Rapuh,
tidak konsisten, dan tidak lagi menjaga komitmen!!!
Pertahanan
akhirnya jebol. Komitmen untuk menulis tiap hari pun hanyalah wacana.
Setelah
beberapa hari tak menulis. Ijinkan aku menebuh kesalahan dengan curhat panjang
lebar. Hahahaha
Dengan
alasan kehabisan topik untuk menulis, alasan yang terlalu klise untuk
membenarkan kemalasan yang beberapa hari begitu menganggu.
Kali
ini saya akan bercerita tentang kegiatan yang mengisi sabtu ceriaku. Keliatan banget
kan malasnya. Kegiatannya sabtu, nulisnya baru senin. Hikz :’(
#Bosangfunrace. Lomba yang diadakan oleh salah satu toko kue,
milik salah seorang Artis. Bosang Cake yang diprakarsai oleh Ricky Harun. Jadi kegiatan
bosang fun race ini di ramu dalam bentuk lomba atau lebih tepatnya namanya
games. Berkeliling ke titik-titik wisata yang ada di kota Makassar. Dalam caption
pamflet yang tersebar games ini membantu Ricky Harun mengenali spot-spot
kuliner dan wisata yang ada di Makassar, dimana Kirun lagi berkunjung ke Kota
Makassar. Dan pemenangnya mendapat kesempatan untuk liburan sehari di Malino
bersama tim dan Ricky Harun. Itu sekilas penjelasan mengenai kegiatan Bosang
Fun Race.
Selanjutnya saya akan bercerita mengenai kegiatan Bosang Fun Race.
Ini bukan kali pertama saya mengikuti kegiatan semacam ini. Pertama dan kedua
kali dalam kegiatan Jelajah Kota Daeng yang diadakan oleh MPAS Maestro FBS UNM,
kedua kegiatan Running Book yang diadakan oleh Penyala Makassar. Kegiatannya mirip,
sama-sama menjelajahi kota Makassar. Kalo JKD bertajuk orientering kota,
Running Book berfokus untuk menjelajahi titik literasi yang ada di Kota Makassar.
Sama-sama berjalan dan menjelajah. Lalu bedanya apa? JKD dan Running book saya
berpartisipasi jadi panitia. Di Bosang Fun Race ini untuk kali pertama menjadi
peserta.
Dimulai dengan foto bersama di depan outlet Bosang Cake di Jl.Ratulangi
dan dilanjutkan pembagian clue kepada
setiap tim. Saya, Dani dan Yaya yang terdaftar sebagai satu tim dari komunitas
Sahabat Indonesia Berbagi (SIGi) mendapat clue
pertama yang bergambarkan mesjid dan pantai. Kami bisa langsung menebak,
itu pasti mesjid terapung. Tak membutuhkan waktu lama, kami langsung berlari,
menyusuri Jl. Ratulangi lalu belok ke Jl.Mappanyuki. kami terus berfikir jalan
pintas untuk segera sampai ke pantai. Masih terlalu semangat dan kuat untuk
berjalan dan berlari. Hingga belum terlalu agresif untuk meminta tumpangan. Kami
berlari menyusuri jl. Mappanyuki, terus ke jl.Garuda, jl.Rajawali hingga tembus
ke jl.Penghibur. satu dua mata menatap kami keheranan, berlarian dibawah panas
terik. Sekitar 100 meter sebelum tiba di mesjid terapung, kami bertemu dengan 2
tim lain. Kami semakin cepat berlari agar bisa segera sampai di pos 1. Di pos 1
masing-masing tim mendapat instruksi untuk foto di tiga patung (Ranggong
dg.Romo, Maipa Deapati dan patung Ramang). Setelah groufie kami kembali berlari
ke pos panitia untuk menunjukan foto groufie sebagai tiket untuk mendapat bendera
dan clue selanjutnya.
Selanjutnya kami mendapat clue,
dalam kertas menunjukkan tiga kata kunci (Nama jalan, Pusat kuliner, Romeo dan Juliet
Makassar). Kami menebak jalan yang di maksud jl. Maipa atau jl. Datu Museng. Ternyata
yg tepat adalah jl. Datu Museng. Kami berlari menuju jalan yang di maksud. Di depan
makam Datu Museng berdiri 2 orang panitia, dengan satu tim yang sudah tiba
duluan. Kami diminta untuk masuk berdoa di makam Datu Museng. Setelah itu baru
mendapat arahan selanjutnya. Kami diminta untuk menunjukkan yel-yel baru
mendapatkan clue pos selanjutnya beserta bendera dari pos 2. Clue pos
selanjutnya berupa gambar dengan kata yang dicoret. Layaknya gambar dalam games
parampa. Tempat yang dimaksud adalah
taman macan. Setelah groupie bareng panitia kami lanjut berlari. Sempat berdebat
untuk memilih jalan pintas, atau jalan umum dengan kemungkinan mendapat
tumpangan. Berlari sekita 3 km ternyata sudah menguras banyak tenaga. Akhirnya yang
kami pilih adalah jalan pintas. Jl. Datu Museng belok ke Jl. Daeng Tompo lalu
keluar di jl. Hasanuddin. Nah di jl.Hasanuddin kami melihat tim dari Celebes
Adventure mendapat tumpangan mobil kijang, didepan kami sekitar 50 meter
terlihat anak Jalan Jalan Seru (JJS) berlari menuju taman Macan, tiba-tiba
melintas sebuah truck. Kami meminta tumpangan namun posisi truck yang berada di
tengah jalan tak bisa serta merta berhenti. Truck berhenti pas di posisi anak
JJS, kami pun berlari menuju lokasi truck berhenti. Dengan tawa yang pecah dan
kesigapan kami manjat naik ke truck. Meski taman macan sudah kelihatan di depan
mata. Sekitar 500 meter lagi sampai, namun dengan menggunakan truck setidaknya
mampu untuk menghemat tenaga dan bisa sampai lebih cepat.
Pos 3 taman macan. Di pos ada 2 orang panitia yang menjaga. Kami dapat
instruksi untuk lari keliling segitiga, terus jalan menggunakan bakiak
mengelilingi air mancur. Barulah setelah itu mendapat bendera dan dapat clue. Eits,
tapi di pos ini gak bisa langsung lari setelah mendapat clue. Cluenya adalah
mesjid yang berada di jl. Lombok. Kami diwajibkan menggambar dulu, dari titik
star menuju ke tujuan. Nah, karena gak ada aturan yang melarang kita membuka
maps, jadi kami membuka maps dan dengan cekatan menggambar lokasi yang di
maksud. Setelah selesai, kami disuruh untuk melanjutkan perjalanan dengan
membawa bekal peta lokasi yang sudah kami gambar. Tak ada jalan lain selain
berlari, lokasi yang dimaksud bulan jalan umum, jadi kemungkinan mendapat tumpangan
kecil. Kami akhirnya berlari melalui jl.Balaikota. rasa letih pun telah
menghinggapi. Kami lebih sering berhenti ketimbang berlari. Untuk mendapat
jalan pintas kami harus masuk di Polrestabes lalu tembus di jalan belakang
polres. Di warung belakang Polres terlihat banyak polisi-polisi nongkrong. Kami
bertanya jalan menuju jalan lombok yang tercepat, awalnya pengen modus biar
dianterin, tapi ternyata rasa malu masih jauh lebih besar. Ketahuan banget sih
speknya, padahal di google map sudah akurat banget jalannya. Hahaha.
Kurang lebih setengah jam perjalanan kami sudah tiba di pos 4, mesjid
Sa’id. Ini salah satu mesjid tertua yang ada di kota Makassar. Nah di Mesjid Sa’id
ini panitia yang jaga kebetulan duo SIGi, Kak Accul dan Pipi. Halaman mesjid
yang cukup luas dengan bangunan mesjid yang sudah tua. Kami istirahat sejenak, menuntaskan
dahaga lalu lanjut yel yel. Setelah yel yel kami kembali groufie lalu dapat
bendera dan mendapat clue ke pos selanjutnya. Tempat selanjutnya yang dituju
adalah Makam Diponegoro di jl.Diponegoro. Setelah memastikan anggota tim siap
untuk melanjutkan perjalanan, kami akhirnya berlari menuju jl. Diponegoro. Pucuk
dicinta, disaat kaki pegal tak karuan tiba-tiba ada ibu-ibu yang melintas. Rasa
malu pun ditanggalkan. Kami meminta tumpangan. Dan ibunya baik banget mau
memberi tumpangan. Saya dan Yaya bonceng tiga dengan si ibu. Eh baru sekitar
100 meter motor melaju, si ibu ngomong kalo mau singgah beli mie terlebih
dahulu. Oh ya udah bu, gapapa. Kami nunggu kok. Hitung-hitung menghemat tenaga.
5 menit berlalu, si ibu belum juga keluar, 7 menit hingga 10 menit barulah si
ibu kelihatan keluar bersama motor putihnya. Saya dan Yaya dengan sigap naik di
belakang si ibu. Kebetulannya lagi rumah si ibu dengan makam Diponegoro searah,
jadi kami diantar hingga ke depan gerbang makam. Dani yang jalan kaki sendirian
disaat yang bersamaan pun sampai.
Pos 5, makam Diponegoro. Kami tiba bersamaan dengan tim Celebes Adventure. Tapi karena di dalam
sudaha da satu tim yang tiba duluan, kami diminta untuk menunggu hingga tim
sebelumnya selesai melaksanakan tugas. Beberapa menit kemudian, kami sudah
dipanggil untuk masuk. Ke lokasi eksekusi *eh. Kami disuruh untuk memecahkan
puzzle yang berisikan gambar bosang fun race. Setelah itu baru bisa mendapat
clue selanjutnya. Lumayan lama juga menuntaskan puzzle yang ada, padahal
gambarnya ada di sticker yang telah dibagikan sebelumnya di starting point. Namun
lagi-lagi karena kelelahan, hal itu ternyata tak begitu mudah diselesaikan. Setelah
5 menit berlalu dan akhirnya selesai. Kami mendapat clue selanjutnya yang bertuliskan
tulisan lontara’ yang menunjukkan
lokasi yang di maksud adalah pelabuhan Paotere. Tak lupa, sebelum meninggalkan
lokasi kami groufie lagi. Setelah groufie kami melanjutkan perjalanan ke
Pelabuhan Paotere. Keluar dari gerbang Makam Diponegoro, kami mencari orang
yang bisa kami tempati untuk bertanya. Nah ini lagi-lagi modus, awalnya
bertanya, akhirnya minta dianterin. Hahahaha.
