Senin, 26 Desember 2016

Kelas Carakdek Kolaborasi, 25des16


           Tumben-tumbenan pagi ini bangun paling awal. Biasanya juga bangun karena dibangunin orang rumah atau kaget dengar suara alarm. Setelah melirik malas jam yang ada di hp, saya bergegas ke toilet untuk mengambil air wudhu. Waktu subuh sudah masuk. Hari ini akan jadi hari yang menyenangkan. Akan ada kelas kolaborasi carakdek dengan komunitas doodlenaut, bakal belajar sesuatu yang baru nih, fikirku.

      Pukul 6 lewat beberapa menit, kuajak sepupuku yang nginap dirumah untuk ke GOR (Gelanggang Olahraga) untuk jalan-jalan. Ajakanku bersambut dengan baik, dia memang sudah berhasrat untuk ikut senam di GOR seperti yang dilakukannya minggu lalu. Kami bersiap lalu berangkat ke GOR. Instruktur senam sudah berada di posisi depan. Saya beserta dua orang sepupu mengambil tempat dalam barisan dan ikut senam. Saya hanya mampu bertahan setengah jam buat senam, semakin lama gerakannya semakin cepat dan saya tidak bisa mengimbangi.

          Kuputuskan untuk jalan-jalan berkeliling GOR. Perlu saya jelaskan bahwa GOR yang ada di Sudiang tidak hanya digunakan sebagai tempat olahraga, namun lebih tepatnya disebut pasar dadakan. Mau beli apapun ada dijual di GOR setiap minggu pagi. Saya terfokus ke penjual jilbab dan kaos kaki. Setelah mendapat apa yang saya cari, saya bergegas pulang kerumah sendiri meninggalkan kedua sepupuku di GOR. Saya terburu-buru balik untuk menyelesaikan cucian sebelum berangkat ke lokasi carakdek dan sebelum kanjeng mami datang, bisa-bisa kalau kanjeng mami datang dan cucian numpuk bisa dapat siraman rohani.

        Saat melihat cucian yang ada di toilet, ternyata tidak seberapa. Yang banyak malah cucian adekku yang direndam. Awalnya cuman mau mencuci pakaian sendiri, tapi setelah mikir-mikir lagi bakal boros di air banget kalau nyucinya dua gelombang. Akhirnya kuputuskan untuk berbaik hati mencucikan pakaian adekku sekalian, tentu saja dengan memintanya membantuku membilas.

          Hubungan kami berangsur akur ketika kami tinggal berbeda rumah, ketika adekku memutuskan untuk ngontrak dekat kampus kami sudah jarang bertengkar. Instensitas pertemuan kami pun cuman sekali seminggu. Itu mampu membuat kami saling merindukan dan menyayangi saat bertemu. Ah, kita memang butuh berjarak agar mengerti arti sebuah kebersamaan. Kita memang harusnya berjarak agar bisa menabung celengan rindu.

        Setelah cucian beres saya bergegas mandi dan bersiap ke lokasi carakdek. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat beberapa menit. Harusnya saya sudah berangkat pukul 8 agar bisa sampai ke lokasi tepat pukul 9. Malam sebelumnya sudah japrian dengan ketua doodlenaut dan si ketua bilangnya bakal datang jam 9. Saya meluncur menuju ke lokasi setelah memastikan tak ada yang tertinggal. Tak lupa saya mengabari Fira yang kebetulan mau nebeng untuk bersiap-siap.

Kecepatan motor 70km/jam. Mungkin karena pengaruh jalan yang lumayan lengang atau mungkin karena takut terlambat jadi mengemudikan motor dalam kecepatan yang lumayan tinggi. Kurang lebih 10 menit saya sudah tiba di pintu 1 Unhas, kuhentikan motorku dan menghubungi Fira. Ternata Fira ada chat yang menyatakan tidak ada yang mengantarnya keluar. Saya berfikir buat menjemput tapi saya juga takut terlambat. Setelah berdiplomatis akhirnya saya memutuskan berangkat duluan, dan meminta Fira naik angkot dan saya berjanji menjemputnya di lampu merah Adyaksa. Tepat pukul 09:00 saya sudah tiba di lokasi carakdek.

Belum ada satupun kakak SIGi yang datang, saya sudah menduga hal ini sebelumnya. On time adalah hal yang sangat langka, meski tau begitu saya tetap berusaha untuk datang tepat waktu. Beberapa kali selalu mengembalikan ke diri sendiri sebelum melakukan sesuatu. Saya sangat tidak suka menunggu, jadi saya selalu menekankan dalam diri sendiri untuk tidak membuat orang lain menunggu. Karena “ngaret” membuat waktu orang lain terbuang percuma, mungkin ada hal lain yang ingin dilakukan tapi karena ingin menepati janji untuk datang tepat waktu, banyak hal yang dikorbankan.

Di lokasi carakdek hanya nampak 2 murid yang sedang bermain. Saya nimbrung dan mengajak mereka mengobrol. Sebelum akhirnya saya meminta mereka untuk memanggil teman-teman yang lain dan mengajaknya masuk kekelas. Mereka pamit mandi terlebih dahulu. Beberapa menit kemudian Iccank datang. Kami menggelar spanduk untuk dijadikan alas, dan menjemur beberapa yang basah karena kehujanan. Setelah sekitar 10an anak yang kumpul kubuka kelas dan meminta mereka foto satu persatu-satu untuk sampul buku kontrol. Baru sekitar setengah jam kemudian kak Dhani datang, disusul kak Ario dan kak Pipi. Kelas selanjutnya kami isi untuk menyanyikan lagu wajib.

Sekitar pukul 10 sudah banyak kakak SIGi yang datang, namun kak Darko selaku pengajar doodle hari itu belum nampak. Saya bersama Pipi mencoba menelpon dan chat tapi belum ada respon. “mungkin sudah dijalan”, pikir kami.

Saya berpamitan untuk mencari toilet. Kebelet pipis cyiin. Kak Jul menunjukkan ada mesjid dekat Indomaret depan lorong. Kugas motorku menuju mesjid yang dimaksud. Kebetulan didepan mesjid ada penjual baroncong. Saya memesan baroncong sebelum masuk ke mesjid. Setelah pipis dan baroncong sudah ditangan, saya melangkah menuju Indomaret untuk membeli minuman. Sementara memlih minuman, saya melihat seorang cowok mengantri depan meja kasir. Cowok yang begitu familiar di mata dan ingatanku. Yah benar saja, cowok itu Frederik. Teman sekolahku ketika kita masih sama-sama duduk dibangku SMA.

Dia menyamperiku dan kami pun berjabat tangan sambil bertukar pertanyaan. Pertanyaan klasik teman lama yang beberapa tahun baru ketemu. “kamu kemana aja, apa kabar, dan sekarang kegiatannya apa”. Tiba-tiba terdengar suara kasir, “pak belanjaannya”, artinya erik harus segera ke meja kasir untuk membayar belanjaannya. Sebelum akhirnya kami berpisah, saya meminta kontak Erik untuk kembali menyambung tali silaturrahmi yang pernah hilang semenjak beberapa tahun yang lalu. Kami pun salaman kembali dan saling melempar senyuman. Erik berjalan menuju meja kasir, saya kembali ke kulkas untuk mengambil beberapa botol minuman. Saat minuman digenggaman dan saya hendak membayar, kakak di kasir bilangnya minuman yang saya ambil sudah di bayar. Saya buru-buru keluar untuk berterima kasih ke Erik yang sudah menyeberangkan motornya ke lorong 5 jll. Adyaksa. Rik makasih ya, teriakku. Dia hanya mengangkat jempol sambil tersenyum dan terus melajukan motornya.

Saat merasa semua sudah beres, saya kembali ke motor dan menuju ke lokasi carakdek. Belum juga nampak kak Darko. Saya menyimpan baroncong yang baru saya beli dan satu minuman didatas motor. Teman-teman yang suka baroncong dan yang kelaparan segera menuju tempat baroncong tersimpan. Berselang 5 menit kemudian, telepon Pipi ke kak Darko telah tersambung, tapi belum jelas apa yang dikatakannya teleponnya terputus. Saya mencoba menelpon menggunakan hpku. Ternyata kak Darko sudah didepan. Saya berpamitan untuk menjemput kak Darko, baru sampe didepan lorong saya sudah bertemu. Jadi kami barengan menuju ke lokasi caradek.

Kelas pun dimulai, adik-adik yang sebelumnya sudah dibagikan kerta serta pensil saat kelas menggambar bersama Ario kini dibagikan kertas kosong lagi. Berhubung kertas sebelumnya sudah penuh coret-coretan. Beberapa kakak SIGi juga mengambil posisi nyaman untuk ikut kelas doodle. Kertas dan pensil sudah ditangan. Kak Darko sudah bersiap untuk membimbing. Dimulai dengan memperlihatkan hasil karya teman-teman doodlenaut. Lalu Ario mengambil papan tulis yang akan digunakan oleh kak Darko untuk memberikan gambaran cara membuat doodle. Dimulai dengan menulis nama dan dilanjutkan membuat hiasan. Beberapa model senyuman dalam berbagai versi. Kemudia di warnai dan dihias sekeren mungkin.







Kelas berlangsung cukup meriah dan menyenangkan. Tak terasa waktu 2 jam pun berlalu. Hasil doodle sudah selesai saat radio mesjid berbunyi. Satu persatu hasil karya adik-adik carakdek dikumpulkan untuk kemudian dipilih 3 terbaik untuk mendapatkan apresiasi. Saat adzan duhur sudah terdengar. Kami menghentikan aktifitas sejenak. Semau hasil karya adik-adik sduah berada di tangan kak Darko. Tim penilai ada kak Darko selaku pengajar doodle dan kak Haris sekolah kepala sekolah carakdek Adyaksa. Terpilihlah 4 terbaik dan selanjutnya mendapat hadiah berupa spidol.

Kelas hari ini pun berakhir dengan penutupan oleh kak Oky dan dilanjutkan salim oleh adik-adik. Sebelum pulang kami melakukan ritual seperti biasanya. Saling sayang untuk saling mengenal kakak-kakak SIGi yang baru datang. Saling sayang kali ini tidak terlalu lama, kami mempercepatnya dengan pertimbangan langit yang sudah mendung dan karena kami ingin melanjutkan perjalanan untuk mengisi lambung yang mulai kosong, hari ini ada undangan makan-makan syukuran wisuda oleh ketua SIGi, kak Chedar. Perkenalan kakak SIGi yang lama diambil alih oleh kak Oky untuk memperkenalkan satu persatu kakak yang lama. Hanya beberapa yang baru datang yang memperkenalkan diri secara langsung. Hasil karya masing-masing dibawa pulang untuk dipajang ataupun dikenang.


Ternyata tak ada yang susah selagi kita mau belajar dan berusaha. Semua hanya butuh berdamai dan menikmati proses. Doodle yang kita lihat sekilas rumit dan runyam setelah kita mencoba kita ternyata bisa melakukannya. Hanya butuh niat dan kemauan yang besar untuk melakukannya. Nothing impossible if you wanna do it.

Photografer : Kak Tenri yang hobbynya menggalau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...