Kamis, 26 Januari 2017

Ah sudahlah



Awalnya kufikir semuanya baik-baik saja. Dan kejadian “buruk” di perbincangan awal kami hanyalah pendapat subjektif saya semata. Tapi kok rasa-rasanya semakin kesini semuanya semakin buruk. Dia yang harusnya mengambil andil besar kok semakin nganu saja ya.

Ah shit, saya masih berusaha menekan egoku. Berkali-kali berkata kepada diri sendiri harusnya saya yang mengalah, harusnya saya yang lebih mengerti. Tapi tapi, hati kok rasa-rasanya selalu menolak. Dia kan harusnya begini, dia kan harusnya begitu. Pola “harusnya” pun semakin menyesakkan.

Semangat berkobar yang kubawa tak luntur oleh hujan yang mengguyur dengan derasnya. Kuterobos hujan yang datang menyerang. Kupaksakan diri meninggalkan kasur yang mempunyai gravitasi yang sangat besar. Genangan yang sesekali mencipratkan kenangan kesekujur tubuh tak kuhiraukan. Semangat itu masih kujaga utuh demi sebuah pertemuan untuk perubahan.

Hingga tiba satu titik, bertemu dengan dia. Dia yang menurutku harus ini dan harus itu. Kok jadinya kayak begitu ya. Hati pun berkecamuk. WTF. Harus kerjasama dengannya selama beberapa bulan kedepan.

Awal yang buruk, fikirku. Berbagai cara kulakukan untuk mengembalikan mood yang sudah berantakan. Tapi tak satupun yang kuasa menormalkan. Kekesalan itu masih saja menyesakkan, moodku pun tak kunjung normal. Tawa terbahak pun ternyata hanyalah kamuflase dari sebuah sikap untuk menunjukkan saya dalam keadaan baik-baik saja. Nyatanya, kekesalan itu merobek-robek perasaanku.

Ah, harusnya tercipta kenyamanan dalam sebuah kerjasama. Harusnya ada kerjasama dalam sebuah tim. Tapi ah sudahlah. Semoga ketidaksukaan ini secepatnya berubah. Semoga ada titik dimana kenyamanan itu saya dapatkan.

Memanglah benar, semuanya akan kelihatan baik-baik saja ketika kita berada diluar lingkaran. Semuanya nampak begitu sempurna ketika kita hanya saling mengenal luarnya semata. Beda cerita ketika kita harus mengenal lebih dalam. Ego pun perlahan akan mencuat, gesekan emosional tak akan terhindarkan. 

Ah sudahlah. Mungkin lagi PMS, mungkin karena cuaca yang mendung membuat suasana hati ikut murung, ah mungkin saya yang terlalu perasa, ah mungkin yang terlalu cepat menafsirkan, ah harusnya saya mengerti mungkin dia punya alasan kenapa seperti itu,  Ah mungkin mungkin mungkin. Ah sudahlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...