Selasa, 02 Mei 2017

Behind the scene of KIKo



Alhamdulillah, setelah persiapan kurang lebih 4 bulan. Akhirnya Kelas Inspirasi Konawe bisa berjalan dengan lancar tepat pada tanggal 28 April, hingga 29 April 2017. Di awali dengan briefing di tanggal 28 April. Dilanjutkan hari Insprirasi dan refleksi di tanggal 29 April 2017.

Begitu banyak pihak yang berperan serta dalam persiapan hingga hari H. Begitu banyak pula dinamika yang dihadapi selama jenjang proses persiapan. “Lem Alteko”, ini menjadi grup yang mengawali terbentuknya Kelas Inspirasi Konawe. Kami yang beranggotakan 7 orang, yang merupakan “sisa-sisa” proses dari Kegiatan Running Book Penyala Makassar.

Hubungan “Alteko” yang begitu indah membuat kami iseng-iseng untuk menjalankan sebuah rencana. Rencana awal adalah jalan-jalan, berbagai spot wisata kami hunting untuk menjadi destinasi kami. Tapi kami pikir-pikir lagi, masa sih cuman jalan-jalan kosong doang, harusnya bisa jalan-jalan berkualitas, akhirnya terpikir untuk jalan-jalan sambil donasi buku, mengingat kami bertujuh berasal dari gerakan yang sama, yakni Penyala Makassar. Nah akhirnya mantap untuk rencana jalan-jalan, donasi buku dan sharing profesi serta mimpi kepada adik-adik yang akan menerima donasi buku. Terpilihlah 3 kota yang akan menjadi opsi tujuan kami. Yakni Bima, Lampung dan Konawe.  Di Bima kami berencana donasi buku dan Trauma Healing berhubung pada saat itu Bima baru saja terkena musibah banjir bandang. Di Lampung karena ada Tubabar mengajar serta di Konawe ada Pengajar Muda.

Pembicaraan di awal tahun 2017 itu pun berlanjut untuk mencari jalan untuk mewujudkan rencana kami. Mencari uang dengan cara “profesional”. Mengingat beberapa dari kami belum memiliki penghasilan tetap, dan ada yang masih mahasiswa. “Jalan-jalan, senang-senang dan meminta uang sama orang tua” tidak masuk dalam opsi kami kala itu. Akhirnya setelah mengerahkan pikiran dan tenaga *tsah. Tercetuslah sebuah jalan pencarian dana dengan cara “profesional”, yakni membuat sebuah bimbingan belajar. Menggali potensi-potensi dari kami bertujuh.

Bimbingan Tes Potensi Akademik, pelatihan Design grafis, serta pelatihan public speaking merupakan beberapa opsi yang menjadi pertimbangan kami untuk mencari uang. Ngobrol-ngobrol berkualitas pada awal tahun tersebut melahirkan banyak catatan. Mulai dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang kita butuhkan untuk mewujudkan rencana yang telah kami susun, pembagian job, hingga pembentukan sebuah nama Lembaga Kursus dan Pelatihan yang akan menjadi wadah kami untuk melakukan kegiatan. LKP Panrita lahir pada tanggal 2 Januari 2017 bersamaan dengan rencana untuk jalan-jalan dan donasi buku.

Jadi di waktu yang bersamaan kami bertujuh mengurus 2 hal sekaligus. Rencana kegiatan, dan project pencarian uang. Timeline pun sukses disusun, lengkap dengan pembagian job masing-masing. Saya yang mendapat jatah menjadi tim humas atau narahubung mengubungi kak Mahayu, teman di gerakan Ruang Berbagi Ilmu. Dia memberikan dua kontak, satu di Lampung yakni pengajar di Tubabar mengajar dan satunya lagi kontak kak Melly salah satu Pengajar Muda Konawe. Dari dua orang yang saya hubungi tersebut, cuman pesan singkat melalui WA ke kak Melly yang terkirim, chat WA ke pengajar Tubabar tidak terkirim, mungkin pada waktu itu semua pengajar lagi di desa yang tidak memiliki signal.

Akhirnya berlanjutlah chat bersama kak Melly. Saya mengutarakan maksud dan tujuan kenapa menghubunginya. Rencana kami bersambut baik. Kak Melly dan teman-teman Kons (Pengajar Muda penempatan Konawe) sangat antusias dengan rencana kami. Mereka malah menawarkan “Gimana kalau sekalian buat Kelas Inspirasi aja kak”, kata kak Melly. Saya sangat senang menerima respon yang begitu positif dan semangat yang begitu besar. Saya menyampaikan saran dan tawaran dari kak Melly ke group “Alteko”. Terjadilah polemik diantara kami, ada beberapa yang tidak setuju dengan membawa nama Kelas Inspirasi. Katanya pertanggungjawabannya berat. Banyak hal yang harus kita pelajari. Banyak hal yang menjadi pertimbangan. Namun setelah diobrolkan dan dirembukkan bersama di grup, beberapa hari kemudian kami sepakat untuk membuat Kelas Inspirasi Konawe bekerja sama dengan Pengajar Muda. 

Pembagian job kembali dilakukan, kami sadar bahwa kami butuh pembagian job dan timeline yang jelas. Mengingat kami memiliki kesibukan dan pekerjaan yang berbeda. Apalagi harus menghandle 2 kegiatan sekaligus. Disaat yang bersamaan, dibulan yang sama kami menjalankan 2 project sekaligus. Satu Kelas Inspirasi Konawe, satunya lagi project dari LKP Panrita yang menjadi kendaraan yang akan membawa kami menuju ke Kelas Inspirasi Konawe. Kami dengan keahlian yang berbeda mengambil peran masing-masing, ada yang membuat timeline, ada yang ngadmin, ada yang design, ada yang humas, ada yang membuat modul dan ada yang bertindak sebagai marketing. hihihi

Satu dua minggu semuanya berjalan lancar tanpa kendala. Namun seiring berjalannya waktu dinamika sudah mulai bermunculan, ah bukankah sebuah proses memang penuh dengan dinamika? Kami yang berasal dari background yang berbeda pun memiliki rutinitas yang berbeda diluar 2 project yang telah kami canangkan bersama. Satu persatu sudah mulai hectic dengan prioritas masing-masing. Meski sudah tidak se intens dulu pembahasannya, namun semuanya masih memaksimalkan usaha untuk menjalankan job masing-masing. 

Pembuatan akun sosial media Kelas Inspirasi Konawe serta pembagian job untuk menjadi admin, mendaftarkan Kelas Inspirasi Konawe di website Kelasinpirasi.org , membuat blog Kelas Inspirasi Konawe, serta design flyer pembukaan pendaftaran. Semuanya telah selesai dan kami resmi launching pendaftaran tepat pada tanggal 9 Januari - 9 April 2017. Rentan waktu yang begitu lama yang bertujuan untuk memaksimalkan persiapan dan sounding kegiatan. Kami sadar bahwa Konawe merupakan daerah yang jauh, dan orang-orang butuh untuk mempersiapkan budget dan hunting tiket untuk menuju lokasi.

Sembari proses pendaftaran Kelas Inspirasi Konawe, kami pun tetap menjalankan project dari LKP Panrita. Yakni pengadaan bimbingan CPNS. Dengan penuh optimis kami yakin bahwa akan banyak orang yang mendaftar, kami yakin begitu banyak orang yang bercita-cita untuk menjadi PNS. Kami gencar untuk melakukan sounding. Seiring proses berjalan terjadi lagi polemik diantara kami mengenai range biaya yang akan kami pasang. Karena tidak menemukan kesepakatan harga untuk Pelatihan, maka kami sepakat untuk mengadakan Try Out untuk menjadi tolak ukur harga yang akan kami pasang nantinya, serta melihat seberapa besar animo masyarakat mengenai project yang kami lakukan. 

Kami sepakat untuk mengadakan Try Out CAT CPNS pada tanggal 18 Februari. Disaat yang bersamaan kami menyusun langkah strategis untuk memperkenalkan LKP Panrita serta mempersiapkan berbagai macam hal yang dibutuhkan saat Try Out. Membuat modul, mengetik soal, mendesign flyer, sounding sosmed, membuat website serta membuat aplikasi CAT yang akan kami gunakan untuk Try Out. Untuk merintis usaha tak hanya butuh semangat dan kerja keras, namun juga butuh budget untuk membiayai beberapa hal, termasuk budget pembuatan aplikasi, bayar website serta untuk sounding. Kami harus mengeluarkan modal awal untuk merintis project yang kami lakukan. Sembari terus mengkampanyekan kegiatan Try Out yang akan kami laksanakan.
Alhamdulillah hampir setiap hari ada-ada saja calon peserta yang mendaftar. Meski ketika admin membalas sms dengan memberikan nomor registrasi serta nomor rekening tujuan untuk melakukan pembayaran, terkadang calon peserta sudah hilang entah kemana. Dalam moment seperti ini kalimat ampuh yang menjadi penyemangat kami adalah di php pun kami sudah sangat senang. Artinya sudah ada yang tertarik untuk sekedar mendaftarkan diri meskipun pada kenyataannya tidak jadi ikut menjadi peserta. Hari berlalu hingga hari H Try Out menjelang, hanya 6 dari sekitar hampir 20 orang calon peserta yang membayar. Alhamdulillah.

Try Out CAT CPNS pun berjalan dengan lancar. Meskipun kami “rugi” secara materiil, tapi kami “untung” secara moril dan pengalaman. Setelah Try Out CAT CPNS berakhir. Kami kembali bertemu untuk berembuk memikirkan langkah selanjutnya yang harus kami lakukan. Melihat kondisi peserta yang sedikit padahal pembayaran sudah kami minimalisir semurah mungkin, kami pun berdiskusi untuk plan yang lain. Dengan kenyataan seperti ini tidak memungkinkan untuk melakukan bimbingan CAT CPNS dalam waktu dekat, apalagi dengan biaya jutaan. Mungkin banyak yang ingin mendaftar CPNS tapi belum ada informasi jelas mengenai jadwal penerimaan CPNS. Ini menjadi salah satu faktor kurangnya peserta yang mendaftar. Setidaknya kami mendapat banayk pelajaran dari proses persiapan hingga hari H. 

Kami menyepakati untuk mencari opsi selain CAT CPNS. Untuk CAT CPNS kami saving sambil menunggu momentum yang tepat untuk kembali menyelenggarakannya.

Opsi kedua adalah melakukan Try Out (lagi), dalam hal ini Try Out TPA. Mengingat tidak lama lagi akan terbuka secara serentak pendaftaran program Pascsarjana yang menjadikan TPA sebagai salah satu persyaratan wajib dalam seleksi. Tanggal 18 maret kami sepakati untuk melakukan Try Out TPA. Alhamdulillah animo masyarakat lebih tinggi terhadap Try Out TPA ini, barangkali momentum yang tepat menjadi faktor penunjang yang besar dalam kesuksesan Try Out TPA ini. Lebih baik dari Try Out sebelumnya, TO TPA ini berhasil mendapat peserta sebanyak 10 orang. Dan Alhamdulillah kami sudah mendapat sedikit untuk materi dari Try Out TPA ini. 

Setelah Try Out TPA selesai, kami meet up (lagi) membahas langkah selanjutnya yang akan kami ambil menuju ke Konawe bersama-sama. Ternyata pencarian dana secara profesional tidak berhasil menjadi jalan kami untuk menuju ke Konaw. Kami pun saling bertanya kesediaan satu sama lain untuk berangkat ke Konawe dengan menggunakan biayar pribadi. Satu dua orang sudah mulai mundur karena tidak memiliki budget yang cukup untuk dialokasikan ke Konawe, satu dua orang lainnya memutuskan untuk tidak berangkat karena ada pekerjaan kantor yang tidak bisa ditinggalkan serta tidak mendapat ijin berangkat dari orang tua karena jarak yang lumayan jauh. Alhasil hanya 3 dari 7 orang yang berhasil berangkat ke Konawe. 

Meski tidak semua berangkat, kami masih kompak untuk mempersiapkan Kelas Inspirasi Konawe. H-3 minggu penutupan kami gencar untuk melakukan sounding. Sembari meminta tolong kepada panlok untuk melakukan sosialisasi secara offline kepada para profesional di Konawe, mengkampanyekan Kelas Inspirasi ke steak holder setempat. Komunikasi secara virtual menjadi kendala kami, apalagi dunia kerelawanan adalah hal yang baru bagi para panlok. Kami berusaha berproses bersama-sama dari dasar, meskipun tak jarang para panlok tidak menggubris. Kehadiran PM yang hanya sekali-kali ke desa menjadi angin segar bagi kami di Makassar. PM bisa bergerilya untuk sosialisasi secara offline dan menjelaskan secara sabar kepada panlok apa sih tuh KI. Tapi ketika PM kembali ke desa penempatan tanpa signal, komunikasi kami pun terputus. Begitupun kepada panlok. Kekurang pahaman mereka mengenai KI menjadikan mereka enggan untuk sekedar membalas chat ketika saya menanyakan perkembangan. Keterbatasan yang begitu banyak yang kami hadapi membuat kami belajar lebih banyak lagi tentang sebuah kesabaran, proses dan kerjasama. Kami lost, keterbatasan jarak dan waktu yang lumayan jauh membuuat kami hanya bisa bergerilya di sosial media sambil berharap PM segera ke Kota agar komunikasi kami lebih terarah serta hal-hal yang ingin kami lakukan menjadi lebih jelas.

H-1 minggu pelaksanaan KI, satu persatu PM sudah berada di kabupaten. Namun karena mereka baru berada di kabupaten saat hari sabtu, jadi hari minggu dan senin dimanfaatkan untuk ketemu panlok, training fasil, serta memeprsiapkan yang bisa dipersiapkan. Minggu dan senin sama sekali tidak bisa sosialisasi offline karena merupakan hari libur. Dag dig dug pun semakin jelas, karena tinggal beberapa hari lagi Briefing dan hari Inspirasi akan segera dilaksanakan, sedangkan sekolah yang kami butuhkan sebanyak 4 sekolah baru 2 sekolah yang fix dengan data-datanya. 

Kembali lagi, dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan kerja keras harus menghadapi banyaknya pertanyaan relawan yang sudah dibagi ke empat grup, pertanyaan tentang sekolah, fasil, fotografer serta memberi penjelasan akan bertambahnya relawan dari form offline. Begitu banyak kendala hingga menjelang hari H. Tapi kami tetap optimis, bermodalkan keyakinan insya Allah semua akan berjalan lancar. 

Alhamdulillah H-1 briefing semuanya sudah fix. Baik dari sekolah maupun relawan. 

Kami yang berangkat dari Makassar sudah terlepas dari kendala mengenai persiapan KI Konawe, tapi kembali ke persoalan pribadi masing-masing. Kemauan yang besar dari kami yang mau berangkat harus terkendala urusan finansial, urusan kantor dan persoalan ijin dari keluarga. Dan dengan berat hati kami harus terpisah dari komposisi 7 orang menjadi 3 orang.

Dengan keyakinan dan kemauan yang besar. Allah selalu memberi jalan untuk niat-niat baik. Berbekal uang pinjaman, saya membeli tiket untuk ke Konawe. Sudah membeli tiket harus menerima konsekuensi lagi dapat ceramah dari orang tua karena “jalan terus” padahal saya membutuhkan budget lebih banyak lagi untuk mendaftar kampus, harus berangkat ke Bandung bulan ini untuk tes UPI serta harus menyediakan uang akomodasi. Harus menerima konsekuensi didiamkan oleh teman baik karena memilih untuk berangkat KI dibandingkan menghadiri pernikahannya. Maafkan kak, ini bukan persoalan memilih, tapi persoalan tanggung jawab dan komitmen, hikz.

Beda cerita dengan satu teman lagi. Karena uang dari kantor yang belum turun akhirnya uang yang mau dipake untuk mendaftar kuliah dialokasikan untuk membeli tiket agar bisa ke Konawe. Satu orangnya lagi aman secara financial tapi tidak aman dari ijin orang tua, harus kabur dari kantor dan “menolak” secara halus perintah untuk berangkat dinas, dan parahnya saat hari H keberangkatan ke Konawe ATMnya hilang. Jadilah kami bertiga berangkat dengan uang pas-pasan dan hanya bermodalkan keyakinan akan sampai dan pulang selamat ke Makassar.
ini sedikit perjalanan kisah yang kami lewati hingga sampai di kendari dan mengikuti serangkain prosesi Kelas Inspirasi Konawe. 

Note :
Masalah bukanlah sebuah masalah ketika kita mampu untuk mencari jalan keluar, yang penting jangan stagnan ketika mendapat sebuah masalah, karena pasti akan ada solusi.

Masalah dan dinamika yang ada bukan untuk membuat kita terpuruk, tapi membuat kita menjadi sosol yang lebih kuat, menambah deratan pengalaman dan pelajaran hidup yang kita punya

Masalah terkadang membuat kita tertekan, membuat kita terkadang konflik dalam satu tim. Tapi dengan adanya masalah dan tekanan tersebut hubungan emosional kita semakin terjalin dan kita bisa saling mengetahui karakter satu sama lain. Dan meyakini siapa orang-orang yang akan menemani kita bukan hanya saat kita senang, tapi juga saat kita terjatuh.

The last i say THANK YOU SO MUCCCHHHH for togetherness, big effort from beginning until finishing the project. I hope, this is the new chapter of us for another projects in the future.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...