Ada
“harga” dari proses yang dilalui
Aku
belajar satu pelajaran besar dua hari ini, bahwa ada harga dari sebuah proses yang dilalui. Dokter yang kita lihat
selama ini dengan jas putih kebesarannya itu telah melewati proses yang
panjang, mereka sudah melewati dunia akademik selama 4 tahun lalu lanjut KOAS
selama 2 tahun (aku akan menulis pandanganku tentang dokter gigi). Proses yang
panjang dan melelahkan itu ada saat KOAS. Ada waktu tidur yang lebih sedikit,
ada kenyamanan yang ditinggalkan, ada waktu nongkrong yang dihilangkan, ada
waktu bersenang-senang yang ditunda, ada laporan yang setiap saat harus
diselesaikan, ada pasien yang butuh untuk dilayani, demi satu impian yaitu
menjadi seorang dokter.
Melihat
dan mengamati dua hari ini di RSGM, aku lalu mewajarkan harga perawatan yang “mahal”,
bukan hanya proses akademik yang panjang yang dokter lalui tapi ada banyak
pengorbanan yang mereka lakukan demi mendapat gelar drg.
Dua
hari ini aku bolak balik ke RSGM untuk tambal gigi, kemarin tidak jadi tambal
karena giginya masih dipelajari oleh dokter KOAS dan juga alatnya ada yang
bermasalah karena tegangan listrik menurun, barulah hari ini jadi tambal. Itu pun
setelah melewati waktu berjam-jam dan ngilu yang tak sebentar. Mulai dari jam
11 aku sudah berada di RSGM, diperiksa dan ditangani oleh dokter hingga pukul
14.00. Sempat ada rasa ingin menyerah saat ngilunya keseringan dan prosesnya
lumayan lama, belum lagi harus ditinggal berkali-kali untuk laporan ke residen,
sempat mikir “gapapa deh bayar mahalan
dikit dari pada kayak gini”, waktunya yang lama membuat mikir untuk pindah
ke RS yang ditangani langsung oleh dokter, kan lumayan waktu yang lama itu bisa
dipake untuk melakukan aktifitas lain. Lalu kufikir lagi, “ketika kita memudahkan urusan orang lain, Allah pun akan memudahkan
urusan kita”. Dokter KOAS itu lagi dalam proses belajar, lagi dalam proses
menangani kasus untuk nantinya menjadi seorang professional, tak ada professional
tanpa proses panjang yang dilalui, setiap orang memiliki kesempatan untuk
belajar dan trying and error, itu
adalah tahapan untuk menjadi seorang professional. Meskipun beberapa kali aku
dibuat panik oleh respon dokternya yang kaget kagetan saat memberi pertanyaan
dan aku menjawab yang jawabannya mungkin tak dia duga, aku sebagai pasien kan
juga ikut panic melihat ekspresinya yang seperti itu. Hihihi. Seharian ini
kujalani dan mengambil hikmah dari setiap kejadian dan orang-orang yang
kutemui. Kelar tambal gigi, kulihat raut muka kelelahan di wajah dokter muda
itu. Meski lelah dia masih menemaniku untuk rontgen tanpa sedikit pun senyum
pudar dari bibir manisnya, dia menemaniku dengan sepenuh hati.
Jam
sudah menunjukkan pukul 14.00 perutku sudah mulai keronconongan, padahal sebelum
ke RSGM aku masih sempat sarapan, bagaimana dengan dokter yang menanganiku ya. Dia
sempat sarapan gak ya sebelum ke rumah sakit. Hmmmp perjuangan sekali ya,
bahkan waktu makan pun sering dilewatkan. Lalu kupesanlah dua paket bento di
KFC melalui aplikasi go food, satu untukku satu untuk dokternya. Saat kudatangi
dokternya untuk memberikan paket tersebut kudapati sang dokter sedang membenahi
barang-barang yang sebelumnya digunakan untuk perawatan, saat kuberikan paket
tersebut berkali-kali dokternya mengucapkan terima kasih dan mohon maaf karena
merepotkan, padahal sama sekali aku gak merasa direpotkan dan aku yang
berterima kasih banget karena sudah ditangani dengan baik dan sabar.
Terima
kasih ya dok untuk dua hari ini, semangat terus KOAS nya. Semoga disegerakan
menajdi drg. Jaga pola makan, karena berjuang butuh banyak tenaga, karena kita
tidak bisa menangani pasien dengan baik ketika kita saja tidak begitu fit, jadi
tetap jaga kesehatan. Pun juga untuk pejuang pejuang masa depan yang lebih
cerah di luar sana, semangat berjuang dan jangan lupa jaga kesehatan dan makan
yang teratur. Cheers
Yogyakarta,
03 Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar