Kamis, 16 Februari 2017

Memahami dan dipahami



Tak mungkin secepat itu kau lupa, pertemuan kita yang begitu indah.

Kau mengagumiku, akupun menggilaimu.

Detik waktu yang berlalu begitu cepat merubah banyak hal. Kau yang dulu kukagumi, kau yang dulu menggenggam erat tanganku, kau yang selalu rela mengobrol banyak hal random denganku. Kini kau telah pergi dengan meninggalkan banyak luka.

Aku tak menyangka secepat ini, kenyamanan yang dulu kita rasa kini hilang dan lenyap. Kebahagiaan yang dulu melambungkan kita keangkasa kini raib ditelan masa. Aku bukan lagi rumah tempatmu kembali, aku bukan lagi tujuan yang kau usahakan, aku bukan lagi bait yang kau lantunkan dalam doamu.

Kesibukan menenggelamkanmu dalam keriuhan. Aku dan kau yang dulu tak pernah melewatkan semenit pun untuk saling menguatkan, kini menyapapun rasanya sudah enggan. Aku bukan lagi prioritasmu. Impian yang pernah kita bangun bersama kini menjadi kenangan. Kau telah pergi. Meninggalkan banyak lara, menghapuskan banyak harap.

Apa aku tak pantas lagi kau perjuangkan? Apa sudah ada orang lain yang lebih mampu memberimu kenyamanan dan rasa aman? Apa kenangan yang pernah begitu indah sudah kau kubur?

Aku masih memiliki asa untuk mewujudkan segala angan yang pernah kita rangkai. Aku menginginkanmu untuk tetap bersamaku. Berjuang dan saling menguatkan. Berjuang itu butuh kedua belah pihak sayang. Kalau cuman aku yang berjuang sedang kau memilih untuk menyerah, aku tak akan pernah tau sampai kapan aku bisa bertahan.

Aku masih memakai pola harusnya. Harusnya kau masih bersamaku. Menjalani hari-hari indah bersamaku. Menikmati setiap detik indah denganku. Ah harusnya aku lebih mampu untuk memahamimu. Bukan melambungkan ego untuk dipahami. Ah harusnya kita bisa saling memahami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...