Minggu, 29 Januari 2017

Untukmu, lelakiku



Dear lelakiku

Tulisan ini kudedikasikan untukmu.

Terimakasih telah memilihku dan akupun telah menjatuhkan pilihan kepadamu.

Terimakasih atas keberanian dan kegigihanmu hingga kau dan aku menjadi kita.

Maafkan segala masa laluku yang kelam, maafkan hati yang telah mengembara kemana-mana. Soal masa lalumu? Itu tak menjadi persoalan bagiku, tak usah kau meminta maaf atau menjelaskan apapun. Aku tak berhak menghakimi atau memberi penilaian terhadap masa lalumu, toh aku tak hidup disana. Apapun yang telah kau lalui biarkanlah menjadi sebuah kenangan untukmu. Yang kutau kini, kau adalah masa depanku.

Saat ini, aku lagi melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Bukan untuk menyaingimu, apalagi mengalahkan. Bukan sayang, aku hanya ingin menjadi partner yang terbaik untukmu. Aku hanya ingin ketika kau bercerita banyak hal padaku aku bisa mengerti, aku hanya ingin kau mendapat teman berdiskusi yang nyambung, aku hanya ingin kelak anak-anak kita lahir dari rahim ibu yang cerdas.

Hari ini, saat ijab telah dikabulkan, didepan orang tua, sanak family, sahabat dan aminkan oleh para malaikat. Kita resmi menjadi sepasang partner hidup.

Aku tau sayang, perjalanan yang akan kita lalui tak akan selalu mulus. Tapi selama bersamamu, selama komunikasi itu tetap terjalin baik, aku yakin kita akan melewati aral lintang yang menghadang.

Selamat membangun mahligai rumah tangga ya dear. Kini kau jadi imamku, dan aku jadi makmummu. Aku senantiasa memperbaiki diri untuk menjadi makmum yang terbaik untukmu.

Aku dalam proses menjaga dan memantaskan diri untuk menjadi istri yang terbaik untukmu. Bimbing aku menuju ke jalan-Nya. Ajari aku banyak hal, tegur aku ketika aku salah. Aku sementara belajar masak dari ibumu, agar cita rasa yang sejak bertahun-tahun kau cicipi dirumahmu dulu, akan tetap kau nikmati kelak bersamaku, bersama anak-anak kita. Aku akan selalu menjadi pendengar setia kala kau kelelahan dengan dunia luar, jiwa ragaku akan selalu ada untukmu sayang, datanglah kepadaku. Jangan pernah menyembunyikan apapun dariku dear, ketika kau mendapat masalah mari kita duduk bersama, mengkomunikasikan dan mencari jalan keluar. Ketika masalah dikantormu begitu pelik, datanglah bercerita padaku dan kita mencari solusi bersama. Jadikanlah rumah sebagai tempat kita berpulang, tempat kita bertemu, tempat kita bercengkrama. Dan jadikanlah rumah sebagai surga yang selalu kita rindukan.

Kelak, ketika kau memintaku untuk menjadi full time wife aku akan menurutimu sayang, meskipun keinginanku untuk tetap bekerja diluar masih begitu besar. Aku percaya, rejekiku, rejeki anak-anak kita sudah Allah atur. Sudah dititipkan dalam setiap tetesan keringatmu. Aku akan merawat anak-anak kita dengan penuh kasih dan sayang, mengajarkannya ilmu agama, mengajarkannya pelajaran-pelajaran kehidupan. Aku akan menungguimu dengan penuh cinta di rumah.

Ketika anak-anak kita sudah beranjak remaja kita ajak mereka untuk pergi mendaki ya sayang. Kita mengenalkannya dengan alam, agar dia lebih mengerti untuk menghargai alam, agar kelak dia bertemu dengan banyak orang di pedalaman dan belajar untuk lebih menghargai orang-orang. Kita ajarkan mereka untuk banyak bersosialisasi, agar mereka tumbuh sebagai anak-anak yang sosialis. Kita mengajarkan mereka hidup susah, bukan karena kita tak mampu. Tapi karena kita tahu hidup susahlah yang perlu dipelajari, hidup enak tak perlu dipelajari, cukup dinikmati. Kita memanjakan mereka dengan ketegasan dan kedisiplinan agar kelak mereka bisa lebih belajar arti sebuah usaha. Bukan memanjakan dengan kemudahan.

Saat anak-anak kita memasuki usia SMP kita memasukkan mereka di sekolah pesantren. Aku pernah melaluinya sayang. Pesantren bukanlah bengkel untuk anak-anak nakal. Pesantren tempat menempa diri untuk mengetahui pengetahuan agama. Aku merasakan manfaatnya sayang, sebejat dan sebrengsek apapun dunia luar, senakal apapun teman pergaulan ketika kita telah memiliki pondasi pengetahuan agama, kita selalu punya reminder.

Terima kasih telah bersamaku. Semoga kita akan tetap bersama hingga kelak dunia yang memisahkan kita. Hingga kita di pertemukan kembali di alam yang lain.




Semoga tulisan ini segera menjadi kenyataan.
Makassar, 29 Januari 2017



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...