Dik, nikmati masa kecilmu. Jangan terlalu cepat tergiur
melihat orang dewa sa, jangan terlalu menggebu ingin cepat dewasa. Nikmati saat-saat
bermainmu yang ceria. Berkotor-kotor tanpa perlu jijik, menangis tanpa harus
takut mendapat cemoohan cengeng, tertawa tanpa harus takut menahan jaim hanya
karena penilaian orang lain, akrab dengan lawan jenis tanpa harus mendapat
tuduhan modus, perhatian tanpa harus takut dibilangin tebar jaring.
Dik, nikmati hidupmu yang polos. Jadi diri sendiri tanpa
takut melukai perasaan orang lain. Jangan terlalu ingin cepat dewasa dik, jadi
orang dewasa itu melelahkan. Harus banyak berpura-pura, harus pintar berdrama,
harus lihai dalam bersandiwara.
Dik, teruslah berlari, bermain, jatuh dan bangkit lagi. Menangislah
sekencang-kencangnya saat kau kesakitan, lekaslah bangkit saat rasa sakit itu
sudah hilang. Saat kau dewasa kelak, kau akan butuh lebih banyak tenaga untuk
berpura-pura tegar, menahan tangis hanya untuk kelihatan kau orang yang kuat. Jangan
terlalu cepat dewasa dik, jadi orang dewasa itu ribet. Harus banyak memendam
agar selalu bisa kelihatan baik.
Semakin matang usia, drama semakin banyak. Hidup yang dulu
begitu simple dan enteng berubah menjadi runyam dan rumit. Sekali waktu kita
bisa belajar dari anak kecil. Hidup mereka dibuat begitu sederhana. Tak butuh
tenaga ekstra untuk berpura-pura bahagia. Bahagianya sederhana, bermain dan
terus bermain. Sedihnya pun sesederhana tak punya mainan atau tak kebagian
permen, kesakitannya divisualkan dalam bentuk tangis. Tak ada energi ekstra
yang terkuras untuk menahan tangis yang ingin meledak. Andai, hidup bisa dibuat
sederhana dan sesimple kala kita masih kecil.
Tak ada kekhawatiran berlebih, tak banyak lakon yang kita
jalani. Tak mesti mengorbankan perasaan sendiri demi melihat senyum bahagia di
bibir orang lain. Ah andai saja. Andai hanya berakhir dalam khayal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar