Selasa, 07 Juli 2020

I’m Secure

Insecure I'm Secure

Sekitar 2 hari yang lalu saya ikut kelas yang diadakan oleh hersphere bekerjasama dengan perempuan gagal, pembicaranya adalah Kak Ayu Kartika Dewi yang merupakan Co-founder dari perempuan gagal. Selalu senang sih ikut kelas yang pembicaranya adalah Kak Ayu, energi positif dan semangatnya selalu menular. Ini kali kesekian saya mengikuti kelasnya Kak Ayu dan setelah selesai kelas selalu merasa dapat energi dan semangat serta insight. Karena merasa banyak hal yang bisa saya petik dari kelas tersebut, rasanya sayang jika saya menikmatinya sendiri dan tidak menuliskannya dalam sebuah catatan.

Kegagalan, sesuatu yang sangat tabu untuk dibicarakan, seakan orang yang mengalami kegagalan adalah orang yang paling menyedihkan sehingga banyak yang menyimpan sendiri kegagalan tersebut, yang ditampilkan hanyalah sisi bahagia dan kesuksesan, tak ayal hal tersebut membuat banyak orang merasa insecure dan beranggapan bahwa hidupnya paling susah jika belum mencapai keberhasilan atau kesuksesan yang selama ini dilihatnya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Seminar-seminar motivasi pun berjamur dan sangat ramai oleh peserta, yang diceritakan adalah langkah menuju sukses, jarang sekali yang mau bercerita tentang kegagalan. Kegagalan pun menjadi untold story.

Perempuan gagal lahir dari ketabuan itu, menyingkap sisi-sisi yang selama ini jarang atau bahkan tidak pernah diceritakan. Mengungkap bahwa kegagalan adalah sesuatu yang biasa dan bisa dialami oleh siapapun, tak peduli status sosial, tak peduli strata pendidikan, tak peduli bagaimana tampilan fisik, semua orang pasti pernah mengalami kegagalan.

Dalam sesi tersebut Kak Ayu bercerita sangat antusias mengenai banyak hal, nampak energinya sangat penuh dan siap ditularkan kepada siapapun yang mendengar.

Berikut akan saya tulis beberapa insight dari kelas tersebut.

Belajar untuk berani. Kenapa disuruh belajar untuk berani, bukan disuruh langsung untuk berani? Tau gak kenapa? Karena berani itu memang butuh dipelajari, berani bukan sesuatu yang serta merta ada. Butuh dilatih terus menerus. Keberanian itu hanya 50% jam terbang, 50% sisanya adalah kenekatan. Kalau kita tidak pernah nekat kita tidak akan pernah mencoba, kalau kita tidak pernah mencoba kita tidak akan punya jam terbang.

Resep kecewa. Ternyata bukan cuman masakan nih yang punya resep. Kecewa pun juga ada resepnya. Mau tau apa? Resep kecewa adalah saat kita menggantungkan validasi pada sesuatu yang berasal dari luar diri kita. Contohnya saat kita mengunggah sesuatu di sosial media dan berharap akan mendapat banyak engagement. Jika harapan tersebut tidak menjadi nyata, maka kecewa pun akan menyapa. Contoh yang lain, jika kita mengharap dukungan dari orang lain dan ternyata apa yang kita harapkan tidak kita dapatkan maka kita pun harus bersiap untuk bercengkrama dengan rasa kecewa, dan masih banyak lagi hal-hal yang jika kita gantungkan validasi dari eksternal maka hasilnya adalah kecewa. Kita pun perlahan akan kehilangan motivasi untuk melakukan sesuatu karena kita tidak menemukan apresiasi.

Jadi gak boleh nih mengharapkan external validation? Boleh, boleh banget. External validation itu akan membuat kita lebih semangat lagi untuk berkarya. Tapi jangan sampai karena external validation ini kita malah stuck, karena orang-orang di luar diri kita berada di luar control, dan kita tidak bisa mengontrol mereka ingin berbuat seperti apa.

Jadi yang mesti dilakukan apa? Belajar untuk mengapresiasi dan memvalidasi diri sendiri. Membangun inner security. Lah, inner security apaan lagi tuh? Percaya gak sih di dalam kepala kita itu ramai dan sangat berisik. Coba tenang dan dengarkan, sadari dan pahami apapun yang berisik di otak kita adalah sesuatu yang biasa dan itu gapapa. Belajar lagi konsep inner friend dan inner enemy.

Inner friend vs inner enemy. Apaan tuh? Jadi inner friend adalah suara-suara dari kepala kita yang menguatkan, menenangkan, mendorong agar tidak berhenti dan terus mencoba. Sedangkan inner enemy adalah suara-suara yang melemahkan. Inner friend ini tuh mesti dilatih biar gak kalah sama inner enemy. Yang mana sih yang dimaksud inner friend? Inner friend itu yang sering bersuara kayak “ayok coba aja gak usah takut gagal, kamu pasti bisa, gapapa kalo salah nanti dibenerin”, dan lain sebagainya. Kalau inner enemy itu yang mana? Jika sering mendengar dalam kepala kita ada bisikan-bisikan kayak “gak usah ajalah dicoba nanti gagal, nyerah aja kamu pasti gak bisa, eh kalo kamu salah nanti dipojok-pojokin dan diketawain loh, jangan ambil kesempatan itu apa kamu gak malu teman-teman timmu keren-keren semua”, dan masih banyak lagi. Jadi kata-kata yang menguatkan itu berasal dari inner friend sedangkan kata-kata yang melemahkan itu dari inner enemy. Nah inner friend ini tuh mesti dilatih biar kuat. Kalau kepala kita berisik dengan inner enemy, inner friend harus hadir untuk melawan inner enemy. Salah satu hal untuk melatih inner friend adalah menulis catatan syukur setiap hari dan membuat list strength serta weakness kita, agar strength yang kita miliki bisa kita asah dan perkuat.

Audit pertemanan. Emangnya keuangan mesti diaudit? Eits, jangan salah. Pertemanan pun harus di audit. Gunanya apa sih emang? Jadi audit pertemanan ini untuk memilih lingkungan terdekat yang positif yang akan jadi support system kita. Caranya gimana? Coba di list teman-teman yang paling sering berinteraksi, terus dibuat listnya lagi orang ini tuh menguatkan atau melemahkan, karena ternyata orang-orang yang selama ini sering berinteraksi dengan kita gak semuanya menguatkan. Nah logikanya, kalau gak menguatkan ya gak usah sering-sering berinteraksi, ya buat apa. Fokus aja dengan orang-orang yang menguatkan, bangun bounding dengan orang-orang yang menguatkan itu. Tapi yang mesti ditanamkan di dalam diri kita bahwa meskipun kita butuh dengan orang-orang itu, keluarga atau teman-teman yang kita anggap menguatkan itu. Rasa butuh tapi jangan sampai membuat kita bergantung.
Nah dalam lingkaran pertemanan pasti ada aja tuh teman-teman kita yang bagai trash truck atau truk sampah. Orang-orang yang dalam ucapan dan perbuatannya full of negativity. Mending gak usah dekat-dekat deh sama orang-orang kayak gini, karena energi itu kan nular. Kalau terlalu sering berinteraksi apalagi bersama pasti nanti akan nular tuh energi negatifnya. Kita individu merdeka yang bebas memilih circle yang ingin kita jadikan lingkaran satu tanpa harus ada perasaan gak enak, karena temanmu adalah cerminan dirimu.

Last but not least, sebelum kita mengatakan sesuatu atau mendengarkan sesuatu pastikan 4 hal ini. Apakah hal ini truthful (mengandung kebenaran), apakah ini useful (bermanfaat), apakah ini timely (diberikan pada waktu yang tepat), dan apakah ini kind (baik). Kalau gak mengandung 4 hal itu mending gak usah dikatakan atau didengarkan.

Lastly, don’t let insecurity take over the way you made up decisions. Choice should be taken by hopes, not by fears. Good things about insecurities only happen in our head. It can be controlled. Most of us feel insecure sometimes, but some of us feel insecure most of the time. Percaya diri adalah hasil. To accept and overcome insecurities, women rather need to stop caring too much about each other and start to care more for each other.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...