yang tanpa dicaripun beritanya akan dengan mudah kita dapatkan dan sukses membuat emosi naik ke kepala, melihat begitu banyak orang serakah membakar hutan demi kepentingan diri sendiri dan perusahaan. Coba masukkan keywords kebakaran di pemukiman penduduk, kamu pasti akan tercengang melihat begitu banyak berita tentang kebakaran yang terjadi di Indonesia.

Pada tahun yang sama, berita tentang tanah bergeser yang membuat rumah dan jalanan hancur, tanah longsor yang menimpa pemukiman penduduk, pun menghiasi media massa kita. Dari berbagai aspek kita bisa melihat bahwa bencana menyerang kita dari segala penjuru.

Bulan-bulan terakhir ini, juni dan juli kembali berita banjir menghiasi pemberitaan di sosial media. Puluhan rumah hanyut, kendaraan yang terseret arus, teriakan histeris orang-orang yang melihat dengan mata kepalanya sendiri harta benda bahkan keluarga hanyut tanpa bisa berbuat apa-apa, serta ketakutan yang menjadi beban trauma bagi setiap korban.

Dan berita yang tidak pernah redup sejak maret lalu adalah virus corona. Sebuah monster kecil yang tak terlihat sukses menebar ketakutan hingga merenggut korban jiwa yang tak terhitung lagi. Mengganggu stabilitas dalam banyak aspek kehidupan. Membuat manusia terkurung karena sesuatu yang bahkan tidak terlihat wujudnya.

Rentetan peristiwa demi peristiwa yang terjadi di tahun ini entah karena teguran, ujian, cobaan, azab. Whatever you name it adalah sebuah pengingat bahwa kita hanyalah partikel kecil di muka bumi ini. Kita hanya butiran debu di padang pasir yang begitu luas. Kita bukan siapa-siapa. Kita bukan apa-apa. Jabatan, harta benda, strata sosial sama sekali tidak bisa menolong saat musibah itu datang.

Kejadian demi kejadian seharusnya menyentuh relung hati kita, menyadarkan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang bisa kapan saja meninggal tanpa pernah kita bayangkan sebelumnya sebab musababnya. Segala unsur yang ada di muka bumi ini bisa menjadi penyebab kita bertemu dengan Tuhan. Harta benda yang kita cari mati-matian bisa hilang dan hancur hanya dengan sekedip mata.

Kejadian demi kejadian bisa jadi sebuah teguran untuk kita agar kembali berserah diri kepada-Nya. Mengingat bahwa apapun yang kita miliki saat ini sungguh tak akan jadi penolong ketika musibah itu datang. Mudah saja bagi-Nya membuat kita kehilang segalanya. Yang benar-benar kita miliki adalah apa yang kita tabung untuk bekal akhirat. Rejeki yang kita miliki hanyalah sebatas apa yang kita makan dan nikmati saat itu juga. 

Tak ada satu orang pun, bahkan yang mengaku sebagai paranormal sekalipun tidak bisa benar-benar memprediksi apa yang akan terjadi beberapa saat ke depan. Musibah yang terjadi seharusnya bisa menambah kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada Tuhan. Kembali berserah diri kepada-Nya. Memikirkan dengan pikiran jernih, hati yang bersih bahwa segala sesuatu yang terjadi semua atas izin-Nya. Dan tak ada yang tidak mungkin bagi-Nya.

Melihat pemberitaan sukses membuat bulu kuduk merinding, mata panas, dan buliran air membasahi pipi. Ikut merasakan ketakutan yang dialami korban. Rasa kehilangan yang membuat para keluarga yang ditinggalkan harus bisa bangkit mengobati rasa trauma yang dialami. Menyadari bahwa kita benar-benar hanyalah makhluk kecil di alam semesta yang luas ini. Harta benda yang kita pikir milik kita bisa kapan saja hilang. Tak ada yang benar-benar menjadi milik kita selain amal ibadah yang kita usahakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...