Dear lelakiku
Tulisan ini kudedikasikan untukmu.
Terimakasih telah memilihku dan akupun telah
menjatuhkan pilihan kepadamu.
Terimakasih atas keberanian dan kegigihanmu
hingga kau dan aku menjadi kita.
Maafkan segala masa laluku yang kelam,
maafkan hati yang telah mengembara kemana-mana. Soal masa lalumu? Itu tak
menjadi persoalan bagiku, tak usah kau meminta maaf atau menjelaskan apapun. Aku
tak berhak menghakimi atau memberi penilaian terhadap masa lalumu, toh aku tak
hidup disana. Apapun yang telah kau lalui biarkanlah menjadi sebuah kenangan
untukmu. Yang kutau kini, kau adalah masa depanku.
Saat ini, aku lagi melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi. Bukan untuk menyaingimu, apalagi mengalahkan. Bukan sayang,
aku hanya ingin menjadi partner yang terbaik untukmu. Aku hanya ingin ketika
kau bercerita banyak hal padaku aku bisa mengerti, aku hanya ingin kau mendapat
teman berdiskusi yang nyambung, aku hanya ingin kelak anak-anak kita lahir dari
rahim ibu yang cerdas.
Hari ini, saat ijab telah dikabulkan, didepan
orang tua, sanak family, sahabat dan aminkan oleh para malaikat. Kita resmi
menjadi sepasang partner hidup.
Aku tau sayang, perjalanan yang akan kita
lalui tak akan selalu mulus. Tapi selama bersamamu, selama komunikasi itu tetap
terjalin baik, aku yakin kita akan melewati aral lintang yang menghadang.
Selamat membangun mahligai rumah tangga ya
dear. Kini kau jadi imamku, dan aku jadi makmummu. Aku senantiasa memperbaiki
diri untuk menjadi makmum yang terbaik untukmu.
Aku dalam proses menjaga dan memantaskan diri
untuk menjadi istri yang terbaik untukmu. Bimbing aku menuju ke jalan-Nya. Ajari
aku banyak hal, tegur aku ketika aku salah. Aku sementara belajar masak dari ibumu,
agar cita rasa yang sejak bertahun-tahun kau cicipi dirumahmu dulu, akan tetap
kau nikmati kelak bersamaku, bersama anak-anak kita. Aku akan selalu menjadi pendengar
setia kala kau kelelahan dengan dunia luar, jiwa ragaku akan selalu ada untukmu
sayang, datanglah kepadaku. Jangan pernah menyembunyikan apapun dariku dear,
ketika kau mendapat masalah mari kita duduk bersama, mengkomunikasikan dan
mencari jalan keluar. Ketika masalah dikantormu begitu pelik, datanglah
bercerita padaku dan kita mencari solusi bersama. Jadikanlah rumah sebagai
tempat kita berpulang, tempat kita bertemu, tempat kita bercengkrama. Dan jadikanlah
rumah sebagai surga yang selalu kita rindukan.
Kelak, ketika kau memintaku untuk menjadi full time wife aku akan menurutimu
sayang, meskipun keinginanku untuk tetap bekerja diluar masih begitu besar. Aku
percaya, rejekiku, rejeki anak-anak kita sudah Allah atur. Sudah dititipkan
dalam setiap tetesan keringatmu. Aku akan merawat anak-anak kita dengan penuh
kasih dan sayang, mengajarkannya ilmu agama, mengajarkannya pelajaran-pelajaran
kehidupan. Aku akan menungguimu dengan penuh cinta di rumah.
Ketika anak-anak kita sudah beranjak remaja
kita ajak mereka untuk pergi mendaki ya sayang. Kita mengenalkannya dengan
alam, agar dia lebih mengerti untuk menghargai alam, agar kelak dia bertemu
dengan banyak orang di pedalaman dan belajar untuk lebih menghargai
orang-orang. Kita ajarkan mereka untuk banyak bersosialisasi, agar mereka
tumbuh sebagai anak-anak yang sosialis. Kita mengajarkan mereka hidup susah,
bukan karena kita tak mampu. Tapi karena kita tahu hidup susahlah yang perlu
dipelajari, hidup enak tak perlu dipelajari, cukup dinikmati. Kita memanjakan
mereka dengan ketegasan dan kedisiplinan agar kelak mereka bisa lebih belajar
arti sebuah usaha. Bukan memanjakan dengan kemudahan.
Saat anak-anak kita memasuki usia SMP kita
memasukkan mereka di sekolah pesantren. Aku pernah melaluinya sayang. Pesantren
bukanlah bengkel untuk anak-anak nakal. Pesantren tempat menempa diri untuk
mengetahui pengetahuan agama. Aku merasakan manfaatnya sayang, sebejat dan
sebrengsek apapun dunia luar, senakal apapun teman pergaulan ketika kita telah
memiliki pondasi pengetahuan agama, kita selalu punya reminder.
Terima kasih telah bersamaku. Semoga kita
akan tetap bersama hingga kelak dunia yang memisahkan kita. Hingga kita di
pertemukan kembali di alam yang lain.
Semoga tulisan ini segera menjadi kenyataan.
Makassar,
29 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar