Saya
berusaha mengukir rekaman bincang-bincang kemarin di pulau Kulambing. Sembari
menunggu kapal datang untuk menjemput dan membawa kami ke Pangkep, saya
mengikuti kak Noe bersafari mengelilingi pulau untuk bersua dengan kenangan
masa kecil dan orang-orang yang terlibat didalamya.
Awalnya
kami kerumah pak Kepala Sekolah, lalu lanjut kerumah rekan guru mamanya kak Noe
yang sudah dianggap seperti saudara. Seperti biasa, celengan rindu yang begitu
lama ditabung akhirnya tumpah dalam eratnya pelukan dalam pertemuan yang
dinantikan. Setelah berbasa basi. Akhirnya masuk ke perbincangan mengenai
pasangan hidup.
Seperti
biasa, pertemuan setelah sekian lama tak bersua pasti akan muncul pertanyaan wajib.
Jadi sekarang dekat sama siapa, kapan nikah? Sumpah takkewer kewer, pertanyaan
klasik macam ini adalah pertanyaan wajib yang tak pernah terlewatkan dalam
setiap obrolan.
Akhirnya
petuah demi petuah pun dilontarkan oleh kak Lela. Petuah utuk kak Noe yang
ternyata masuk dalam akal fikiran dan sanubariku. Hingga memberkas begitu lekat
dalam ingatanku. Cari suami itu yang baik sifatnya, tak perlu yang gagah. Kalau
sifatnya baik, rajin ibadah, pasti akan terlihat gagah juga olehmu. Namun sebaliknya,
meskipun dia gagah pake banget kalau sifatnya jelek pasti akan terlihat buruk
olehmu.Tak perlu menjadikan paras sebagai standar, kalau lampu dimatiin, toh
juga parasnya sudah gak kelihatan. Hahahaha. Dalam hatiku ngakak membenarkan
pernyataan yang baru saja kudengar. Tapi jangan yang jelek-jelek amat juga,
lanjut kak Lela. Huahaha. Ya elah -___-.
Anak-anak
sekarang selalu menjadikan gagah sebagai standar untuk mencari suami, katanya
biar bisa di bawah arisan. Untung kalau sudah nikah suamimu mau diajak arisan,
paling-paling bilang “sana gih pergi sendiri, saya capek”. Lanjutnya lagi.
Huahaha. Iya ya bener juga. Terkadang kita terlalu silau sama standar-standar
umum, silau akan duniawi, menjadikan standar paras menjadi standar utama hingga
lupa bahwa banyak hal yang lebih hakiki dari itu. Bahwa setelah menikah paras
sudah tak lagi begitu berarti, yang paling berarti adalah pasangan hidup yang
dapat membimbing ke jalan-Nya. Bisa bersama-sama berjuang dan melewati
hari-hari senang maupun susah hingga ajal yang memisahkan.
Terimakasih
untuk petuah-petuah berkualitasnya kak. Obrolan yang kedengarannya hanya berupa
guyonan tapi meaningfull banget buat saya. Obrolan selalu memberikan
pelajaran-pelajaran hidup yang berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar