Senin, 16 Januari 2017

Mantan jadi sahabat? "Bulshit"



Kita pernah bersama karena menemukan kecocokan, namun ketika kita merasa tak cocok lantas memilih untuk jalan masing-masing bukan berarti kita harus bermusuhan bukan? Kenangan indah yang pernah kita ukir bersama tak lantas menjadi petaka yang mesti kita sesalkan bukan? Aib yang pernah kita tutupi rapat-rapat tak mesti kita umbar bukan hanya karena kita tak lagi bersama, kita bukan artis yang selalu cari sensasi.
Saya akan sedikit bercerita mengenai mantan terakhir yang sekarang menjadi teman (sahabat)?. Awalnya semuanya berjalan biasa. Kita memutuskan untuk jalan masing-masing setelah 3 tahun suka duka pacaran kita lewati. Idiiiih, apa banget ya kalimatnya. Suka duka pacaran, oweks. Tiba-tiba pengen muntah.
Tepat di anniversary 3 tahun, kita sama-sama memilih untuk menjalani kehidupan masing-masing tanpa adanya ikatan hubungan. Semua berjalan seperti biasa. Hanya saja yang berkurang adalah intensitas perhatian satu sama lain, kepedulian masih sama. Ini nih yang membuat saya heran. Tujuan pacaran sebenarnya apa ya? Menghalalkan perbuatan yang tidak bisa dilakukan kepada teman kah? Kenapa banyak hal yang terbatas ketika kita berteman dan menjadi begitu wajib ketika kita pacaran. Duduuuuh, anak mudaiyya bela.
Bektutopik. Jadi setelah kita putus kita pun memutuskan untuk menjadi “sahabat”. Waddefak! Pacar jadi sahabat. Huahahaha. Bagi saya sih biasa aja ya. Tapi tidak bagi teman-teman dekat saya. Komentar tajam setajam linggis pun berceceran. “Eh kamu itu bodoh atau gimana sih, kok mau-maunya aja jalanin hubungan baik sama mantan setelah semuanya sudah berakhir”, nah ini malah yang membuat saya heran. Bukankah sebagai umat muslim kita tidak boleh diam-diaman lebih dari 3 hari. Mantan juga bagian dari teman sesama umat loh. Lantas apa yang salah kalau saya berhubungan baik sama mantan?
Hubungan baik tak hanya saya jalin dengannya, dengan mama serta adik-adiknya pun masih seperti biasa. Saling berkirim kabar. Saling menanyakan aktifitas masing-masing. Tak ada yang berubah, mungkin perasaan kita pun masih sama, yang berubah hanyalah status hubungan? Widiiiiih, sebegitu pentingnya kah sebuah status.
Tedeeett, sekitar 6 bulan bulan kemudian. Ketika dia mulai masuk kerja, ditempat kerjanya dia cinlok dengan seorang cewek. Lalu masalahnya apa? Sebenarnya bukan masalah ya, itu hak dia. Toh dia juga lagi gak jalan sama siapa-siapa. Dia masih tetap menghubungiku, curhat tentang cewek yang lagi dekat dengannya. Dan ketika mereka sudah pacaran pun sang mantan masih tetap intens menghubungi saya, widiiih dasar cowok kamfret. Kalo saya sih gak masalah ya, yang masalah sama ceweknya dia yang cemburuan. Huahahaha. Kita ikuti saja alur permainan ini, sampai bom waktu pun akan meledak. Huahahaha ketawa setan.
Sang mantan sering menelfon hanya untuk bercerita tentang pacarnya sekarang, curhat banyak hal tentang pacarnya. Hahaha waddefak banget ini mah. Kok enteng banget sih dia curhat sama saya tentang pacarnya. Tapi sebagai “sahabat” yang baik, saya dengan ikhlas mendengar dan memberi masukan. Suer takkewer kewer tak ada rasa sakit hati sekalipun, malah dalam hati ketawa. Masih mau memilih dia dibanding saya, saya jauh lebih baik cuyyyy. Langgeng ya sama si dia, karena saya memang bukan pilihan, tapi tujuan Hahahahaha
Ketika kali kesekian saya telefonan sama mantan dan mendengar dia berceloteh dan mengeluhkan tentang pacarnya salah seorang teman baik saya mendengar. Selesai telefonan cercaan kalimat menusuk pun menghujam. “eh kamu itu baik atau bodoh sih, ikhlas tidak sebodoh itu kali, saya yakin dihatimu masih menyimpan sakit, jangan terlalu memaksakan baik sama orang kalau kamu tersakiti”, awalnya semuanya berjalan baik. Tapi ketika hujatan dari beberapa teman baik yang tidak cuman satu dua orang akhirnya saya terbakar. Terbakar cui karena dikomporin.
Saya akhirnya naik pitam dan meledak, membenarkan kalimat teman-teman baikku yang selama ini selalu peduli tanpa batas. “ngapain juga saya mendengarkan curhatan si mantan sama ceweknya, apa juga untungnya, malah menimbulkan sakit hati, memikirkan posisi yang dicurhatin saat ini adalah posisi yang pernah saya tempati” huauahahaha. Akhirnya saya memutuskan untuk memblokir semua akun sosmed dan nomor hpnya.
Tapi dasar ya namanya hati, mau dihantam sekeras apapun selalu ada sisi baik yang bisa mematikan niat buruk. Tak cukup seminggu, saya kembali menambahkan doi sebagai teman di semua akun sosial medianya. Dengan catatan mengurangi intensitas mendengarkan curhatan dan mengurangi komunikasi. Ini bentuk penghormatan kepada beberapa pihak yang saat ini sudah benci akut sama si mantan. Ini mah judulnya siapa yang jalanin siapa yang sakit hati huahahaha.
Sebaik-baik manusia adalah manusia yang tidak memutuskan silaturrahmi.
Sekian dan terimakasih
Terimakasih telah sudi membaca catatan saya yang absurd ini
Semoga mendapat pelajaran dari kisah saya, eh apa sih. hahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...