Tumben-tumbenan pagi ini bangun paling awal. Biasanya juga bangun karena dibangunin orang rumah atau kaget dengar suara alarm. Setelah melirik malas jam yang ada di hp, saya bergegas ke toilet untuk mengambil air wudhu. Waktu subuh sudah masuk. Hari ini akan jadi hari yang menyenangkan. Akan ada kelas kolaborasi carakdek dengan komunitas doodlenaut, bakal belajar sesuatu yang baru nih, fikirku.
Pukul 6 lewat beberapa menit,
kuajak sepupuku yang nginap dirumah untuk ke GOR (Gelanggang Olahraga) untuk
jalan-jalan. Ajakanku bersambut dengan baik, dia memang sudah berhasrat untuk
ikut senam di GOR seperti yang dilakukannya minggu lalu. Kami bersiap lalu
berangkat ke GOR. Instruktur senam sudah berada di posisi depan. Saya beserta
dua orang sepupu mengambil tempat dalam barisan dan ikut senam. Saya hanya
mampu bertahan setengah jam buat senam, semakin lama gerakannya semakin cepat
dan saya tidak bisa mengimbangi.
Kuputuskan untuk jalan-jalan
berkeliling GOR. Perlu saya jelaskan bahwa GOR yang ada di Sudiang tidak hanya
digunakan sebagai tempat olahraga, namun lebih tepatnya disebut pasar dadakan.
Mau beli apapun ada dijual di GOR setiap minggu pagi. Saya terfokus ke penjual
jilbab dan kaos kaki. Setelah mendapat apa yang saya cari, saya bergegas pulang
kerumah sendiri meninggalkan kedua sepupuku di GOR. Saya terburu-buru balik
untuk menyelesaikan cucian sebelum berangkat ke lokasi carakdek dan sebelum
kanjeng mami datang, bisa-bisa kalau kanjeng mami datang dan cucian numpuk bisa
dapat siraman rohani.
Saat melihat cucian yang ada di
toilet, ternyata tidak seberapa. Yang banyak malah cucian adekku yang direndam.
Awalnya cuman mau mencuci pakaian sendiri, tapi setelah mikir-mikir lagi bakal
boros di air banget kalau nyucinya dua gelombang. Akhirnya kuputuskan untuk
berbaik hati mencucikan pakaian adekku sekalian, tentu saja dengan memintanya
membantuku membilas.
Hubungan kami berangsur akur
ketika kami tinggal berbeda rumah, ketika adekku memutuskan untuk ngontrak
dekat kampus kami sudah jarang bertengkar. Instensitas pertemuan kami pun cuman
sekali seminggu. Itu mampu membuat kami saling merindukan dan menyayangi saat
bertemu. Ah, kita memang butuh berjarak agar mengerti arti sebuah kebersamaan.
Kita memang harusnya berjarak agar bisa menabung celengan rindu.
Setelah
cucian beres saya bergegas mandi dan bersiap ke lokasi carakdek. Jarum jam
sudah menunjukkan pukul 8 lewat beberapa menit. Harusnya saya sudah berangkat
pukul 8 agar bisa sampai ke lokasi tepat pukul 9. Malam sebelumnya sudah
japrian dengan ketua doodlenaut dan si ketua bilangnya bakal datang jam 9. Saya
meluncur menuju ke lokasi setelah memastikan tak ada yang tertinggal. Tak lupa
saya mengabari Fira yang kebetulan mau nebeng untuk bersiap-siap.
Kecepatan motor 70km/jam. Mungkin karena pengaruh jalan yang lumayan
lengang atau mungkin karena takut terlambat jadi mengemudikan motor dalam
kecepatan yang lumayan tinggi. Kurang lebih 10 menit saya sudah tiba di pintu 1
Unhas, kuhentikan motorku dan menghubungi Fira. Ternata Fira ada chat yang
menyatakan tidak ada yang mengantarnya keluar. Saya berfikir buat menjemput
tapi saya juga takut terlambat. Setelah berdiplomatis akhirnya saya memutuskan
berangkat duluan, dan meminta Fira naik angkot dan saya berjanji menjemputnya
di lampu merah Adyaksa. Tepat pukul 09:00 saya sudah tiba di lokasi carakdek.
Belum ada satupun kakak SIGi yang datang, saya sudah menduga hal ini
sebelumnya. On time adalah hal yang sangat langka, meski tau begitu saya tetap
berusaha untuk datang tepat waktu. Beberapa kali selalu mengembalikan ke diri
sendiri sebelum melakukan sesuatu. Saya sangat tidak suka menunggu, jadi saya
selalu menekankan dalam diri sendiri untuk tidak membuat orang lain menunggu.
Karena “ngaret” membuat waktu orang lain terbuang percuma, mungkin ada hal lain
yang ingin dilakukan tapi karena ingin menepati janji untuk datang tepat waktu,
banyak hal yang dikorbankan.
Di lokasi carakdek hanya nampak 2 murid yang sedang bermain. Saya
nimbrung dan mengajak mereka mengobrol. Sebelum akhirnya saya meminta mereka
untuk memanggil teman-teman yang lain dan mengajaknya masuk kekelas. Mereka
pamit mandi terlebih dahulu. Beberapa menit kemudian Iccank datang. Kami
menggelar spanduk untuk dijadikan alas, dan menjemur beberapa yang basah karena
kehujanan. Setelah sekitar 10an anak yang kumpul kubuka kelas dan meminta
mereka foto satu persatu-satu untuk sampul buku kontrol. Baru sekitar setengah
jam kemudian kak Dhani datang, disusul kak Ario dan kak Pipi. Kelas selanjutnya
kami isi untuk menyanyikan lagu wajib.
Sekitar pukul 10 sudah banyak kakak SIGi yang datang, namun kak Darko
selaku pengajar doodle hari itu belum nampak. Saya bersama Pipi mencoba
menelpon dan chat tapi belum ada respon. “mungkin sudah dijalan”, pikir kami.
Saya berpamitan untuk mencari toilet. Kebelet pipis cyiin. Kak Jul
menunjukkan ada mesjid dekat Indomaret depan lorong. Kugas motorku menuju
mesjid yang dimaksud. Kebetulan didepan mesjid ada penjual baroncong. Saya
memesan baroncong sebelum masuk ke mesjid. Setelah pipis dan baroncong sudah
ditangan, saya melangkah menuju Indomaret untuk membeli minuman. Sementara
memlih minuman, saya melihat seorang cowok mengantri depan meja kasir. Cowok
yang begitu familiar di mata dan ingatanku. Yah benar saja, cowok itu Frederik.
Teman sekolahku ketika kita masih sama-sama duduk dibangku SMA.
Dia menyamperiku dan kami pun berjabat tangan sambil bertukar pertanyaan.
Pertanyaan klasik teman lama yang beberapa tahun baru ketemu. “kamu kemana aja,
apa kabar, dan sekarang kegiatannya apa”. Tiba-tiba terdengar suara kasir, “pak
belanjaannya”, artinya erik harus segera ke meja kasir untuk membayar
belanjaannya. Sebelum akhirnya kami berpisah, saya meminta kontak Erik untuk
kembali menyambung tali silaturrahmi yang pernah hilang semenjak beberapa tahun
yang lalu. Kami pun salaman kembali dan saling melempar senyuman. Erik berjalan
menuju meja kasir, saya kembali ke kulkas untuk mengambil beberapa botol
minuman. Saat minuman digenggaman dan saya hendak membayar, kakak di kasir
bilangnya minuman yang saya ambil sudah di bayar. Saya buru-buru keluar untuk
berterima kasih ke Erik yang sudah menyeberangkan motornya ke lorong 5 jll.
Adyaksa. Rik makasih ya, teriakku. Dia hanya mengangkat jempol sambil tersenyum
dan terus melajukan motornya.
Saat merasa semua sudah beres, saya kembali ke motor dan menuju ke lokasi
carakdek. Belum juga nampak kak Darko. Saya menyimpan baroncong yang baru saya
beli dan satu minuman didatas motor. Teman-teman yang suka baroncong dan yang
kelaparan segera menuju tempat baroncong tersimpan. Berselang 5 menit kemudian,
telepon Pipi ke kak Darko telah tersambung, tapi belum jelas apa yang
dikatakannya teleponnya terputus. Saya mencoba menelpon menggunakan hpku.
Ternyata kak Darko sudah didepan. Saya berpamitan untuk menjemput kak Darko,
baru sampe didepan lorong saya sudah bertemu. Jadi kami barengan menuju ke
lokasi caradek.
Kelas pun dimulai, adik-adik yang sebelumnya sudah dibagikan kerta serta
pensil saat kelas menggambar bersama Ario kini dibagikan kertas kosong lagi.
Berhubung kertas sebelumnya sudah penuh coret-coretan. Beberapa kakak SIGi juga
mengambil posisi nyaman untuk ikut kelas doodle. Kertas dan pensil sudah
ditangan. Kak Darko sudah bersiap untuk membimbing. Dimulai dengan
memperlihatkan hasil karya teman-teman doodlenaut. Lalu Ario mengambil papan tulis
yang akan digunakan oleh kak Darko untuk memberikan gambaran cara membuat
doodle. Dimulai dengan menulis nama dan dilanjutkan membuat hiasan. Beberapa
model senyuman dalam berbagai versi. Kemudia di warnai dan dihias sekeren
mungkin.
Kelas berlangsung cukup meriah dan menyenangkan. Tak terasa waktu 2 jam
pun berlalu. Hasil doodle sudah selesai saat radio mesjid berbunyi. Satu
persatu hasil karya adik-adik carakdek dikumpulkan untuk kemudian dipilih 3
terbaik untuk mendapatkan apresiasi. Saat adzan duhur sudah terdengar. Kami
menghentikan aktifitas sejenak. Semau hasil karya adik-adik sduah berada di
tangan kak Darko. Tim penilai ada kak Darko selaku pengajar doodle dan kak
Haris sekolah kepala sekolah carakdek Adyaksa. Terpilihlah 4 terbaik dan
selanjutnya mendapat hadiah berupa spidol.
Kelas hari ini pun berakhir dengan penutupan oleh kak Oky dan dilanjutkan
salim oleh adik-adik. Sebelum pulang kami melakukan ritual seperti biasanya.
Saling sayang untuk saling mengenal kakak-kakak SIGi yang baru datang. Saling
sayang kali ini tidak terlalu lama, kami mempercepatnya dengan pertimbangan
langit yang sudah mendung dan karena kami ingin melanjutkan perjalanan untuk
mengisi lambung yang mulai kosong, hari ini ada undangan makan-makan syukuran
wisuda oleh ketua SIGi, kak Chedar. Perkenalan kakak SIGi yang lama diambil
alih oleh kak Oky untuk memperkenalkan satu persatu kakak yang lama. Hanya
beberapa yang baru datang yang memperkenalkan diri secara langsung. Hasil karya
masing-masing dibawa pulang untuk dipajang ataupun dikenang.
Ternyata tak ada yang susah selagi kita mau belajar dan berusaha. Semua
hanya butuh berdamai dan menikmati proses. Doodle yang kita lihat sekilas rumit
dan runyam setelah kita mencoba kita ternyata bisa melakukannya. Hanya butuh
niat dan kemauan yang besar untuk melakukannya. Nothing impossible if you wanna
do it.
Photografer :
Kak Tenri yang hobbynya menggalau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar