Menjadi
seorang Online Shop-ers kelihatannya mudah, namun faktanya bukanlah
perkara yang mudah. Setiap saat harus berurusan dengan Supplier, harus ramah
dan sabar dengan costumer serta harus setia menunggu kedatangan kurir. Seperti kasus
kali ini, dimana terjadi miss antara
aku dengan supplier. Barang yang telah ku order sedari senin, hingga hari senin
berikutnya tak kunjung datang.
Saat
itu, aku order barang sekitar 4 kiloan, dan ternyata supplierku mengirim
barangnya secara bertahap. Apesnya, 3 barang yang dipesan costumer yang sama
hanya terkirim dua, satunya dikirim dalam tahap kedua. Dan mungkin ini adalah
ajang menguji kesabaran, costumerku tumben banget kali ini rada rewel. Setiap saat
menanyakan barangnya yang belum datang-datang. Masih skala wajar sih, wong
waktunya emang sudah seminggu namun barangnya belum juga tiba.
Si
costumer meminta barang yang dua dikirim aja dulu, yang satunya nyusul. Tapi setelah
aku menghitung-hitung, kalau aku mengirim dua kali itu artinya berat di ongkos.
Untung yang diambil sudah dikit, jatuhnya malah rugi karena berat di ongkos
kirim. Akhirnya aku memutuskan untuk mengecek barangnya ke JNE, status di
sistem sudah pengantaran per hari senin, aku disuruh menunggu di alamat. 2
barang yang sudah kubawa hendak kukirim di terminal akhirnya kubawa pulang
kerumah dan menghubungi costumerku untuk memberikan pengertian.
“Besok
pagi barangnya aku kirim lewat mobil ya, tas satunya diantar hari ini sama
kurir, ini aku lagi di kantor JNE. Lagian kalau dikirim malam ini juga paling
sampainya besok”. Begitu sepenggal kalimat penjelasan yang kuberitahukan kepada
costumerku. “tapi barangnya sudah ada kan hari ini? Tinggal dikirim?” jawabnya
meminta kejelasan. Oh iya, costumerku ini domisilinya di daerah. Jadi barang
yang sudah sampai dirumah harus kukirim lagi ke daerah via mobil.
“Iya,
Insya Allah jawabku. Besok pagi-pagi saya kirim ya”. Lanjutku lagi. Aku pun
mengendarai motor pulang kerumah menunggu kurir JNE datang. Hingga pukul 10
malam kurir tak kunjung datang. Aku sudah pasrah saja apapun yang terjadi. Mungkin
kurirnya kelelahan mengantar barang seharian jadi tak sempat mengantar
barangku. Aku menunggu hingga ke esokan harinya.
Pagi-pagi
sekitar pukul 9, mamaku yang hendak keluar kumintai tolong untuk mengecek
kembali barangku di JNE. Kalau barangnya masih di kantor, gapapa nanti aku
ambil aja di kantor dari pada lama nungguin kurir. Sesampainya mamaku di kantor
JNE status barangnya sudah diantar kurir per hari ini (selasa). Aku diminta
untuk menunggu di alamat. Lagi lagi aku menunggu dengan setianya si kurir
datang. Saking lelahnya menunggu jam 11 aku tertidur. Hingga radio mesjid pun
berbunyi saat waktu Duhur telah masuk.
Aku
bangun dalam kondisi kaget. Ya Allah, udah duhur tapi kurirnya belum juga
datang. Kucek hpku, ada chat dari costumerku menanyakan barangnya sudah dikirim
apa belum, yang sengaja aku tidak read untuk sementara karena tak tau mesti
beralasan apalagi. Sudah siang tapi barangnya belum juga kukirim, padahal
janjiku pagi sudah akan kukirim. Chat yang lain dari salah seorang teman yang
hari itu janjian untuk ketemu. Janji yang awalnya kami rencanakan jam 2 siang
selepas dia kuliah, dimajukan ba’da duhur, karena kuliahnya ternyata selesai
lebih awal. “Wuah gimana ini, pertemuannya dimajukan, sedangkan kurir JNE belum
juga datang, mana barangnya ahrus aku kirim hari ini juga lagi. Huhuhu”,
pikirku.
Lalu
aku membalas chat temanku, mengiyakan ketemu sekarang meski dalam kondisi masih
harap harap cemas menunggu kedatangan kurir. “Aku sholat dan siap-siap dulu ya
kak baru berangkat”, jelasku kepadanya. Persoalan barang aku sudah pasrah,
gapapa aku kirim 2 barang ini dulu, besok baru ngirim barang satunya lagi. Rugi
bukan lagi hak yang harus difikirkan, ini adalah resiko pekerjaan. Selanjutnya akan
kujelaskan dudu persoalannya ke Costumerku. Aku yakin apapun hal yang kita
alami asal dikomunikasikan dengan baik pasti akan menemukan jalan keluar.
Beberapa
menit menuju pukul 1 aku mengendarai motorku menuju lokasi tempat aku dan
temanku janjian, sembari membawa dua barang yang aku kirim ke costumerku. Meski
dalam hati masih terus berharap bisa ada keajaiban bertemu kurir dijalan. Aku mengemudikan
motorku menuju jalan keluar ke jalan raya. Jalan yang selama ini kulewati
tertutup total oleh kayu dan bambu. Sempat heran sih, kemarin-kemarin masih ada
cela untuk motor lewat. Tapi aku tak ambil pusing, aku memilih untuk memutar
balik motor memilih jalan yang agak jauh ketimbang harus turun dari motor dan
membuka palang yang ada. (Sejujurnya gengsi turun dari motor karena di pos kamling
ada beberapa orang). Hahaha Perlu saya jelaskan bahwa jalan didepan rumahku
baru saja di beton, jadi di ujung jalan masih diberikan penghalang tanda
jalannya belum bisa dilewati oleh mobil.
Saat
aku memutar balik motor, tiba-tiba aku melihat kurir JNE yang motornya pun
sudah diputar balikkan menuju arah keluar, mungkin karena melihat rumah yang
tertutup. Dengan sigap kuteriaki, “Kak barangku ya? Atas nama Restiny”? Tanyaku.
Iya mbak, jawabnya. Segera kuambil barangku dan menandatangani resinya. Kurirnya
segera berlalu, kuambil barangku sambil senyam senyum.
Alhamdulillah
ya. Kekuatan keyakinan. Aku tak menyangka akan begini alur ceritanya. Seperti drama
FTV. Kebetulan jalan ditutup, mesti mutar balik, dan saat putar balik, didepan
rumah orang yang ditunggu-tunggu telah datang juga. Ah memang benar segala
sesuatu terjadi karena sebuah alasan indah, tak ada yang kebetulan. Bahkan daun
yang jatuh pun bukanlah sebuah kebetulan, pasti ada alasan indah didalamnya.
Begitulah
segelintir kisah dari si Online Shop-ers Hahahahaha. Akhirnya aku keluar dalam
kondisi hati yang tenang dan senang. Barangnya segera kukirim leat mobil dan
menghubungi costumerku bahwa barangnya sudah dikirim. Dan pertemuan dengan
temanku pun menjadi lebih lega, karena tak ada beban yang difikirkan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar