Pagi yang sendu.
Sudah beberapa hari terakhir, langit di
kotaku bersedu sedan. Mungkin ikut menggalau dengan beberapa orang yang moodnya lagi berantakan. Atau mungkin
saja lagi murung tak bersemangat. Langit barangkali lagi lelah atau mungkin
sedang istirahat sejenak dari panasnya hingar bingar dunia. Rintik berkonspirasi
menghibur cuaca yang semakin panas. Langit biru pun malu-malu menampakkan diri.
Layaknya pagi ini, saat saya sudah berada di
alam sadar. Tubuh seakan menolak untuk meninggalkan kasur, enggan untuk menanggalkan
selimut yang memberi kehangatan. Rintik hujan terdengar begitu sendu, cuaca
dingin merasuk ke sanubari membuat gravitasi kasur semakin besar.
Tak boleh seperti ini terus, LAWAN! LAWAN!
LAWAN! Saya harus melawan rasa malas. Kewajiban harus ditunaikan. Dengan mata
sipit saya pun bergegas mengambil air wudhu. Selepas sholat, kasur kembali
memanggil-manggil untuk dijamah.
Beberapa menit bergaul dengan kasur, selimut
kusingkap dan mengunjungi cucian yang sudah bertumpuk. Mesin cuci yang sudah
berabad-abad malas beroperasi memaksaku harus bekerja keras untuk melewati proses
mencuci yang begitu alot. Menyikat-membilas-memolto-menjemur. Huahaha Belajar
menjadi ibu rumah tangga.
Setelah mencuci, matahari yang selama ini
dirindukan, mulai menampakkan sinarnya. Cuaca bersahabat hatipun gembira. Rasa senang
dan bahagia menyelimuti. Bahagia itu sederhana, saat harapan bertemu dengan
realita yang diharapakan disitulah tercipta suatu kebahagian.
Yuhuuuiii, fix beberapa ajakan keluar kutolak. Ini semua kulakukan demi
menghargai proses perjuangan mencuci yang begitu panjang. Kupilih untuk berdiam
diri dirumah seharian, menunggui jemuran kering. Memantau matahari yang
sewaktu-waktu bisa labil. Entah berapa kali saya harus bolak balik ke depan
rumah untuk sekedar mengangkat jemuran yang jatuh, dan membolak-balikkan
pakaian yang masih basah agar cepat kering.
Godaan tidur siang pun kuacuhkan, ini karena
mengingat perjuangan mencuci. Takutnya bablas tidur, pakaian yang sudah kering
basah kembali oleh tangisan langit. Kulewati hari dengan memperhatikan cucian
yang kujemur di depan rumah, sambil sesekali mengupload barang jualan di
beberapa sosial media. Alhamdulillah, rejeki belakangan ini sederas hujan yang
turun. Tuhan selalu menitipkan begitu banyak rejeki di setiap usaha yang
dilakukan.
Setelah perjalanan yang begitu alot, sore
hari pakaian yang sudah kucuci satu persatu kuangkat. Alhamdulillah sudah
kering semuanya. Tak berselang berapa lama, awan kembali berubah mendung. Kuangkat
semua cucian masuk kerumah. Dan beberapa menit kemudian, hujan pun mengguyur
kotaku.
Saya kembali menikmati hujan dengan suasana
hati yang sendu bercampur bahagia. Bahagia karena perjuangan mencuci, menjaga
cucian sampai kering telah selesai dengan akhir yang membahagiakan. Sedu sedan
karena sesuatu yang mengganjal yang entah itu apa. Duduuuh, semoga besok lebih
semangat lagi. Meski hujan terus mengguyur itu takkan jadi masalah, yang
penting cucian sudah kering dan stok pakaian sudah kembali normal. hihihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar