Alhamdulillah,
setelah persiapan kurang lebih 4 bulan. Akhirnya Kelas Inspirasi Konawe bisa
berjalan dengan lancar tepat pada tanggal 28 April, hingga 29 April 2017. Di
awali dengan briefing di tanggal 28 April. Dilanjutkan hari Insprirasi dan
refleksi di tanggal 29 April 2017.
Begitu
banyak pihak yang berperan serta dalam persiapan hingga hari H. Begitu banyak
pula dinamika yang dihadapi selama jenjang proses persiapan. “Lem Alteko”, ini
menjadi grup yang mengawali terbentuknya Kelas Inspirasi Konawe. Kami yang
beranggotakan 7 orang, yang merupakan “sisa-sisa”
proses dari Kegiatan Running Book Penyala Makassar.
Hubungan
“Alteko” yang begitu indah membuat kami iseng-iseng untuk menjalankan sebuah
rencana. Rencana awal adalah jalan-jalan, berbagai spot wisata kami hunting untuk menjadi destinasi kami.
Tapi kami pikir-pikir lagi, masa sih
cuman jalan-jalan kosong doang, harusnya bisa jalan-jalan berkualitas,
akhirnya terpikir untuk jalan-jalan sambil donasi buku, mengingat kami bertujuh
berasal dari gerakan yang sama, yakni Penyala Makassar. Nah akhirnya mantap
untuk rencana jalan-jalan, donasi buku dan sharing profesi serta mimpi kepada
adik-adik yang akan menerima donasi buku. Terpilihlah 3 kota yang akan menjadi
opsi tujuan kami. Yakni Bima, Lampung dan Konawe. Di Bima kami berencana donasi buku dan Trauma Healing berhubung pada saat itu
Bima baru saja terkena musibah banjir bandang. Di Lampung karena ada Tubabar
mengajar serta di Konawe ada Pengajar Muda.
Pembicaraan
di awal tahun 2017 itu pun berlanjut untuk mencari jalan untuk mewujudkan
rencana kami. Mencari uang dengan cara “profesional”. Mengingat beberapa dari
kami belum memiliki penghasilan tetap, dan ada yang masih mahasiswa.
“Jalan-jalan, senang-senang dan meminta uang sama orang tua” tidak masuk dalam
opsi kami kala itu. Akhirnya setelah mengerahkan pikiran dan tenaga *tsah.
Tercetuslah sebuah jalan pencarian dana dengan cara “profesional”, yakni
membuat sebuah bimbingan belajar. Menggali potensi-potensi dari kami bertujuh.
Bimbingan
Tes Potensi Akademik, pelatihan Design grafis, serta pelatihan public speaking
merupakan beberapa opsi yang menjadi pertimbangan kami untuk mencari uang. Ngobrol-ngobrol
berkualitas pada awal tahun tersebut melahirkan banyak catatan. Mulai dari Rencana
Anggaran Biaya (RAB) yang kita butuhkan untuk mewujudkan rencana yang telah
kami susun, pembagian job, hingga pembentukan sebuah nama Lembaga Kursus dan
Pelatihan yang akan menjadi wadah kami untuk melakukan kegiatan. LKP Panrita lahir pada tanggal 2 Januari
2017 bersamaan dengan rencana untuk jalan-jalan dan donasi buku.
Jadi
di waktu yang bersamaan kami bertujuh mengurus 2 hal sekaligus. Rencana
kegiatan, dan project pencarian uang. Timeline pun sukses disusun, lengkap
dengan pembagian job masing-masing. Saya yang mendapat jatah menjadi tim humas
atau narahubung mengubungi kak Mahayu, teman di gerakan Ruang Berbagi Ilmu. Dia
memberikan dua kontak, satu di Lampung yakni pengajar di Tubabar mengajar dan
satunya lagi kontak kak Melly salah satu Pengajar Muda Konawe. Dari dua orang
yang saya hubungi tersebut, cuman pesan singkat melalui WA ke kak Melly yang
terkirim, chat WA ke pengajar Tubabar tidak terkirim, mungkin pada waktu itu
semua pengajar lagi di desa yang tidak memiliki signal.
Akhirnya
berlanjutlah chat bersama kak Melly. Saya mengutarakan maksud dan tujuan kenapa
menghubunginya. Rencana kami bersambut baik. Kak Melly dan teman-teman Kons
(Pengajar Muda penempatan Konawe) sangat antusias dengan rencana kami. Mereka
malah menawarkan “Gimana kalau sekalian
buat Kelas Inspirasi aja kak”, kata kak Melly. Saya sangat senang menerima
respon yang begitu positif dan semangat yang begitu besar. Saya menyampaikan
saran dan tawaran dari kak Melly ke group “Alteko”.
Terjadilah polemik diantara kami, ada beberapa yang tidak setuju dengan
membawa nama Kelas Inspirasi. Katanya pertanggungjawabannya berat. Banyak hal
yang harus kita pelajari. Banyak hal yang menjadi pertimbangan. Namun setelah
diobrolkan dan dirembukkan bersama di grup, beberapa hari kemudian kami sepakat
untuk membuat Kelas Inspirasi Konawe bekerja sama dengan Pengajar Muda.
Pembagian
job kembali dilakukan, kami sadar bahwa kami butuh pembagian job dan timeline
yang jelas. Mengingat kami memiliki kesibukan dan pekerjaan yang berbeda.
Apalagi harus menghandle 2 kegiatan sekaligus. Disaat yang bersamaan, dibulan
yang sama kami menjalankan 2 project sekaligus. Satu Kelas Inspirasi Konawe,
satunya lagi project dari LKP Panrita yang menjadi kendaraan yang akan membawa
kami menuju ke Kelas Inspirasi Konawe. Kami dengan keahlian yang berbeda
mengambil peran masing-masing, ada yang membuat timeline, ada yang ngadmin, ada
yang design, ada yang humas, ada yang membuat modul dan ada yang bertindak
sebagai marketing. hihihi
Satu
dua minggu semuanya berjalan lancar tanpa kendala. Namun seiring berjalannya
waktu dinamika sudah mulai bermunculan, ah bukankah sebuah proses memang penuh
dengan dinamika? Kami yang berasal dari background
yang berbeda pun memiliki rutinitas yang berbeda diluar 2 project yang
telah kami canangkan bersama. Satu persatu sudah mulai hectic dengan prioritas masing-masing. Meski sudah tidak se intens dulu pembahasannya, namun
semuanya masih memaksimalkan usaha untuk menjalankan job masing-masing.
Pembuatan
akun sosial media Kelas Inspirasi Konawe serta pembagian job untuk menjadi admin, mendaftarkan Kelas Inspirasi Konawe di
website Kelasinpirasi.org , membuat blog Kelas Inspirasi Konawe, serta design
flyer pembukaan pendaftaran. Semuanya telah selesai dan kami resmi launching pendaftaran tepat pada tanggal
9 Januari - 9 April 2017. Rentan waktu yang begitu lama yang bertujuan untuk
memaksimalkan persiapan dan sounding kegiatan.
Kami sadar bahwa Konawe merupakan daerah yang jauh, dan orang-orang butuh untuk
mempersiapkan budget dan hunting tiket untuk menuju lokasi.
Sembari
proses pendaftaran Kelas Inspirasi Konawe, kami pun tetap menjalankan project
dari LKP Panrita. Yakni pengadaan bimbingan CPNS. Dengan penuh optimis kami
yakin bahwa akan banyak orang yang mendaftar, kami yakin begitu banyak orang
yang bercita-cita untuk menjadi PNS. Kami gencar untuk melakukan sounding. Seiring proses berjalan
terjadi lagi polemik diantara kami mengenai range
biaya yang akan kami pasang. Karena tidak menemukan kesepakatan harga untuk
Pelatihan, maka kami sepakat untuk mengadakan Try Out untuk menjadi tolak ukur harga yang akan kami pasang
nantinya, serta melihat seberapa besar animo masyarakat mengenai project yang
kami lakukan.
Kami
sepakat untuk mengadakan Try Out CAT CPNS pada tanggal 18 Februari. Disaat yang
bersamaan kami menyusun langkah strategis untuk memperkenalkan LKP Panrita
serta mempersiapkan berbagai macam hal yang dibutuhkan saat Try Out. Membuat
modul, mengetik soal, mendesign flyer, sounding
sosmed, membuat website serta membuat aplikasi CAT yang akan kami gunakan
untuk Try Out. Untuk merintis usaha tak hanya butuh semangat dan kerja keras,
namun juga butuh budget untuk
membiayai beberapa hal, termasuk budget pembuatan
aplikasi, bayar website serta untuk sounding.
Kami harus mengeluarkan modal awal untuk merintis project yang kami lakukan. Sembari terus mengkampanyekan kegiatan
Try Out yang akan kami laksanakan.
Alhamdulillah
hampir setiap hari ada-ada saja calon peserta yang mendaftar. Meski ketika
admin membalas sms dengan memberikan nomor registrasi serta nomor rekening
tujuan untuk melakukan pembayaran, terkadang calon peserta sudah hilang entah
kemana. Dalam moment seperti ini kalimat ampuh yang menjadi penyemangat kami
adalah di php pun kami sudah sangat senang. Artinya sudah ada yang
tertarik untuk sekedar mendaftarkan diri meskipun pada kenyataannya tidak jadi
ikut menjadi peserta. Hari berlalu hingga hari H Try Out menjelang, hanya 6
dari sekitar hampir 20 orang calon peserta yang membayar. Alhamdulillah.
Try
Out CAT CPNS pun berjalan dengan lancar. Meskipun kami “rugi” secara materiil,
tapi kami “untung” secara moril dan pengalaman. Setelah Try Out CAT CPNS
berakhir. Kami kembali bertemu untuk berembuk memikirkan langkah selanjutnya yang
harus kami lakukan. Melihat kondisi peserta yang sedikit padahal pembayaran
sudah kami minimalisir semurah mungkin, kami pun berdiskusi untuk plan yang lain. Dengan kenyataan seperti
ini tidak memungkinkan untuk melakukan bimbingan CAT CPNS dalam waktu dekat,
apalagi dengan biaya jutaan. Mungkin banyak yang ingin mendaftar CPNS tapi
belum ada informasi jelas mengenai jadwal penerimaan CPNS. Ini menjadi salah
satu faktor kurangnya peserta yang mendaftar. Setidaknya kami mendapat banayk
pelajaran dari proses persiapan hingga hari H.
Kami
menyepakati untuk mencari opsi selain CAT CPNS. Untuk CAT CPNS kami saving sambil menunggu momentum yang
tepat untuk kembali menyelenggarakannya.
Opsi
kedua adalah melakukan Try Out (lagi), dalam hal ini Try Out TPA. Mengingat
tidak lama lagi akan terbuka secara serentak pendaftaran program Pascsarjana
yang menjadikan TPA sebagai salah satu persyaratan wajib dalam seleksi. Tanggal
18 maret kami sepakati untuk melakukan Try Out TPA. Alhamdulillah animo
masyarakat lebih tinggi terhadap Try Out TPA ini, barangkali momentum yang
tepat menjadi faktor penunjang yang besar dalam kesuksesan Try Out TPA ini. Lebih
baik dari Try Out sebelumnya, TO TPA ini berhasil mendapat peserta sebanyak 10
orang. Dan Alhamdulillah kami sudah mendapat sedikit untuk materi dari Try Out
TPA ini.
Setelah
Try Out TPA selesai, kami meet up (lagi) membahas langkah selanjutnya yang akan
kami ambil menuju ke Konawe bersama-sama. Ternyata pencarian dana secara profesional tidak berhasil menjadi jalan
kami untuk menuju ke Konaw. Kami pun saling bertanya kesediaan satu sama lain
untuk berangkat ke Konawe dengan menggunakan biayar pribadi. Satu dua orang
sudah mulai mundur karena tidak memiliki budget
yang cukup untuk dialokasikan ke Konawe, satu dua orang lainnya memutuskan
untuk tidak berangkat karena ada pekerjaan kantor yang tidak bisa ditinggalkan
serta tidak mendapat ijin berangkat dari orang tua karena jarak yang lumayan
jauh. Alhasil hanya 3 dari 7 orang yang berhasil berangkat ke Konawe.
Meski
tidak semua berangkat, kami masih kompak untuk mempersiapkan Kelas Inspirasi
Konawe. H-3 minggu penutupan kami gencar untuk melakukan sounding. Sembari meminta tolong kepada panlok untuk melakukan
sosialisasi secara offline kepada para profesional
di Konawe, mengkampanyekan Kelas Inspirasi ke steak holder setempat. Komunikasi secara virtual menjadi kendala kami, apalagi dunia kerelawanan adalah hal
yang baru bagi para panlok. Kami berusaha berproses bersama-sama dari dasar,
meskipun tak jarang para panlok tidak menggubris. Kehadiran PM yang hanya
sekali-kali ke desa menjadi angin segar bagi kami di Makassar. PM bisa
bergerilya untuk sosialisasi secara offline dan menjelaskan secara sabar kepada
panlok apa sih tuh KI. Tapi ketika PM kembali ke desa penempatan tanpa signal,
komunikasi kami pun terputus. Begitupun kepada panlok. Kekurang pahaman mereka
mengenai KI menjadikan mereka enggan untuk sekedar membalas chat ketika saya
menanyakan perkembangan. Keterbatasan yang begitu banyak yang kami hadapi
membuat kami belajar lebih banyak lagi tentang sebuah kesabaran, proses dan
kerjasama. Kami lost, keterbatasan jarak dan waktu yang lumayan jauh membuuat
kami hanya bisa bergerilya di sosial media sambil berharap PM segera ke Kota
agar komunikasi kami lebih terarah serta hal-hal yang ingin kami lakukan
menjadi lebih jelas.
H-1
minggu pelaksanaan KI, satu persatu PM sudah berada di kabupaten. Namun karena
mereka baru berada di kabupaten saat hari sabtu, jadi hari minggu dan senin
dimanfaatkan untuk ketemu panlok, training
fasil, serta memeprsiapkan yang bisa dipersiapkan. Minggu dan senin sama
sekali tidak bisa sosialisasi offline karena merupakan hari libur. Dag dig dug
pun semakin jelas, karena tinggal beberapa hari lagi Briefing dan hari
Inspirasi akan segera dilaksanakan, sedangkan sekolah yang kami butuhkan
sebanyak 4 sekolah baru 2 sekolah yang fix dengan data-datanya.
Kembali
lagi, dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan kerja keras harus menghadapi
banyaknya pertanyaan relawan yang sudah dibagi ke empat grup, pertanyaan
tentang sekolah, fasil, fotografer serta memberi penjelasan akan bertambahnya
relawan dari form offline. Begitu banyak kendala hingga menjelang hari H. Tapi
kami tetap optimis, bermodalkan keyakinan insya Allah semua akan berjalan
lancar.
Alhamdulillah
H-1 briefing semuanya sudah fix. Baik dari sekolah maupun relawan.
Kami
yang berangkat dari Makassar sudah terlepas dari kendala mengenai persiapan KI
Konawe, tapi kembali ke persoalan pribadi masing-masing. Kemauan yang besar
dari kami yang mau berangkat harus terkendala urusan finansial, urusan kantor
dan persoalan ijin dari keluarga. Dan dengan berat hati kami harus terpisah
dari komposisi 7 orang menjadi 3 orang.
Dengan
keyakinan dan kemauan yang besar. Allah selalu memberi jalan untuk niat-niat
baik. Berbekal uang pinjaman, saya membeli tiket untuk ke Konawe. Sudah membeli
tiket harus menerima konsekuensi lagi dapat ceramah dari orang tua karena
“jalan terus” padahal saya membutuhkan budget
lebih banyak lagi untuk mendaftar kampus, harus berangkat ke Bandung bulan
ini untuk tes UPI serta harus menyediakan uang akomodasi. Harus menerima
konsekuensi didiamkan oleh teman baik karena memilih untuk berangkat KI
dibandingkan menghadiri pernikahannya. Maafkan kak, ini bukan persoalan
memilih, tapi persoalan tanggung jawab dan komitmen, hikz.
Beda
cerita dengan satu teman lagi. Karena uang dari kantor yang belum turun
akhirnya uang yang mau dipake untuk mendaftar kuliah dialokasikan untuk membeli
tiket agar bisa ke Konawe. Satu orangnya lagi aman secara financial tapi tidak
aman dari ijin orang tua, harus kabur dari kantor dan “menolak” secara halus perintah
untuk berangkat dinas, dan parahnya saat hari H keberangkatan ke Konawe ATMnya
hilang. Jadilah kami bertiga berangkat dengan uang pas-pasan dan hanya
bermodalkan keyakinan akan sampai dan pulang selamat ke Makassar.
ini
sedikit perjalanan kisah yang kami lewati hingga sampai di kendari dan
mengikuti serangkain prosesi Kelas Inspirasi Konawe.
Note :
Masalah bukanlah sebuah masalah
ketika kita mampu untuk mencari jalan keluar, yang penting jangan stagnan
ketika mendapat sebuah masalah, karena pasti akan ada solusi.
Masalah dan dinamika yang ada
bukan untuk membuat kita terpuruk, tapi membuat kita menjadi sosol yang lebih
kuat, menambah deratan pengalaman dan pelajaran hidup yang kita punya
Masalah terkadang membuat kita
tertekan, membuat kita terkadang konflik dalam satu tim. Tapi dengan adanya
masalah dan tekanan tersebut hubungan emosional kita semakin terjalin dan kita
bisa saling mengetahui karakter satu sama lain. Dan meyakini siapa orang-orang
yang akan menemani kita bukan hanya saat kita senang, tapi juga saat kita
terjatuh.
The
last i say THANK YOU SO MUCCCHHHH for
togetherness, big effort from beginning until finishing the project. I hope,
this is the new chapter of us for another projects in the future.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar