24 dan 25. Kelihatannya
hanya angka biasa, tapi ketika sudah dikaitkan dengan umur. Angka itu akan
menjadi angka keramat. Angka yang akan selalu dikaitkan dengan banyak
pertanyaan. Kapan nikah, S2/S3 gimana? Kerja dimana sekarang? Dan pertanyaan-pertanyaan
lain yang tidak kalah cetarnya. Kali ini saya akan membahas mengenai
pernikahan. Saya sih bukan termasuk orang yang terlalu pusing dengan orang
lain. menurut saya, alangkah childishnya jika kita buru-buru menikah hanya
untuk menghindari pertanyaan orang. Pertanyaan-pertanyaan tak akan ada
habisnya. Setelah lulus S1 akan ditanya kapan lanjut S2 atau kapan nikah atau
kerja dimana? Setelah nikah bakal ditanyain kapan punya anak, setelah punya
anak 1 bakal ditanyai kapan si anu dikasi adek dan pertanyaan yang tak akan
pernah ada habisnya.
Angka 24 dan 25 kita akan
sering menjahit baju pesta, gimana gak. Undangan pernikahan teman dan kolega
akan selalu berdatangan. Dan BISA kau tebak apa yang paling menyebalkan dalam
sebuah pesta pernikahan??
Yah bagi para fakir
asmara atau para lajang pasti akan menjawab PERTANYAAN. Pertanyaan
berbondong-bondong merupakan hal yang paling dihindari, apalagi pertanyaan
“kapan nyusul”? untung ya kalo memang sudah memiliki calon, atau setidaknya
teman dekat. Bisalah ya memberi pengobat telinga sebuah jawaban klise. “Insya
Allah tahun ini, bulannya belum kami tentuin.”, jawaban seperti itu sudah bisa
membuat si penanya gak melanjutkan pertanyaannya. Nah kalo belum ada calon?
Alias jomblo ngenes alias jomblo karatan pasti akan tiba-tiba pening, badan
meriang, pusing tujuh keliling, rasa-rasa mau pingsan, pura-pura gila atau
tiba-tiba berkhayal punya pintu doraemon agar bisa seketika menghilang.
Buat para bapak-bapak,
ibu-ibu, om-tante teman-teman. Dari pada terus-terusan bertanya kapan nikah
mending doain aja semoga segera dipertemukan jodohnya, karena kami bukannya gak
mau nikah tapi belum ada yang ngelamar dan belum nemu yang cocok. Dari pada
hanya mencecerar pertanyaan mendingan bawain sekalian jodoh dan ongkosin biaya
nikah. Itu lebih baik, lebih berpahala, lebih menyenangkan dibandingkan hanya
melempar sebuah pertanyaan. Kalau situ tetap ngeyel nanti bisa dikasusin di
kantor polisi dengan laporan tindakan kurang menyenangkan. Pertanyaan yang
membuat hati gundah gulana, galau tak karuan, nyesek ke ubun-ubun.
Perlu saya tegaskan bahwa
menikah bukanlah sebuah perlombaan siapa yang duluan dialah juaranya, nikah
lebih dari pada itu, ada hakikat yang jauh lebih besar. Sebuah janji suci yang
bukan hanya dijalin dua sejoli, tapi persatuan dua keluarga besar, persaksian
oleh sang maha pemberi kehidupan. Nikah bukan hanya pesta dan akad, tapi sebuah
janji untuk tetap bersama sampai ajal memisahkan. Jadi jangan sekali-kali
bermain-main dengan urusan pernikahan. Butuh kesiapan lahir dan batin untuk
menjalaninya. Jangan buru-buru memikirkan hanya sebatas indah dan bahagianya
pernikahan. Ada suka duka yang jauh lebih penting yang harus kita fikirkan.
Nikah bukan hanya sekedar
cinta, karena kita tidak bisa hidup dan makan hanya bermodalkan cinta. Butuh
kesiapan secara financial. Siap
menikah artinya siap menjalani sebuah komitmen, siap menekan ego, siap
mengalah, siap mengorbankan me time, siap untuk bekerja lebih keras, dan siap
dalam banyak hal.
Sebelum memutuskan untuk menikah lebih
baik selesai dengan diri sendiri terlebih dahulu, nakal sebelum menikah jauh
lebih baik ketimbang nakal setelah ijab qabul. Nakal sebelum nikah hanya akan
melibatkan dirimu dengan Tuhan, nakal setelah nikah berabe cyin. Akan
melibatkan banyak pihak, keluarga besarmu, keluarga besar dia dan sang
pencipta. Oopss ini kok ngomongnya udah ngelantur kemana-mana.
Satu kesalutan dan
apresiasi yang luar biasa bagi mereka yang sudah berani mengambil langkah
menjalani sebuah komitmen pernikahan, membangun sebuah keluarga baru,
menyatukan sebuah hubungan yang sah dalam bingkai pernikahan, menanggalkan
semua kesenangan dan kebebasan yang biasa dilakukan ketika masih sendiri.
Ini pendapat subjektif
saya ya, kalo anda berbeda bukan berarti kita tidak bisa bersama. Perbedaan itu
indah bukan? Dan kita bisa melihat satu hal dari berbagai perspetif, dan ini
adalah perspektif saya.
Semoga yang sudah ngebet
pengen nikah segera dipertemukan dengan jodohnya ya, yang bisa jadi imam atau
makmum yang baik, berkah dunia akhirat. Salam sayang untuk orang yang ada di
sekitar anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar