Sabtu, 31 Desember 2016

Refleksi 2016



Waktu bergulir begitu cepat. Masih segar diingatan tahun baru 2016, saat ini kita sudah berada di detik-detik pergantian tahun menuju 2017. Sejarah 2016 telah terukir. Siap atau tidak, kita diseret untuk menghadapi kenyataan tahun yang akan berganti, terima atau tidak kita dipaksa untuk berdamai dengan keadaan. Karena waktu tidak punya hati untuk sekedar menunggu kita yang belum begitu siap dengan perubahan yang begitu cepat.

Puji syukur kepada Tuhan serta salawat kepada Rasul-Nya.

Begitu banyak hal yang terjadi sepanjang tahun 2016 yang sedikit banyak mengubah hidup dan cara pandang saya menyikapi dunia yang semakin brutal ini.

#1. Terimakasih Tuhan atas nikmat kesehatan, keselamatan dan umur panjang yang selalu engkau curahkan kepada saya, kedua orang tua serta kedua saudara saya dan orang-orang yang saya sayangi.

#2. Berjalan dari satu tempat ketempat yang lain. Berawal dari Kediri-Banjarbaru-Makassar-Surabaya-Jogja-Makassar-Depok-Jakarta-Makassar. Perjalanan mengajarkan saya banyak hal, membuat saya lebih membuka mata terhadap beberapa hal yang terjadi sepanjang perjalanan yang saya lakukan.

#3. Bertemu banyak teman-teman dari berbagai daerah, dari Sabang sampai Merauke dengan perbedaan suku, agama, ras, budaya dan profesi. Banyak teman banyak rejeki, hal itu selalu terpatri indah dalam hati dan ingatan saya. Teman merupakan aset yang sangat berharga dalam hidup saya. Ada yang hanya numpang lewat tapi tak sedikit yang berkesan dan melekat diingatan.

#4. Numpang nama di beberapa komunitas. Sokola Kaki Langit, Sobat Budaya Makassar, International English Club Jogja, Ruang Berbagi Ilmu, Kelas Inspirasi Gowa, Pecandu Aksara, Sahabat Indonesia Berbagi, dan Penyala Makassar. Bergabung dalam dunia komunitas mempertemukan saya dengan banyak orang-orang hebat, yang secara tidak langsung memberi saya pelajaran kehidupan. Kakak-kakak yang selalu menginspirasi serta adik-adik yang senantiasa menampar dengan pelajaran hidup agar bisa selalu bersyukur.

#5. Menjadi salah seorang awardee LPDP Batch 2. Suatu kesyukuran bisa lulus menjadi salah seorang masyarakat Indonesia yang terpilih untuk mengemban amanah menjadi penerima beasiswa yang saat ini menjadi primadona. Sebuah kesyukuran yang sangat besar bisa bergabung dalam lingkaran orang-orang hebat, dimana posisi yang saya dapatkan saat ini menjadi hal yang sangat diinginkan oleh banyak orang.

#6. Menjadi bagian dari keluarga besar SIGi Makassar, Keluarga besar Metamorfosa PK-88 LPDP, keluarga spesial Acto serta keluarga gesrek Alteko.

#7. Membuat perpustkaan kecil yang meski pada akhirnya harus dipenuhi debu karena saya terlalu “sok sibuk” dengan kegiatan luar rumah.

#8. Membeli motor (red : sebagian besar masih pake uang orang tua) dan lebih spesialnya lagi bisa mengendarai motor sendiri, ini progress yang besar. Mengingat selama ini selama beberapa tahun saya mesti membelah kemacetan dan kesemrawutan kota Makassar dengan transportasi sejuta Ummat (Pete-pete).

#9. Tahun ini menjadi begitu spesial karena lebaran tahun ini bisa merayakan bersama kedua orang tua dan kedua saudara. Semenjak 10 tahun lalu kakak kerja dan bertugas di Banjarbaru ini tahun pertama kita bisa lebaran berlima di kampung halaman. Masih jelas diingatan saya tahun lalu ketika idul fitri berlebaran di Solo dan Idul Adha lebaran di Papua, tak ada masakan spesial khas lebaran dan tidak ada kumpul keluarga pasca hari raya. Lebaran menjadi tidak begitu spesial karena jauh dari kampung halaman dan keluarga. Dari proses itu saya memahami alasan kenapa kebanyakan perantau rela menggelontorkan rupiah demi bisa berlebaran bareng keluarga.

#10. Belajar proyek Ikhlas. Belajar melepaskan dan menerima. Karena pada prakteknya ada hal-hal yang memang tidak bisa dipaksakan. Kita hanya perlu melepaskan dan menerima serta berdamai dengan kenyataan. Karena tidak semua hal yang kita inginkan bisa sejalan dengan realitas yang ada.


Tak sedikit pula kegagalan serta lampu merah yang saya alami sepanjang 2016. Lampu merah membuat saya berjeda sejenak dan introspeksi diri, sebelum pada akhirnya lampu hijau saya dapatkan untuk melanjutkan perjalanan

#1. Gagal menjadi salah seorang mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris UPI Bandung, but everything happen for a reason. Dari kegagalan itu saya disentil untuk meluruskan niat, memantapkan pilihan dan memperbesar usaha.

#2. Tertunda keliling Indonesia. Ini bukan masuk dalam taraf gagal, Keliling Indonesia masih masuk dalam resolusi tahun 2017. 

#3.  Gagal membangun kembali Ruh Restinyshop. Sebuah onlineshop yang sudah saya rintis beberapa tahun. Sekarang mati suri dan belum bangun dari tidur panjangnya. Semoga 2017 ruhnya bisa kembali.

#4. Intensitas untuk hadir di Maestro berkurang. Ini merupakan kegagalan bagi saya. Kesibukan di luar, kesibukan orang-orang yang selama ini selalu saya temani membuat saya pun akhirnya jarang datang ke sekretariat dan lebih parahnya melewatkan beberapa event.

#5. Kenekatan saya berkurang. Sekarang selalu mempertimbangkan banyak hal sebelum melangkah, saya rindu diri saya yang dulu. Jarang memikirkan resiko sebelum melangkah, karena prinsipnya setiap apapun yang kita jalani akan ada resiko yang dihadapi, dan solusinya ya nanti ketika resiko itu sudah menyapa. Namun tahun ini saya merasa mengalami begitu banyak penurunan. Saya sudah mulai parno dalam bertindak. Umur menjadi salah satu faktor yang membuat saya sedikit berfikir untuk menentukan skala prioritas.

Tahun 2016 mengukir banyak kisah. Banyak yang masih terekam jelas dalam ingatan, namun banyak pula yang menjadi angin lalu. Terimakasih untuk setiap orang yang telah menyentuh kehidupan saya sepanjang tahun 2016. Selamat menjadi sejarah 2016, selamat menyambut tahun baru 2017 dengan resolusi baru yang lebih besar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...