Seperti
biasa, rutinitas setiap jumat masih terus berjalan. Alhamdulillah, semoga tetap
istiqomah. Pagi ini, tak seperti juamat-jumat sebelumnya. Sedari subuh, hujan
turun tanpa henti. Hingga jam 6 pun hujan masih awet, membuat tubuh enggan
beranjak dari tempat tidur. Tapi membayangkan wajah-wajah yang sering kutemui
disetiap jumat membuatku tidak terlelap di pagi hari. Ada harap dan doa yang
terus berdengung berharap hujan segera berhenti, tak lama kemudian menjelang
pukul setengah 7 pagi, langit mulai cerah. Aku memanggil Siti, menghubungi Naya
dan Jaya untuk siap berangkat untuk berbagi nasi. Kami pun berempat berangkat
menuju penjual nasi kuning langganan. Seperti biasa, nasi pesananku sudah
dibungkus dan siap untuk disebar.
Kami
membagi dua jalur, aku bersama Naya menuju jalan Malioboro, sedangkan Siti dan
Jaya menuju jalan Selokan Mataram. Aku sudah memiliki bapak ibu langganan yang
akan menjadi tempat kami berbagi berkah setiap jumat pagi, bapak ibu penjual Koran
di lampu merah, dan random untuk pemulung dan tukang bersih serta tukang becak
di sepanjang jalan yang kami temui.
Ada
hal yang membuatku begitu terharu pagi ini, tak seperti biasanya. Di perempatan
lampu merah jembatan teknik, bapak penjual Koran yang biasanya sendiri kini Nampak
seorang bapak lagi yang pakaiannya begitu lusuh, perkiraanku sih bapak tersebut
tuna wisma dan baru bangun dari tempat tidurnya di emperan toko, saat Naya
memberikannya sebungkus nasi kuning pembungkus nasi tersebut langsung dibuka
dan disantap dengan begitu lahap, ada rasa haru dan nyesek yang mencuat didada
dan tiba-tiba mata panas dan air mengalir dari pelupuk mata. Entah kapan
terakhir bapak itu makan, dan sebungkus nasi yang kami bagikan menjadi pengisi
kekosongan perut yang sudah mulai keroncongan. Hal ini yang membuatku terus dan
terus mengusahakan agar tetap komitmen berbagi nasi minimal sekali seminggu,
karena didalam hati yang paling dalam ada rasa bahagia yang luar biasa saat
melihat pemandangan seperti itu, ternyata masih banyak sekali orang yang
membutuhkan, disaat-saat seperti itu aku berdoa sama Allah agar diberikan
anugerah kekayaan hingga aku bisa berbagi lebih banyak lagi. :’)
Pelajaran
yang lain kudapatkan saat membagikan nasi kepada tukang sampah dan pemulung. Sampah
yang selama ini kita anggap kotor dan menjijikkan, bagi sebagian orang itu
adalah berkah dan sumber rejeki. Jangankan sampah, sehelai rambut pun atau
lalat yang hinggap dimakanan atau saat kita makan dan ada yang kebetulan
berbicara tentang sesuatu yang menjijikkan tiba-tiba ada segelintir orang yang
menghentikan makan karena jijik, namun kita jarang menyadari bahwa ada loh
orang di luar sana yang hidup di atas sesuatu yang kita anggap menjijikkan itu.
Bahkan tadi pagi saat bagi nasi itu, aku melihat dengan jelas bagaimana
bapak-bapak pemulung dan tukang bersih tersebut menyimpan makanan yang kami
berikan di gerobak sampah yang sedang mereka tarik. Dan kuasa Allah yang begitu
besar membuat daya tahan tubuh mereka begitu kuat, bagi sebagian orang
jangankan disimpan di tempat sampah makanan yang akan di makan, sesederhan tak
cuci tangan pun atau dalam bahasa lebih sederhananya makanan tidak higienis
menjadikan sebagian besar orang bisa langsung sakit, namun bapak pemulung dan
tukang sampah tersebut Alhamdulillah terus diberikan kesehatan meski secara
kasat mata makanan yang akan dimakannya mungkin saja sudah terkontaminasi
banyak kuman dengan menyimpannya satu tempat dengan sampah-sampah yang baru
saja diambilnya.
Banyak
pelajaran yang bisa kita dapat di luar kelas saat kita mau membuka mata, saat
kita mau menetralkan fikiran tanpa cepat menghakimis sesuatu yang kita lihat. Lagi-lagi
benar bahwa semua orang adalah guru, semua tempat adalah sekolah dan semua
pengalaman adalah pelajaran. Terima kasih atas berkah dan pelajarannya hari ini
:’)
Yogyakarta,
25 Januari 2019
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com