Namun, niat untuk mencari orang untuk mengantar kami urungkan. Kami
berjalan menyusuri jalan yang tercepat berdasarkan bantuan google map. Meski di
kepala pikirannya gimana caranya untuk mendapat tumpangan ke Paotere. Sudah drop
duluan melihat jarak yang lumayan jauh. Berjalan sambil berdoa dalam hati agar
diberi rejeki. Tak lama melintas mobil open cup. Akhirnya kami menghadang untuk
meminta tumpangan. Alhamdulillah, lagi-lagi bertemu orang baik. Kami diberi
tumpangan menuju ke terowongan. Karena si bapak ingin belok masuk ke tol. Sedangkan
pelabuhan paotere belok kiri ke arah yang lain. Mendengar hal itu, Yaya
melancarkan aksi, mengajak bapak sopir dan kernetnya mengobrol, sesekali
menyelipkan gombalan. Dan akhirnya bapak supir pun luluh, mungkin juga kasian
melihat muka-muka memelas kami. Bapak supir bersedia mengantar menuju ke
Pelabuhan Paotere. Di pembelokan menuju pelabuhan, terlihat (lagi) anak Celebes Adventure baru turun dari mobil
yang ditumpanginya. Kami akhirnya memanggil untuk ikut menumpang di mobil yang
kami tumpangi. Eh gilaaak, naik mobil aja lebih dari 5 menit menuju ke
pelabuhan, gimana kalau jalan ya? Hahahaha
Pos 6 pelabuhan Paotere. Salah seorang penjaga pos lagi lagi
bertemu dengan panitia yang sudah akrab banget dengan kami, putri salju dari
SIGi, siapa lagi kalo bukan Nulooocan. Instruksi pertama kami disuruh selfie
dengan salah satu objek yang ada di Paotere lalu diminta untuk menceritakan
kenapa selfie dengan objek tersebut, lalu diminta untuk groufie kemudia di upload
di sosial media. Setelah lolos beberapa tahap itu, kami selanjutnya diberikan clue. Clue dalam bahasa Inggris,
tiba-tiba mereka menyodorkan kertas itu kepada saya. Deg-degan mengartikannya,
takut salah mengartikan, nanti ketahuan banget begonya, padahal sarjana Bahasa
Inggris. Hahahaha. Dari beberapa kata saya bisa langsung menebak kalo tempat
yang di maksud adalah jl.Korban 40.000 jiwa. Panitianya pun langsung mengiyakan
dan menyuruh kami untuk lari. Dalam perjalanan baru ngeh kalo yang di maksud
dalam sepucuk kertas tersebut adalah monumen korban 40.000 jiwa. Kembali kami
membuka map untuk mencari jalan tercepat. Namun bukannya mendapat jalan
tercepat, yang ada shock duluan
melihat jaraknya yang lumayan jauh. More than
3 km. Satu hal yang harus kami lakukan adalah meminta tumpangan. Tapi saya
terlebih dahulu meminta ijin untuk membeli cemilan. Perut kontraksi. Baru ingat
tidak sarapan sebelum berangkat, dan sudah jam 11. Setelah melewati perjalanan
panjang dan hanya mengisi perut dengan air seadanya. Saat keluar dari Alfamart,
saya sudah melihat Yaya berada di atas motor. Dani menungguiku dan bertanya
keadaanku. Aman kok, yuk lanjut jalan. Masih kuat kok jalan, ngomong sambil
ngemil. Berkali-kali saya menoleh ke belakang untuk melihat peluang untuk
menumpang. Sempat menghadang bapak yang naik motor tapi bapaknya enggan
singgah, karena terlalu fokus melihat kebelakang saya tak sadar kalau ada motor
yang melaju dari depan, tedodet ketabrak deh akhirnya. Untung gak sampai ada
drama jatuh, lalu ditolong sama cowok ganteng dan dianterin ketujuan. Orang yang
nabrak boro-boro minta maaf, yang ada malah senyum. Tak lama kemudian,
datanglah pick up sang penyelamat. Saya dan Dani meminta tumpangan kemanapun
bapak itu mau pergi. Disitu kami akan turun. Dan Alhamdulillahnya bapaknya
ingin ke jalan Urip, jadi kami diturunkan di depan jl. Pongtiku. Oh iya, di
pasar Pannampu yaya sudah bergabung dengan kami. Karena motor yang
ditumpanginya sudah belok ke arah rumahnya.
Setelah diturunkan di jl. Pongtiku dan kami telah mengucapkan
terimakasih kami melanjutkan perjalanan menuju ke Monumen, tiba-tiba datang
kakak yang menjelang tua, dan dengan senang hati memberikan kami tumpangan dan
bersedia mengantar sampai di gerbang monumen, lalu kembali menjempu Dani.
Pos 7. Monumen korban 40.000 jiwa. Ini merupakan pos terakhir. Gamesnya
mengisi teka teki silang. Lalu melanjutkan yel yel dan foto groufie (lagi). Di pos
terakhir kami disuguhi minuman penghilang dahaga. Penjaga pos terakhir pun
kebetulan orang yang kami kenal, namanya kak Aan, salah satu anggota komunitas
Iguana, yang juga merupakan anak SIGi, kak Aan pernah ikut funtrip bareng
SIGiers di Lembah Lohe. Jadi hubungan kami lumayan akrab. Setelah menyelesaikan
semua tantangan kami diberikan bendera.
Saya berteriak kegirangan. Yes akhirnya selesai, bisa naik angkot
atau gocar nih baliknya. Ternyata eh ternyata selesainya dihitung dari titik
start, bukan dari pos terakhir, yang artinya harus tetap survive hingga ke starting
point. Okelah kalo begitu, no problemo!!. Setelah berpamitan, kami
melanjutkan perjalanan ke jalan raya, banyak mobil open cup yang lewat tapi tak
satupun yang bersedia memberi tumpangan, karena arahnya berbeda hahaha. Di depan
kami nampak tim dari JJS, mereka semua tampak kelelahan. Tiba-tiba ada taksi
yang lewat, mereka menghentikan taksi tersebut dan memanggil kami untuk ikut
gabung. No way! Itu melanggar aturan. Kami memperingati kalo itu tidak boleh,
karena aturannya harus numpang bukan menggunakan transportasi umum. Mereka yang
sudah membuka pintu taksi pun membatalkan untuk naik. Kami berjalan
meninggalkan, mereka tak kehabisan akal. Ketika angkot lewat, kembali mereka
menghadang. Yaya yang ikut technical
meeting geram, akhirnya membuat video mereka menggunakan angkutan umum. Meskipun
pada akhirnya baru terungkap kalau ternyata mereka meminta tumpangannya pada
angkot hahaha.
Saya, Dani dan Yaya terus berjalan hingga menembus jl. Urip. Di Jl.
Urip baru kami melancarkan jurus meminta tumpangan. Mobil sampah pun tak lolos
dari tempat kami meminta tumpangan. Barulah di pertamina dekat pasar Terong
kami mendapat tumpangan dari mobil pengangkut tripleks. Mobil itu membawa kami
sampai di Veteran Utara. Setelah itu kami turun dan melanjutkan perjalanan
sekitar 100 meter kami mendapat tumpangan lagi dari mobil open cup yang baru
memuat pasir. Sekitar 500 meter kami diturunkan lagi karena mobilnya sudah
sampai di tujuan. Kami lanjut jalan kaki. Di depan RS Khadijah, kami meminta
tumpangan lagi di mpbil open cup yang penumpangnya baru selesai check up. Muatannya pun berisi
perlengkapan bayi. Kami akhirnya meminta diturunkan di jl. Singa. Kami menyeberang
jalan. Sesekali menengok ke belakang untuk meminta tumpangan (lagi). Tak ada
mobil pribadi atau motor yang bersedia memberi tumpangan. Tapi kami tak putus
harapan. Kami terus mencoba untuk meminta tumpangan. Hingga akhirnya mobil open
cup pengangkut gorong-gorong menjadi mobil terakhir yang kami tumpangi sebelum
tiba di outlet Bosang. Wuah alhamdulillah ya, akhirnya sampai juga.
Quote : Dalam sebuah lomba atau games yang terpenting adalah
menikmati setiap momentnya, persoalan juara atau tidak itu hanyalah sebuah
bonus. Satu kebanggaan karena kita sudah juara telah mampu menjaga integritas
hingga akhir. Dalam perjalanan sehari ini mengajarkan kita banyak hal, dalam
keadaan susah kita akan dihadapakan pada dua pilihan, kreatif mencari jalan,
atau curang memanfaatkan kesempatan. Tak hanya itu, perjalanan sehari ini
mengajarkan kita tentang kekompakan, saling membantu dan tentunya semakin
mengenali objek-objek yang “menjual” yang ada di kota Makassar. Bonusnya muka
gosong dan jerawat dimana-mana. Hahaha
Sekian cerita Bosang Fun Race kali ini. Semoga besok kembali bisa
konsisten untuk menulis.
Makassar,
27-02-2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar