Selasa, 03 Januari 2017

Kau masih tetap partner terbaikku



                Kita adalah dua sejoli yang sering di cie-ciein. Kita adalah duan insan yang sering didoain untuk bersama. Kita adalah sepasang anak muda yang seringkali diharapin berjodoh. Kita adalah sepasang anak manusia yang jika jalan bersama terlihat seperti anak dan bapak. Dan kau adlah partner terbaik yang pernah aku miliki.

                Kita sangat berbeda. Tapi hal itu ternyata menjadikan kita saling melengkapi. Kau yang terlalu serius, aku yang tidak pernah begitu serius. Kau yang punya perencanaan matang, aku yang selalu bertindak nekat. Kau yang begitu tempramen, aku yang sangat suka bercanda. Kau yang terlalu teoritis, aku yang terlalu praktis. Kau yang suka hibernasi dikamar, aku yang suka berpetualang. Kau yang kelihatan begitu tegar dan tegas tapi nyatanya sangat rapuh. Kau yang terlalu sering berpikir negatif, aku yang selalu memandang sesuatu sebagai hal yang wajar. Kau dengan pendirian yang begitu kuat dan aku yang terlalu cepat goyah. Kita pernah saling menguatkan. Kau yang paling tau cara menjaga (kesehatan) mentalku. Kau yang paling mengerti ketika aku lagi marah, dan memilih untuk diam lalu meminta maaf dan membujukku untuk kembali baikan. Kita yang selalu bisa disatukan oleh teh kotak dan susu ultra di halte sambil membicarakan banyak hal.

                Ah aku rinduu, rindu berpartner denganmu (lagi). Kita baru benar-benar saling mengenal ketika kita dipasangkan disatu kabupaten di ujung timur Indonesia. Beberapa bulan kita lewati bersama. Susah, sedih, tangis, tawa, senang kita lewati bersama. Kau yang dulu begitu kuhargai karena wibawamu. Kau yang sejak dulu selalu kuanggap sebagai kakak yang terus menasehatiku habis-habisan. Kita yang selalu kelihatan kuat tapi nyatanya sangat rapuh, kau yang tak pernah letih meyakinkan dan menemaniku saat aku terjatuh. Kita yang pernah punya banyak rencana sama-sama. kita yang mendaftar PPD (Pemuda Penggerak Desa) dan sama-sama lulus meski pada akhirnya tahap itu yang membuat kita mengambil jalan yang berbeda. Kau yang memilih mengambil PPD dan berangkat ke Halmahera, serta aku yang memilih mengambil LPDP dan melanjutkan kuliah. Satu hal yang tetap kuyakini sampai sekarang, impian kita masih sama. mengabdikan diri di timur Indonesia. Cita-cita kita masih sama, menjadi dosen di Papua.

                Karenamu aku meyakini, perpisahan bukan jalan untuk saling melupakan. Jalan berbeda yang kita lakoni sekarang membuat bahan cerita kita makin bertambah, kita bisa saling bertukar cerita dan pengalaman. Berbagai media msih terus menjadi penghubung kita. Meski kau sedang berada di pelosok dengan jaringan yang tertatih-tatih. Kau tak pernah alpa untuk mengabari, atau hanya sekedar bertanya kegiatanku saat ini apa? Meski kita terpisah jarak ribuan mil, kau akan tetap jadi the best partner ever dan hingga detik ini pun aku belum menemukan partner segila dirimu. Ternyata perbedaan itu memang sangat indah. Buktinya adalah kita. Meski dengan puluhan perbedaan kita bisa menjadi the best partner. Tak pernah sejenak pun membayangkan bisa berpartner denganmu yang begitu kaku, begitu teratur, begitu tegang, begitu teoritis, begitu perfectionist. Namun ternyata karakter yang begitu berbanding terbalik menjadi jalan untuk kita saling melengkapi. Sampai berpartner di pengabdian selanjutnya.

Ini foto dijepret ketika perjalanan menuju ke Surabaya.

1 komentar:

  1. Halmahera - Kuyakini
    https://www.youtube.com/watch?v=xce0_d4Su88

    BalasHapus

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...