Salah
satu keahlian yang harus dipelajari adalah keahlian untuk berkompromi. Ketika
kita memutuskan untuk bekerjasama dengan seseorang, baik dalam skala pekerjaan
profesional, kerja kerelawanan, maupun dalam sebuah hubungan, kita harus
belajar memahami bahwa banyak kepala berarti akan banyak keinginan dan
pemikiran-pemikiran yang muncul. Semua orang memiliki perspektif masing-masing,
pola pikir yang berbeda, pengetahuan sebelumnya yang beragam, serta egonya
masing-masing.
Penting
untuk memiliki keahlian berkompromi agar tidak terjadi chaos, sejauh sesuatu yang ingin dikompromikan tersebut tidak
melanggar prinsip-prinsip yang sudah kita tanamkan dalam diri kita sebelumnya. Berkompromi
berarti luwes untuk melihat
perubahan, luwes untuk menerima
perbedaan, dan mencari titik tengah dari berbagai opini dan kemauan yang ada.
Belajar
untuk mendengarkan adalah sala satu tahap untuk menuju proses kompromi.
Mendengar perspektif dan kemauan orang lain, menyaring informasi-informasi yang
kita terima, dan menyaring-menyaring respon yang akan kita keluarkan dengan
gambaran plus minus yang masuk akal
baru kita diskusikan, agar mencapai satu titik temu.
Menurunkan
ego, memikirkan bahwa dunia tidak berputar hanya seputar kita, tidak semua
keinginan yang kita miliki harus dipenuhi, dan belajar bahwa orang pun memiliki
preferensi yang berbeda-beda yang tidak bisa kita tekan. Kebenaran dan kemauan
yang kita miliki tidak sepenuhnya bisa dijalankan, apalagi dalam kerja tim.
Jadi perlu adanya kompromi agar hubungan, pekerjaan, project yang kita lakukan
sampai ke tujuan dengan selamat.
Lawan
debat adalah teman diskusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar