Sebagai mahasiswa teladan, saya punya segelintir kisah
perkuliahan yang unforgettable banget.
Pernah dikeluarkan dari kelas 2 kali. Pertama karena menjawab pernyataan dosen.
Kronologisnya seperti ini kala itu si dosen muda nan
cakep tapi sayang sudah punya istri terlambat masuk kelas, kurang lebih telat
45 menit. Ini mah telatnya sudah keterlaluan ya, kalau mahasiswa telat 15 menit
saja sudah pasti di boikot dilarang masuk kelas. Dengan rona muka sedikit aneh si dosen berkata
“maaf ya saya datang telat”, saya spontan menjawab “iya pak dimaafkan”, jawabanku
mengundang tawa teman-teman. Nah ini teman-teman maksudnya apa coba pake haha
hihihi gak jelas. Toh gak ada yang lucu.
Tak berselang berapa lama kemudian saya di usir dari
kelas. Saya tiba-tiba speechless ini
maksudnya apa? Salah saya apa pak? Kok bapak yang datang telat tiba-tiba malah nyuruh saya keluar kelas. Wong saya cuman
menjawab pernyataan bapak, dari pada bapak dicuekin. Harusnya bapak berterima
kasih kepada saya, karena saya masih merespon bapak, dicuekin itu gak enak pak,
sumpah.
Saya masih duduk melongo, si bapak ganteng mengulangi
pernyataannya disertai ancaman “kalau kamu gak mau keluar, saya yang keluar”,
ini mah pernyataannya makin aneh aja. Kok childish
banget sih, heraaan. Mungkin doi keseringan nonton FTV kali ya. Pake acara
ngambek-ngambek segala. Atau mungkin si bapak ganteng lagi PMS. Teman-teman
yang tadinya ngetawain sekarang malah ikut-ikutan nyuruh keluar. Ah sudahlah,
lu pada gak solid. Huhuhu nangis di pojokan.
Saya akhirnya keluar kelas. Alih-alih menyesal dan minta
maaf yang ada malah bersorak kegirangan, YESSSS akhirnya bisa terbebas dari
mata kuliah membosankan, saya menuju ke gazebo untuk nongkrong dan
ketawa-ketiwi.
Sekitar setengah jam kemudian teman-teman sudah keluar
kelas. Karena jadwalnya juga sudah selesai. Teman-teman mendatangiku lalu
menertawakan sepuasnya. Ah kampret banget, bukannya prihatin temannya
dikeluarin dari kelas malah tertawa diatas penderitaan teman sendiri. Huhuhu. Baru
setelah itu mereka menjelaskan kalau si bapak ganteng telat masuk kelas karena
diare. Oalah pak, bilang kek dari tadi. Pantesan sensi. Untuk gak bablas keluar
percitan dikelas. Oooppsss.
Minggu berikutnya, masih dosen yang sama dengan mata
kuliah yang sama. Doi kayaknya masih sensi sama saya. Dan sialnya saya
kedapatan mengerjakan tugas lain di mata kuliah si bapak, emang dasar mahasiswa
malas. Hahaha. Saya akhirnya diusir lagi keluar dari kelas untuk kali kedua.
Lagi lagi tanpa rasa bersalah, saya mengambil tas dan
buku-buku saya yang berserakan di meja lalu keluar. Tak lupa mengucapkan
terimakasih. Dalam hati berkata “terimakasih loh pak sudah menyelamatkan saya
dari mata kuliah yang membosankan ini, terimakasih pula karena usiran bapak
saya mempunyai waktu lebih untuk mengerjakan tugas mata kuliah lain yang belum
selesai”.
Minggu-minggu berikutnya ketika bertemu si bapak
ganteng saya selalu tebar senyuman, untuk menebus semua kekeruhan hati diantara
kami, cihuuuuyyy. Bulan bersambut, si bapak ganteng membalas senyuman saya. Mungkin
dia sudah mulai luluh. Sejak dari situ hubungan kami membaik, saya akhirnya
akrab sama si bapak ganteng.
Namun tetap saja, mata kuliahnya tetap membosankan. Meski
mata kuliahnya begitu membosankan saya tetap berusaha menyelesaikan tugas
kuliah yang beliau berikan. Alhasil ketika nilai keluar terlihat dengan jelas
huruf C. Yuhuuuuiii makasih banyak sekali lagi pak. Akhirnya bapak lagi lagi
menyelamatkan saya dengan nilai C. Artinya saya lulus di mata kuliah bapak,
tanpa harus mengulang satu semester yang tak akan kalah membosankannya. Nilai C
yang bapak berikan bertengger manis di transkrip nilai saya.
Terimakasih pengalaman berharganya pak. Berkat bapak,
saya punya pengalaman saya pernah dikeluarkan dari kelas. Nama bapak akan
selalu terkenang, hingga ke anak cucu saya nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar