Senin, 27 Februari 2017

Bosang Fun Race



Rapuh, tidak konsisten, dan tidak lagi menjaga komitmen!!!
Pertahanan akhirnya jebol. Komitmen untuk menulis tiap hari pun hanyalah wacana.
Setelah beberapa hari tak menulis. Ijinkan aku menebuh kesalahan dengan curhat panjang lebar. Hahahaha
Dengan alasan kehabisan topik untuk menulis, alasan yang terlalu klise untuk membenarkan kemalasan yang beberapa hari begitu menganggu.

Kali ini saya akan bercerita tentang kegiatan yang mengisi sabtu ceriaku. Keliatan banget kan malasnya. Kegiatannya sabtu, nulisnya baru senin. Hikz :’(

#Bosangfunrace. Lomba yang diadakan oleh salah satu toko kue, milik salah seorang Artis. Bosang Cake yang diprakarsai oleh Ricky Harun. Jadi kegiatan bosang fun race ini di ramu dalam bentuk lomba atau lebih tepatnya namanya games. Berkeliling ke titik-titik wisata yang ada di kota Makassar. Dalam caption pamflet yang tersebar games ini membantu Ricky Harun mengenali spot-spot kuliner dan wisata yang ada di Makassar, dimana Kirun lagi berkunjung ke Kota Makassar. Dan pemenangnya mendapat kesempatan untuk liburan sehari di Malino bersama tim dan Ricky Harun. Itu sekilas penjelasan mengenai kegiatan Bosang Fun Race.
Selanjutnya saya akan bercerita mengenai kegiatan Bosang Fun Race. Ini bukan kali pertama saya mengikuti kegiatan semacam ini. Pertama dan kedua kali dalam kegiatan Jelajah Kota Daeng yang diadakan oleh MPAS Maestro FBS UNM, kedua kegiatan Running Book yang diadakan oleh Penyala Makassar. Kegiatannya mirip, sama-sama menjelajahi kota Makassar. Kalo JKD bertajuk orientering kota, Running Book berfokus untuk menjelajahi titik literasi yang ada di Kota Makassar. Sama-sama berjalan dan menjelajah. Lalu bedanya apa? JKD dan Running book saya berpartisipasi jadi panitia. Di Bosang Fun Race ini untuk kali pertama menjadi peserta.
Dimulai dengan foto bersama di depan outlet Bosang Cake di Jl.Ratulangi dan dilanjutkan pembagian clue kepada setiap tim. Saya, Dani dan Yaya yang terdaftar sebagai satu tim dari komunitas Sahabat Indonesia Berbagi (SIGi) mendapat clue pertama yang bergambarkan mesjid dan pantai. Kami bisa langsung menebak, itu pasti mesjid terapung. Tak membutuhkan waktu lama, kami langsung berlari, menyusuri Jl. Ratulangi lalu belok ke Jl.Mappanyuki. kami terus berfikir jalan pintas untuk segera sampai ke pantai. Masih terlalu semangat dan kuat untuk berjalan dan berlari. Hingga belum terlalu agresif untuk meminta tumpangan. Kami berlari menyusuri jl. Mappanyuki, terus ke jl.Garuda, jl.Rajawali hingga tembus ke jl.Penghibur. satu dua mata menatap kami keheranan, berlarian dibawah panas terik. Sekitar 100 meter sebelum tiba di mesjid terapung, kami bertemu dengan 2 tim lain. Kami semakin cepat berlari agar bisa segera sampai di pos 1. Di pos 1 masing-masing tim mendapat instruksi untuk foto di tiga patung (Ranggong dg.Romo, Maipa Deapati dan patung Ramang). Setelah groufie kami kembali berlari ke pos panitia untuk menunjukan foto groufie sebagai tiket untuk mendapat bendera dan clue selanjutnya.
            Selanjutnya kami mendapat clue, dalam kertas menunjukkan tiga kata kunci (Nama jalan, Pusat kuliner, Romeo dan Juliet Makassar). Kami menebak jalan yang di maksud jl. Maipa atau jl. Datu Museng. Ternyata yg tepat adalah jl. Datu Museng. Kami berlari menuju jalan yang di maksud. Di depan makam Datu Museng berdiri 2 orang panitia, dengan satu tim yang sudah tiba duluan. Kami diminta untuk masuk berdoa di makam Datu Museng. Setelah itu baru mendapat arahan selanjutnya. Kami diminta untuk menunjukkan yel-yel baru mendapatkan clue pos selanjutnya beserta bendera dari pos 2. Clue pos selanjutnya berupa gambar dengan kata yang dicoret. Layaknya gambar dalam games parampa. Tempat yang dimaksud adalah taman macan. Setelah groupie bareng panitia kami lanjut berlari. Sempat berdebat untuk memilih jalan pintas, atau jalan umum dengan kemungkinan mendapat tumpangan. Berlari sekita 3 km ternyata sudah menguras banyak tenaga. Akhirnya yang kami pilih adalah jalan pintas. Jl. Datu Museng belok ke Jl. Daeng Tompo lalu keluar di jl. Hasanuddin. Nah di jl.Hasanuddin kami melihat tim dari Celebes Adventure mendapat tumpangan mobil kijang, didepan kami sekitar 50 meter terlihat anak Jalan Jalan Seru (JJS) berlari menuju taman Macan, tiba-tiba melintas sebuah truck. Kami meminta tumpangan namun posisi truck yang berada di tengah jalan tak bisa serta merta berhenti. Truck berhenti pas di posisi anak JJS, kami pun berlari menuju lokasi truck berhenti. Dengan tawa yang pecah dan kesigapan kami manjat naik ke truck. Meski taman macan sudah kelihatan di depan mata. Sekitar 500 meter lagi sampai, namun dengan menggunakan truck setidaknya mampu untuk menghemat tenaga dan bisa sampai lebih cepat.
Pos 3 taman macan. Di pos ada 2 orang panitia yang menjaga. Kami dapat instruksi untuk lari keliling segitiga, terus jalan menggunakan bakiak mengelilingi air mancur. Barulah setelah itu mendapat bendera dan dapat clue. Eits, tapi di pos ini gak bisa langsung lari setelah mendapat clue. Cluenya adalah mesjid yang berada di jl. Lombok. Kami diwajibkan menggambar dulu, dari titik star menuju ke tujuan. Nah, karena gak ada aturan yang melarang kita membuka maps, jadi kami membuka maps dan dengan cekatan menggambar lokasi yang di maksud. Setelah selesai, kami disuruh untuk melanjutkan perjalanan dengan membawa bekal peta lokasi yang sudah kami gambar. Tak ada jalan lain selain berlari, lokasi yang dimaksud bulan jalan umum, jadi kemungkinan mendapat tumpangan kecil. Kami akhirnya berlari melalui jl.Balaikota. rasa letih pun telah menghinggapi. Kami lebih sering berhenti ketimbang berlari. Untuk mendapat jalan pintas kami harus masuk di Polrestabes lalu tembus di jalan belakang polres. Di warung belakang Polres terlihat banyak polisi-polisi nongkrong. Kami bertanya jalan menuju jalan lombok yang tercepat, awalnya pengen modus biar dianterin, tapi ternyata rasa malu masih jauh lebih besar. Ketahuan banget sih speknya, padahal di google map sudah akurat banget jalannya. Hahaha.
Kurang lebih setengah jam perjalanan kami sudah tiba di pos 4, mesjid Sa’id. Ini salah satu mesjid tertua yang ada di kota Makassar. Nah di Mesjid Sa’id ini panitia yang jaga kebetulan duo SIGi, Kak Accul dan Pipi. Halaman mesjid yang cukup luas dengan bangunan mesjid yang sudah tua. Kami istirahat sejenak, menuntaskan dahaga lalu lanjut yel yel. Setelah yel yel kami kembali groufie lalu dapat bendera dan mendapat clue ke pos selanjutnya. Tempat selanjutnya yang dituju adalah Makam Diponegoro di jl.Diponegoro. Setelah memastikan anggota tim siap untuk melanjutkan perjalanan, kami akhirnya berlari menuju jl. Diponegoro. Pucuk dicinta, disaat kaki pegal tak karuan tiba-tiba ada ibu-ibu yang melintas. Rasa malu pun ditanggalkan. Kami meminta tumpangan. Dan ibunya baik banget mau memberi tumpangan. Saya dan Yaya bonceng tiga dengan si ibu. Eh baru sekitar 100 meter motor melaju, si ibu ngomong kalo mau singgah beli mie terlebih dahulu. Oh ya udah bu, gapapa. Kami nunggu kok. Hitung-hitung menghemat tenaga. 5 menit berlalu, si ibu belum juga keluar, 7 menit hingga 10 menit barulah si ibu kelihatan keluar bersama motor putihnya. Saya dan Yaya dengan sigap naik di belakang si ibu. Kebetulannya lagi rumah si ibu dengan makam Diponegoro searah, jadi kami diantar hingga ke depan gerbang makam. Dani yang jalan kaki sendirian disaat yang bersamaan pun sampai.
Pos 5, makam Diponegoro. Kami tiba bersamaan dengan tim Celebes Adventure. Tapi karena di dalam sudaha da satu tim yang tiba duluan, kami diminta untuk menunggu hingga tim sebelumnya selesai melaksanakan tugas. Beberapa menit kemudian, kami sudah dipanggil untuk masuk. Ke lokasi eksekusi *eh. Kami disuruh untuk memecahkan puzzle yang berisikan gambar bosang fun race. Setelah itu baru bisa mendapat clue selanjutnya. Lumayan lama juga menuntaskan puzzle yang ada, padahal gambarnya ada di sticker yang telah dibagikan sebelumnya di starting point. Namun lagi-lagi karena kelelahan, hal itu ternyata tak begitu mudah diselesaikan. Setelah 5 menit berlalu dan akhirnya selesai. Kami mendapat clue selanjutnya yang bertuliskan tulisan lontara’ yang menunjukkan lokasi yang di maksud adalah pelabuhan Paotere. Tak lupa, sebelum meninggalkan lokasi kami groufie lagi. Setelah groufie kami melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Paotere. Keluar dari gerbang Makam Diponegoro, kami mencari orang yang bisa kami tempati untuk bertanya. Nah ini lagi-lagi modus, awalnya bertanya, akhirnya minta dianterin. Hahahaha.
Namun, niat untuk mencari orang untuk mengantar kami urungkan. Kami berjalan menyusuri jalan yang tercepat berdasarkan bantuan google map. Meski di kepala pikirannya gimana caranya untuk mendapat tumpangan ke Paotere. Sudah drop duluan melihat jarak yang lumayan jauh. Berjalan sambil berdoa dalam hati agar diberi rejeki. Tak lama melintas mobil open cup. Akhirnya kami menghadang untuk meminta tumpangan. Alhamdulillah, lagi-lagi bertemu orang baik. Kami diberi tumpangan menuju ke terowongan. Karena si bapak ingin belok masuk ke tol. Sedangkan pelabuhan paotere belok kiri ke arah yang lain. Mendengar hal itu, Yaya melancarkan aksi, mengajak bapak sopir dan kernetnya mengobrol, sesekali menyelipkan gombalan. Dan akhirnya bapak supir pun luluh, mungkin juga kasian melihat muka-muka memelas kami. Bapak supir bersedia mengantar menuju ke Pelabuhan Paotere. Di pembelokan menuju pelabuhan, terlihat (lagi) anak Celebes Adventure baru turun dari mobil yang ditumpanginya. Kami akhirnya memanggil untuk ikut menumpang di mobil yang kami tumpangi. Eh gilaaak, naik mobil aja lebih dari 5 menit menuju ke pelabuhan, gimana kalau jalan ya? Hahahaha
Pos 6 pelabuhan Paotere. Salah seorang penjaga pos lagi lagi bertemu dengan panitia yang sudah akrab banget dengan kami, putri salju dari SIGi, siapa lagi kalo bukan Nulooocan. Instruksi pertama kami disuruh selfie dengan salah satu objek yang ada di Paotere lalu diminta untuk menceritakan kenapa selfie dengan objek tersebut, lalu diminta untuk groufie kemudia di upload di sosial media. Setelah lolos beberapa tahap itu, kami selanjutnya diberikan clue. Clue dalam bahasa Inggris, tiba-tiba mereka menyodorkan kertas itu kepada saya. Deg-degan mengartikannya, takut salah mengartikan, nanti ketahuan banget begonya, padahal sarjana Bahasa Inggris. Hahahaha. Dari beberapa kata saya bisa langsung menebak kalo tempat yang di maksud adalah jl.Korban 40.000 jiwa. Panitianya pun langsung mengiyakan dan menyuruh kami untuk lari. Dalam perjalanan baru ngeh kalo yang di maksud dalam sepucuk kertas tersebut adalah monumen korban 40.000 jiwa. Kembali kami membuka map untuk mencari jalan tercepat. Namun bukannya mendapat jalan tercepat, yang ada shock duluan melihat jaraknya yang lumayan jauh. More than 3 km. Satu hal yang harus kami lakukan adalah meminta tumpangan. Tapi saya terlebih dahulu meminta ijin untuk membeli cemilan. Perut kontraksi. Baru ingat tidak sarapan sebelum berangkat, dan sudah jam 11. Setelah melewati perjalanan panjang dan hanya mengisi perut dengan air seadanya. Saat keluar dari Alfamart, saya sudah melihat Yaya berada di atas motor. Dani menungguiku dan bertanya keadaanku. Aman kok, yuk lanjut jalan. Masih kuat kok jalan, ngomong sambil ngemil. Berkali-kali saya menoleh ke belakang untuk melihat peluang untuk menumpang. Sempat menghadang bapak yang naik motor tapi bapaknya enggan singgah, karena terlalu fokus melihat kebelakang saya tak sadar kalau ada motor yang melaju dari depan, tedodet ketabrak deh akhirnya. Untung gak sampai ada drama jatuh, lalu ditolong sama cowok ganteng dan dianterin ketujuan. Orang yang nabrak boro-boro minta maaf, yang ada malah senyum. Tak lama kemudian, datanglah pick up sang penyelamat. Saya dan Dani meminta tumpangan kemanapun bapak itu mau pergi. Disitu kami akan turun. Dan Alhamdulillahnya bapaknya ingin ke jalan Urip, jadi kami diturunkan di depan jl. Pongtiku. Oh iya, di pasar Pannampu yaya sudah bergabung dengan kami. Karena motor yang ditumpanginya sudah belok ke arah rumahnya.
Setelah diturunkan di jl. Pongtiku dan kami telah mengucapkan terimakasih kami melanjutkan perjalanan menuju ke Monumen, tiba-tiba datang kakak yang menjelang tua, dan dengan senang hati memberikan kami tumpangan dan bersedia mengantar sampai di gerbang monumen, lalu kembali menjempu Dani.
Pos 7. Monumen korban 40.000 jiwa. Ini merupakan pos terakhir. Gamesnya mengisi teka teki silang. Lalu melanjutkan yel yel dan foto groufie (lagi). Di pos terakhir kami disuguhi minuman penghilang dahaga. Penjaga pos terakhir pun kebetulan orang yang kami kenal, namanya kak Aan, salah satu anggota komunitas Iguana, yang juga merupakan anak SIGi, kak Aan pernah ikut funtrip bareng SIGiers di Lembah Lohe. Jadi hubungan kami lumayan akrab. Setelah menyelesaikan semua tantangan kami diberikan bendera.
Saya berteriak kegirangan. Yes akhirnya selesai, bisa naik angkot atau gocar nih baliknya. Ternyata eh ternyata selesainya dihitung dari titik start, bukan dari pos terakhir, yang artinya harus tetap survive hingga ke starting point. Okelah kalo begitu, no problemo!!. Setelah berpamitan, kami melanjutkan perjalanan ke jalan raya, banyak mobil open cup yang lewat tapi tak satupun yang bersedia memberi tumpangan, karena arahnya berbeda hahaha. Di depan kami nampak tim dari JJS, mereka semua tampak kelelahan. Tiba-tiba ada taksi yang lewat, mereka menghentikan taksi tersebut dan memanggil kami untuk ikut gabung. No way! Itu melanggar aturan. Kami memperingati kalo itu tidak boleh, karena aturannya harus numpang bukan menggunakan transportasi umum. Mereka yang sudah membuka pintu taksi pun membatalkan untuk naik. Kami berjalan meninggalkan, mereka tak kehabisan akal. Ketika angkot lewat, kembali mereka menghadang. Yaya yang ikut technical meeting geram, akhirnya membuat video mereka menggunakan angkutan umum. Meskipun pada akhirnya baru terungkap kalau ternyata mereka meminta tumpangannya pada angkot hahaha.
Saya, Dani dan Yaya terus berjalan hingga menembus jl. Urip. Di Jl. Urip baru kami melancarkan jurus meminta tumpangan. Mobil sampah pun tak lolos dari tempat kami meminta tumpangan. Barulah di pertamina dekat pasar Terong kami mendapat tumpangan dari mobil pengangkut tripleks. Mobil itu membawa kami sampai di Veteran Utara. Setelah itu kami turun dan melanjutkan perjalanan sekitar 100 meter kami mendapat tumpangan lagi dari mobil open cup yang baru memuat pasir. Sekitar 500 meter kami diturunkan lagi karena mobilnya sudah sampai di tujuan. Kami lanjut jalan kaki. Di depan RS Khadijah, kami meminta tumpangan lagi di mpbil open cup yang penumpangnya baru selesai check up. Muatannya pun berisi perlengkapan bayi. Kami akhirnya meminta diturunkan di jl. Singa. Kami menyeberang jalan. Sesekali menengok ke belakang untuk meminta tumpangan (lagi). Tak ada mobil pribadi atau motor yang bersedia memberi tumpangan. Tapi kami tak putus harapan. Kami terus mencoba untuk meminta tumpangan. Hingga akhirnya mobil open cup pengangkut gorong-gorong menjadi mobil terakhir yang kami tumpangi sebelum tiba di outlet Bosang. Wuah alhamdulillah ya, akhirnya sampai juga.

Quote : Dalam sebuah lomba atau games yang terpenting adalah menikmati setiap momentnya, persoalan juara atau tidak itu hanyalah sebuah bonus. Satu kebanggaan karena kita sudah juara telah mampu menjaga integritas hingga akhir. Dalam perjalanan sehari ini mengajarkan kita banyak hal, dalam keadaan susah kita akan dihadapakan pada dua pilihan, kreatif mencari jalan, atau curang memanfaatkan kesempatan. Tak hanya itu, perjalanan sehari ini mengajarkan kita tentang kekompakan, saling membantu dan tentunya semakin mengenali objek-objek yang “menjual” yang ada di kota Makassar. Bonusnya muka gosong dan jerawat dimana-mana. Hahaha
Sekian cerita Bosang Fun Race kali ini. Semoga besok kembali bisa konsisten untuk menulis.
Makassar, 27-02-2017
22:29 WITA
Menyisakan foto-foto









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...