Kita adalah dua sejoli yang
sering di cie-ciein. Kita adalah duan insan yang sering didoain untuk bersama.
Kita adalah sepasang anak muda yang seringkali diharapin berjodoh. Kita adalah
sepasang anak manusia yang jika jalan bersama terlihat seperti anak dan bapak.
Dan kau adlah partner terbaik yang pernah aku miliki.
Kita sangat berbeda. Tapi hal
itu ternyata menjadikan kita saling melengkapi. Kau yang terlalu serius, aku
yang tidak pernah begitu serius. Kau yang punya perencanaan matang, aku yang
selalu bertindak nekat. Kau yang begitu tempramen, aku yang sangat suka
bercanda. Kau yang terlalu teoritis, aku yang terlalu praktis. Kau yang suka
hibernasi dikamar, aku yang suka berpetualang. Kau yang kelihatan begitu tegar
dan tegas tapi nyatanya sangat rapuh. Kau yang terlalu sering berpikir negatif,
aku yang selalu memandang sesuatu sebagai hal yang wajar. Kau dengan pendirian
yang begitu kuat dan aku yang terlalu cepat goyah. Kita pernah saling
menguatkan. Kau yang paling tau cara menjaga (kesehatan) mentalku. Kau yang
paling mengerti ketika aku lagi marah, dan memilih untuk diam lalu meminta maaf
dan membujukku untuk kembali baikan. Kita yang selalu bisa disatukan oleh teh
kotak dan susu ultra di halte sambil membicarakan banyak hal.
Ah aku rinduu, rindu berpartner
denganmu (lagi). Kita baru benar-benar saling mengenal ketika kita dipasangkan
disatu kabupaten di ujung timur Indonesia. Beberapa bulan kita lewati bersama.
Susah, sedih, tangis, tawa, senang kita lewati bersama. Kau yang dulu begitu
kuhargai karena wibawamu. Kau yang sejak dulu selalu kuanggap sebagai kakak
yang terus menasehatiku habis-habisan. Kita yang selalu kelihatan kuat tapi
nyatanya sangat rapuh, kau yang tak pernah letih meyakinkan dan menemaniku saat
aku terjatuh. Kita yang pernah punya banyak rencana sama-sama. kita yang
mendaftar PPD (Pemuda Penggerak Desa) dan sama-sama lulus meski pada akhirnya
tahap itu yang membuat kita mengambil jalan yang berbeda. Kau yang memilih
mengambil PPD dan berangkat ke Halmahera, serta aku yang memilih mengambil LPDP
dan melanjutkan kuliah. Satu hal yang tetap kuyakini sampai sekarang, impian
kita masih sama. mengabdikan diri di timur Indonesia. Cita-cita kita masih
sama, menjadi dosen di Papua.
Karenamu aku meyakini,
perpisahan bukan jalan untuk saling melupakan. Jalan berbeda yang kita lakoni
sekarang membuat bahan cerita kita makin bertambah, kita bisa saling bertukar
cerita dan pengalaman. Berbagai media msih terus menjadi penghubung kita. Meski
kau sedang berada di pelosok dengan jaringan yang tertatih-tatih. Kau tak
pernah alpa untuk mengabari, atau hanya sekedar bertanya kegiatanku saat ini
apa? Meski kita terpisah jarak ribuan mil, kau akan tetap jadi the best partner ever dan hingga detik
ini pun aku belum menemukan partner segila
dirimu. Ternyata perbedaan itu memang sangat indah. Buktinya adalah kita.
Meski dengan puluhan perbedaan kita bisa menjadi the best partner. Tak pernah sejenak pun membayangkan bisa
berpartner denganmu yang begitu kaku, begitu teratur, begitu tegang, begitu
teoritis, begitu perfectionist. Namun ternyata karakter yang begitu berbanding
terbalik menjadi jalan untuk kita saling melengkapi. Sampai berpartner di
pengabdian selanjutnya.
Ini foto dijepret ketika perjalanan menuju ke Surabaya.
Halmahera - Kuyakini
BalasHapushttps://www.youtube.com/watch?v=xce0_d4Su88