Kamis, 09 Februari 2017

Kekasih untuk kekasihku



Kita adalah sepasang sepatu. Selalu bersama, tak bisa menyatu (Tulus, Sepatu)

Faktanya : Kita saling mencintai
Masalahnya : Tak ada yang suka dengan hubungan ini
Solusinya : kita jalani saja dulu semuanya, meski kita tau ini tak akan mudah

Sejak awal kita memutuskan untuk memadu jalinan kasih, sejak hari itu pula badai masalah terus saja menerpa. Aku mencintaimu dan kau mencintaiku adalah fakta. Namun, keberadaanku yang tak disukai oleh teman dan keluarga besarmu pun adalah sebuah realita.

Cinta? Aku bodoh karena cintaku padamu. Aku tak berdaya karena aku begitu menginginkanmu. Meski kutau keluargamu tak pernah menginginkan hadirku, aku yang melarat, aku tak punya gelimangan materi yang keluargamu fikir mampu membahagiakanmu. Aku hanya punya cinta tulus untukmu. Kesetiaan yang selalu kujaga hanya untukmu. Aku sadar sepenuhnya, hidup itu bukan cuman tentang cinta, hidup itu butuh uang. Makanya aku kerja keras banting tulang siang dan malam untuk memantaskan diri mendapatkanmu.

Beberapa tahun adalah waktu yang cukup untuk kita saling mengenal. Niatku untuk mempersuntingmu dan menjadikanmu makmumku ternyata bukan hal yang mudah. Meski telah kubawa segeprok uang untukmu. Aku masih kalah materi dari cowok-cowok yang datang untuk mempersuntingmu. Dan kasusnya masih saja tetap sama. Keluargamu masih dan mungkin akan tetap tidak pernah menyukaiku.

Beberapa orang yang datang melamarmu masih tetap kau tolak. Cowok-cowok yang memiliki jabatan yang tinggi dan materi yang berlimpah. Aku masih yakin dengan kesetiaanmu menunggu hubungan kita direstui, tapi aku tak tau sampai kapan kau akan terus menolak dan bertahan. Aku masih saja selalu takut jika satu hari nanti keluargamu memaksamu untuk menerima lamaran salah satu dari cowok yang datang, dan aku hanya akan menjadi tamu di pernikahanmu nanti.

Perjuangan kita semakin berat. Saat kita menjalani hubungan jarak jauh. Kau kembali ke kotamu. Bekerja sebagai pegawai di salah satu bank terkenal. Kau kembali berkumpul bersama keluarga besarmu. 

Satu hari ketika kudengar kau meminta ijin padaku untuk menjalani hubungan dengan salah satu cowok yang ingin dijodohkan untukmu. Rasa-rasanya waktu itu jarum jam berhenti berdetak. Darahku serasa tak lagi mengalir. Dunia seakan berhenti berputar. Ada banyak jarum yang menusuk jantungku. Haaa? Ini terlalu gila untukku. Mengijinkan kekasihku memadu kasih dengan orang lain.

Tapi tak apa cinta, selama janur kuning belum melengkung, aku masih tetap memiliki kesempatan untuk memilikimu. Aku masih terus berjuang untuk mendapatkanmu. Meski kekasih yang tengah bersamamu kini punya segalanya. Tapi aku tetap percaya tak ada cinta yang sebesar cintaku padamu. Dan Tuhan tak tidur, Tuhan akan selalu melihat usaha-usaha kerasku untuk mendapatkanmu.

Kau tau sayang? Rasanya sakit sekali, acapkali kau meminta ijin untuk jalan dengan kekasihmu. Rasanya begitu menyesakkan setiap kali kau bercerita perjalananmu dengan kekasihmu. Ketika kita tengah telefonan, kau akan memintaku mengakhiri telefon ketika panggilan dari kekasihmu yang lain masuk. Dan aku rela melakukan itu. Demi untuk melihatmu bahagia. Meski aku harus mengorbankan perasaanku sendiri.

Ah, andai aku terlahir kaya dan punya gelimangan materi. Mungkin ceritanya tak akan sedrama ini. Mungkin keluargamu tak akan pernah menentang hubungan kita. Andai aku adalah orang yang punya banyak uang. Mungkin cerita percintaan kita tak seliku ini. Aku tak pernah menyalahkan keluargamu atas ketidak sukaannya padaku. Aku sepenuhnya sadar, untuk hidup tak hanya bermodalkan cinta. Kita tak mungkin makan cinta setelah menikah. Aku tak pernah menghardikmu sebagai cewek yang matrealistis. Meski kenyataannya kau menduakanku dengan kekasih yang jauh lebih mapan. Aku sepenuhnya sadar, untuk make-up dan tampil sosialita tak bisa menggunakan daun yang jatuh.

Aku masih dan akan tetap disini, bertahan untuk memperjuangkan rasa yang kita miliki. Meski aku tak sepenuhnya yakin. Kita akan tetap bersama. Namun selama ijab belum dikabulkan. Aku masih tetap punya kesempatan untuk mempersuntingmu menjadi kekasih halalku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...