Hujan yang
mengguyur kotaku beberapa hari ini, sukses menyumbangkan rasa mager untuk kemana-mana. Gravitasi kasur
terasa lebih kuat dari pada beberapa kegiatan diluar. Air yang mulanya hanya
gerimis, kemudian menyerang berombongan. Tak hanya membawa air yang begitu
banyak, rombongan angin pun tak mau kalah. Menerpa daun-daun yang sudah mulai basah.
Keinginan
dan niat adalah modal untuk bergerak. Kalau saja niat itu hanya seuprit,
mungkin pakaian yang sudah kukenakan segera kutanggalkan melihat kondisi langit
yang mulai kelabu, disusul dengan air yang satu persatu sudah menyapa tanah.
Aku
mengendarai motor membelah keheningan
jalan kota Makassar. Minggu pagi memang adalah waktu untuk relaksasi dirumah
setelah beberapa hari bergulat dengan aktifitas diluar, apalagi dengan cuaca
seperti ini. Memilih berdiam diri dirumah, menikmati hangatnya secangkir kopi
mungkin adalah pilihan yang tepat.
Kusetel lagu
yang ada di playlist smartphoneku agar jarak yang kutempuh
menuju lokasi carakde (kelas hari minggu SIGi) tak begitu terasa. Aku menikmati
pagi yang sendu dengan pikiran yang bercabang kemana-mana. Mendengarkan musik
sambil menghayal adalah kebiasaan yang sering kulakukan belakangan ini ketika
mengendarai motor.
Setelah
menjemput salah seorang teman yang ingin barengan ke lokasi Carakde. Kami pun
melanjutkan perjalanan. Hujan semakin deras. Kami memutuskan untuk singgah
memakai raincoat. Lalu melanjutkan
perjalanan. Sesampainya di lokasi Carakde napak anak-anak yang sudah berada di
lokasi, dengan muka riang gembira serta semangat yang membara meski dingin
begitu menusuk, meski hujan begitu deras.
Setelah
memarkirkan motor dan bergabung bersama anak-anak. Hujan disertai petir dan
angin kencang semakin membabi buta. Suara teriakan pun sudah tak terdengar
lagi. Suara air hujan jauh lebih tinggi dibanding nada suara yang kami
teriakkan.
Satu persatu
kakak SIGi mulai berdatangan, hujan tak jadi alasan selama niat itu masih
besar. Selama niat itu masih kuat. Akan selalu ada jalan ketika ada kemauan. Senyum
ceria adik-adik Carakde yang menanti setiap hari minggu menjadi moodboster untuk memerangi kemalasan,
dan mencari jalan untuk mengusahakan.
Hingga kelas
Carakde selesai, hujan masih setia menemani. Hingga sore bahkan sampai malam.
Hujan masih begitu awet. Hujan adalah karunia, jadi tak pantas jika kita
terus-terusan menghardik hujan yang membasahi. Satu hal yang perlu kita lakukan
hanyalah bersyukur. Anugerah dan karunia Tuhan itu masih selalu ada.
Jadi
teringat puisi kala masih SD.
Walau hujan ayah tetap pergi ke sawah
Walau hujan ibu tetap pergi kepasar
Walau hujan saya tetap pergi kesekolah
Karena
hujan, adalah anugerah TUHAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar