Kasih ibu, kepada beta. Tak terhingga sepanjang masa.
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia.
Kalau
cinta kasih itu memang ada, maka cinta kasih seorang ibu adalah cinta kasih yang
paling nyata.
Ibu,
Mama, Mami, Bunda, Enyak. Apapun panggilannya tetap menjadi seseorang yang
sangat special. Seseorang yang dengan
penuh perjuangan rela rahimnya menjadi tempat bernaung selama 9 bulan. Ibu adalah
seseorang yang penuh keikhlasan, rela hari-harinya menjadi hari-hari yang
begitu berat, mulai dari mengandung, melahirkan, merawat dan menjaga anaknya
hingga tubuh besar dan dewasa. Ibu dengan penuh keikhlasan merawat anak-anaknya
hingga besar, dan merelakannya mengambil sebuah pilihan ketika anak-anaknya
sudah beranjak dewasa.
Ketika
hingar bingar dunia begitu menyilaukan. Ketika nongkrong bersama teman begitu
mengasyikkan. Ketika pekerjaan menjadi prioritas. Kita acapkali lupa akan
keberadaan dan kontribusi ibu. Namun, sedetik pun ibu tak akan pernah luput
dari mengingat dan menyebut nama kita dalam setiap helaan nafas dan bait-bait
doa yang dilantunkan.
Ibu.
Aku menyebutnya mama. Mamaku adalah orang terbaik yang pernah aku miliki dan
akan selalu begitu. Mama yang mengandungku, merawatku dan mendoakanku dalam
setiap langkah kakiku. Mama yang tak pernah tidur nyenyak sebelum memastikan
anak-anaknya sudah sampai dirumah dengan selamat. Mama yang rela ingin menukar
kesehatannya dengan sakit yang anaknya rasakan. mama adalah orang yang marahnya
pun mengandung begitu besar rasa peduli.
Seringkali
ketika aku pulang begitu larut. Aku kadang tercengang dan merasa bersalah. Ketika
motorku sudah terparkir depan pintu, dengan muka bantal mamaku membukakan pintu
sebelum aku mengetuk pintu. Mama yang tidurnya tak pernah nyenyak sebelum aku
dan adikku dipastikan sudah tidur nyenyak. Mama yang menyambut dengan
marah-marah, marah karena sebuah kehkawatiran.
Ketika
marah pun, kepedulian itu tak pernah luntur. Sering kudapati mama saat marah
namun tetap saja memperhatikanku. Memakaikanku selimut saat aku lupa mengenakan
selimut dan tiba-tiba terlelap. Sering kudapati mama dalam kondisiku yang
setengah tidur mencium keningku dipagi buta dan mengucapkan beberapa doa.
Mama
adalah orang yang paling sering muncul dalam layar handphoneku, menelpon
sesering mungkin untuk memastikan keberadaan dan keselamatanku ketika aku
berada diluar rumah, dengan siapa aku bergaul dan kemana aku melangkah. Aku diberi
kebebasan, namun tak pernah lupus dari pengawasan. Ketika sekolah bahkan saat
sudah kuliah pun, panggilan dari mama akan lebih sering masuk ketimbang makanku
setiap hari.
Saat
aku berada di kota lain, mamaku akan lebih sering lagi menelfon, untuk sekedar
membangunkan, mengingatkan makan dan sholat bahkan untuk mengucapkan selamat
tidur.
Ah
mama, terimakasih untuk semua hal yang telah kau lakukan. Pengorbananmu, kasih
sayang, cinta tulusmu tak akan pernah habis meski diceritakan setiap hari. Sehat
terus dan panjang umur ma, hingga nanti aku mampu mempersembahkan kesuksesanku
untukmu dan mampu membahagianmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar