Belum
kering diingatan tentang rentetan peristiwa demi peristiwa yang terjadi pada
tahun 2019 yang sukses membuat kadar keimanan kita meningkat. Tahun 2020 kita
kembali di sambut dengan bencana. Banjir di Jakarta yang sukses membuat gempar
berbagai media, hingga banyak lini pekerjaan yang terpaksa harus diliburkan. Tak
hanya di Jakarta, di berbagai kota di Indonesia pun terendam air tepat di hari
pertama tahun 2020. Bahkan rumah-rumah bertingkat pun terendam air dan mobil
mewah keluaran terbaru banyak yang terseret air. Bukti kedahsyatan banjir.
Tak
hanya banjir, gempa pun melanda berbagai wilayah di Indonesia. Berita serta
linimasa dipenuhi berita tentang gempa
hampir setiap minggu. Orang-orang memberi kesaksian tentang guncangan
yang dirasakan. BMKG tak kalah sigap menginformasikan tentang titik-titik gempa
lengkap dengan kekuatannya.
Selain
banjir dan gempa, pada pertengahan Mei 2020 masyarakat Indonesia kembali
mendapat berita bencana di Tulang Bawang, Lampung. Angin puting beliung
memporak porandakan rumah warga. Tak hanya rumah yang mengalami kehancuran,
beberapa korban jiwa pun ikut melayang.
Api
tak mau kalah. Tidak usah kita berbicara tentang kebakaran hutan yang tanpa
dicaripun beritanya akan dengan mudah kita dapatkan dan sukses membuat emosi
naik ke kepala, melihat begitu banyak orang serakah membakar hutan demi
kepentingan diri sendiri dan perusahaan. Coba masukkan keywords kebakaran di pemukiman penduduk, kamu pasti akan
tercengang melihat begitu banyak berita tentang kebakaran yang terjadi di Indonesia.
Pada
tahun yang sama, berita tentang tanah bergeser yang membuat rumah dan jalanan
hancur, tanah longsor yang menimpa pemukiman penduduk, pun menghiasi media
massa kita. Dari berbagai aspek kita bisa melihat bahwa bencana menyerang kita
dari segala penjuru.
Bulan-bulan
terakhir ini, juni dan juli kembali berita banjir menghiasi pemberitaan di
sosial media. Puluhan rumah hanyut, kendaraan yang terseret arus, teriakan
histeris orang-orang yang melihat dengan mata kepalanya sendiri harta benda
bahkan keluarga hanyut tanpa bisa berbuat apa-apa, serta ketakutan yang menjadi
beban trauma bagi setiap korban.
Dan
berita yang tidak pernah redup sejak maret lalu adalah virus corona. Sebuah monster
kecil yang tak terlihat sukses menebar ketakutan hingga merenggut korban jiwa
yang tak terhitung lagi. Mengganggu stabilitas dalam banyak aspek kehidupan. Membuat
manusia terkurung karena sesuatu yang bahkan tidak terlihat wujudnya.
Rentetan
peristiwa demi peristiwa yang terjadi di tahun ini entah karena teguran, ujian,
cobaan, azab. Whatever you name it
adalah sebuah pengingat bahwa kita hanyalah partikel kecil di muka bumi ini. Kita
hanya butiran debu di padang pasir yang begitu luas. Kita bukan siapa-siapa. Kita
bukan apa-apa. Jabatan, harta benda, strata sosial sama sekali tidak bisa
menolong saat musibah itu datang.
Kejadian
demi kejadian seharusnya menyentuh relung hati kita, menyadarkan bahwa kita
hanyalah manusia biasa yang bisa kapan saja meninggal tanpa pernah kita
bayangkan sebelumnya sebab musababnya. Segala unsur yang ada di muka bumi ini bisa
menjadi penyebab kita bertemu dengan Tuhan. Harta benda yang kita cari
mati-matian bisa hilang dan hancur hanya dengan sekedip mata.
Kejadian
demi kejadian bisa jadi sebuah teguran untuk kita agar kembali berserah diri
kepada-Nya. Mengingat bahwa apapun yang kita miliki saat ini sungguh tak akan
jadi penolong ketika musibah itu datang. Mudah saja bagi-Nya membuat kita
kehilang segalanya. Yang benar-benar kita miliki adalah apa yang kita tabung
untuk bekal akhirat. Rejeki yang kita miliki hanyalah sebatas apa yang kita
makan dan nikmati saat itu juga.
Tak
ada satu orang pun, bahkan yang mengaku sebagai paranormal sekalipun tidak bisa
benar-benar memprediksi apa yang akan terjadi beberapa saat ke depan. Musibah yang
terjadi seharusnya bisa menambah kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada
Tuhan. Kembali berserah diri kepada-Nya. Memikirkan dengan pikiran jernih, hati
yang bersih bahwa segala sesuatu yang terjadi semua atas izin-Nya. Dan tak ada
yang tidak mungkin bagi-Nya.
Melihat
pemberitaan sukses membuat bulu kuduk merinding, mata panas, dan buliran air
membasahi pipi. Ikut merasakan ketakutan yang dialami korban. Rasa kehilangan
yang membuat para keluarga yang ditinggalkan harus bisa bangkit mengobati rasa
trauma yang dialami. Menyadari bahwa kita benar-benar hanyalah makhluk kecil di
alam semesta yang luas ini. Harta benda yang kita pikir milik kita bisa kapan
saja hilang. Tak ada yang benar-benar menjadi milik kita selain amal ibadah
yang kita usahakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar