Selasa, 17 Januari 2017

Nikaaahh?



24 dan 25. Kelihatannya hanya angka biasa, tapi ketika sudah dikaitkan dengan umur. Angka itu akan menjadi angka keramat. Angka yang akan selalu dikaitkan dengan banyak pertanyaan. Kapan nikah, S2/S3 gimana? Kerja dimana sekarang? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak kalah cetarnya. Kali ini saya akan membahas mengenai pernikahan. Saya sih bukan termasuk orang yang terlalu pusing dengan orang lain. menurut saya, alangkah childishnya jika kita buru-buru menikah hanya untuk menghindari pertanyaan orang. Pertanyaan-pertanyaan tak akan ada habisnya. Setelah lulus S1 akan ditanya kapan lanjut S2 atau kapan nikah atau kerja dimana? Setelah nikah bakal ditanyain kapan punya anak, setelah punya anak 1 bakal ditanyai kapan si anu dikasi adek dan pertanyaan yang tak akan pernah ada habisnya.

Angka 24 dan 25 kita akan sering menjahit baju pesta, gimana gak. Undangan pernikahan teman dan kolega akan selalu berdatangan. Dan BISA kau tebak apa yang paling menyebalkan dalam sebuah pesta pernikahan??

Yah bagi para fakir asmara atau para lajang pasti akan menjawab PERTANYAAN. Pertanyaan berbondong-bondong merupakan hal yang paling dihindari, apalagi pertanyaan “kapan nyusul”? untung ya kalo memang sudah memiliki calon, atau setidaknya teman dekat. Bisalah ya memberi pengobat telinga sebuah jawaban klise. “Insya Allah tahun ini, bulannya belum kami tentuin.”, jawaban seperti itu sudah bisa membuat si penanya gak melanjutkan pertanyaannya. Nah kalo belum ada calon? Alias jomblo ngenes alias jomblo karatan pasti akan tiba-tiba pening, badan meriang, pusing tujuh keliling, rasa-rasa mau pingsan, pura-pura gila atau tiba-tiba berkhayal punya pintu doraemon agar bisa seketika menghilang.

Buat para bapak-bapak, ibu-ibu, om-tante teman-teman. Dari pada terus-terusan bertanya kapan nikah mending doain aja semoga segera dipertemukan jodohnya, karena kami bukannya gak mau nikah tapi belum ada yang ngelamar dan belum nemu yang cocok. Dari pada hanya mencecerar pertanyaan mendingan bawain sekalian jodoh dan ongkosin biaya nikah. Itu lebih baik, lebih berpahala, lebih menyenangkan dibandingkan hanya melempar sebuah pertanyaan. Kalau situ tetap ngeyel nanti bisa dikasusin di kantor polisi dengan laporan tindakan kurang menyenangkan. Pertanyaan yang membuat hati gundah gulana, galau tak karuan, nyesek ke ubun-ubun.

Perlu saya tegaskan bahwa menikah bukanlah sebuah perlombaan siapa yang duluan dialah juaranya, nikah lebih dari pada itu, ada hakikat yang jauh lebih besar. Sebuah janji suci yang bukan hanya dijalin dua sejoli, tapi persatuan dua keluarga besar, persaksian oleh sang maha pemberi kehidupan. Nikah bukan hanya pesta dan akad, tapi sebuah janji untuk tetap bersama sampai ajal memisahkan. Jadi jangan sekali-kali bermain-main dengan urusan pernikahan. Butuh kesiapan lahir dan batin untuk menjalaninya. Jangan buru-buru memikirkan hanya sebatas indah dan bahagianya pernikahan. Ada suka duka yang jauh lebih penting yang harus kita fikirkan. 

Nikah bukan hanya sekedar cinta, karena kita tidak bisa hidup dan makan hanya bermodalkan cinta. Butuh kesiapan secara financial. Siap menikah artinya siap menjalani sebuah komitmen, siap menekan ego, siap mengalah, siap mengorbankan me time, siap untuk bekerja lebih keras, dan siap dalam banyak hal.

Sebelum memutuskan untuk menikah lebih baik selesai dengan diri sendiri terlebih dahulu, nakal sebelum menikah jauh lebih baik ketimbang nakal setelah ijab qabul. Nakal sebelum nikah hanya akan melibatkan dirimu dengan Tuhan, nakal setelah nikah berabe cyin. Akan melibatkan banyak pihak, keluarga besarmu, keluarga besar dia dan sang pencipta. Oopss ini kok ngomongnya udah ngelantur kemana-mana.

Satu kesalutan dan apresiasi yang luar biasa bagi mereka yang sudah berani mengambil langkah menjalani sebuah komitmen pernikahan, membangun sebuah keluarga baru, menyatukan sebuah hubungan yang sah dalam bingkai pernikahan, menanggalkan semua kesenangan dan kebebasan yang biasa dilakukan ketika masih sendiri.

Ini pendapat subjektif saya ya, kalo anda berbeda bukan berarti kita tidak bisa bersama. Perbedaan itu indah bukan? Dan kita bisa melihat satu hal dari berbagai perspetif, dan ini adalah perspektif saya.

Semoga yang sudah ngebet pengen nikah segera dipertemukan dengan jodohnya ya, yang bisa jadi imam atau makmum yang baik, berkah dunia akhirat. Salam sayang untuk orang yang ada di sekitar anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...