Jumat, 30 Desember 2016

2 days trip with Alteko



                Tak perlu hubungan darah untuk merasa berkeluarga. Tak perlu mewah untuk bahagia. Karena cara sederhana pun jika dinikmati akan selalu membawa cerita yang tak pernah usang. 

Liburan sudah kami rencanakan jauh-jauh hari. 28-29 Desember jadi hari liburan terspesial. Jelas saja, kak Udpa sampai mengambil cuti kerjaa. Cekgu yang harusnya tahun baru di Kendari memilih untuk balik ke Makassar. Hari rabu subuh kami berangkat ke Bulukumba. Saya menyambangi kak Udpa disaat matahari belum muncul, lalu kami menjemput kak Rhya, Oky dan Jannah. Perjalanan pun dimulai. Kami berangkat dari Makassar menuju ke Kajang, tujuan liburan kami yang pertama. Kami menghabiskan satu malam dirumah Oky. Rumah yang berada di Kajang dalam. Selama ini saya hanya tahu ada Kajang Luar dan Kajang dalam. Ternyata satu hal yang luput dari pengetahuan saya, ada kajang Adat. Jadi kajang terbagi atas 3. Kajang Luar, dalam dan kajang Adat. Sebelum sampai di Kajang, kita beberapa kali singgah. Di Pertamina, Indomaret dan posko KKN Janna. Jam 4 baru kami tiba dirumah Oky, kami beristirahat sejenak sebelum masuk ke Kajang Adat. Meski lahir dan besar di Sulawesi, meski sudah beberapa kali mendengar cerita tentang Kajang, ini kali pertama saya masuk ke Kajang Adat. Kami berangkat sekitar pukul 5 dari rumah Oky, dengan pakaian hitam tentunya. Kami memarkirkan mobil lalu berjalan masuk kedalam hutan. Jalan setapak penuh bebatuan. Awalnya kami menggunakan alas kaki. Sampai tiba di batas rumah yang memiliki spanduk, kita diharuskan membuka alas kaki. Dengan kaki telanjang kita melanjutkan perjalanan masuk lebih jauh kedalam hutan. Ada beberapa rumah dikiri jalan. Rumah dengan atap rumbiah, berdindingkan bambu dan memiliki tiang dengan kayu-kayu yang tidak sama lurus. Semakin ke dalam kita melihat ada beberapa rumah yang modelnya hampir sama, dan kita bertemu dengan beberapa orang dengan pakaian khas yang bernuansa hitam dan gelap. Weits, jangan lupa. Ketika sudah masuk kedekat rumah Amma toa, atau lebih dikenalnya sebagai kepala suku kita dilarang keras untuk mengambil gambar. Kita berjalan mengelilingi jalan setapak yang penuh batu kerikil tajam. Setelah puas melihat-lihat kita kembali berjalan keluar, ketempat mobil terparkir.

Kajang hitam, lingkungan kajang adat

                Sesampainya dirumah Oky kita bergantian mandi, makan lalu bercengkrama. Nampak garis-garis keletihan diwajah Jannah, Oky dan kak Udpa. Pukul 9 satu persatu mulai tepar. Istirahat mengumpulkan tenaga untuk next trip. Esok harinya,pagi-pagi buta semuanya sudah bangun. Pukul 4 gresak gresuk sudah mulai kedengaran diluar kamar. Setelah sholat kita kembali antri untuk mandi dan sarapan. Lalu bersiap untuk melanjutkan trip setelah berpamitan dengan penghuni rumah. Appalarang merupakan tujuan pertama kami hari itu. Sebelum sampai di Appalarang, kita terlebih dahulu singgah mengambil beberapa gambar di perkebunan karet.

Kebun karet

  Lalu kami melanjutkan perjalanan ke Apparalang. Untuk pertama kalinya berkunjung di Appalarang dengan orang-orang spesial. Sesampainya di Appalarang kita disambut dengan gerimis yang sendur. Beberapa saat berdiam diri di mobil, membiarkan hujan jatuh bersama kenangan yang pernah ada. Ketika melihat rinai hujan tak lagi deras, kami melangkah keluar dari mobil dan berjalan menuju bibir Pantai. Nampak keindahan ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa, pantai dengan pasir putih, warna air laut yang hijau dan biru, tebing yang condong kelaut dengan tanaman hijau rimbun yang menambah keindahan pantai Appalarang. Kita sejenak menikmati keindahannya dan berfoto-foto dan melanjutkan perjalanan ke pantai Bara.


Pantai Apparalang

                Pantai Bara tak kalah indah dengan pantai Appalarang. Sejauh mata memandang, tak ada alasan untuk tidak menikmati dan tidak bersyukur atas Negeri indah yang diciptakan oleh Tuhan. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan”. Pasir putih lembut yang menari-nari di setiap pijakan, laut lepas yang menenagkan, lagit biru yang meneduhkan, dan pohon kelapa yang menaungi dengan indahnya yang khas. Kami membuka bawaan yang berada didalam kardus, ada nasi beserta lauk pauknya yang sudah disediakan oleh mamanya Oky khusu buat piknik ceria kami. Di depan bale-bale nampak Kak Udpa dengan ekspresi orang yang baru lepas dari belenggu kerjaan berlarian kepantai sambil berteriak tak karuan. Kami menikmati makanan bawaan kami sebelum mencemplungkan diri di pantai. Lagi-lagi kak Udpa yang sangat bersemangat menyelesaikan makan dengan cepat lalu menghilang dari pandangan, dia sudah berlari menuju bibir pantai dan membenamkan diri dalam air yang begitu jernih. Teman-teman yang lain menyelesaikan makan dan ikut berlarian ke bibir pantai. Kami menikmati siang itu dengan perasaan puas, bermain air, tiduran dipinggir pantai, saling berlarian dan lempar-lemparan pasir. Setelah puas bermain air, kami bernegoisiasi dengan bapak pemilik speed untuk mendapatkan harga murah untuk membawa kami snorkling di pulau penyu. Setelah proses tawar menawar yang alot, kami deal dengan harga 300ribu untuk speed dan alat snorkling. Kami dengan penuh antusias menaiki speed dan bersiap menuju pulau penyu. Ombak yang kencan dan tinggi membuat speed terombang-ambing dilautan.  Jannah dengan teriakan histeris karena ketakutan dan kami dengan tawa lepas yang menikmati perjalanan. 10 menit melawan ombak yang semakin meninggi dan mencekam, bapak pemilik speed mematikan mesin sekitar 100 meter sebelum sampai di bibir pantai. “kok berhenti disini pak”? tanya Jannah. Katanya mau snorkling, disini spot yang bagus. Jawab bapaknya. Kami pun bersiap nyemplung di air dengan pelampung dan kacamata yang sudah terpasang. Awalnya saya kira mudah karena sudah menggunakan alat. Ternyata jauh dari harapan, tetap saja karena tidak tau berenang jadi kewalahan. Beberapa kali saya berteriak meminta tolong sama Oky dan kak Udpa ketika merasa posisi sudah tidak nyaman. Beberapa kali menelan air asin dan beberapa kali pula merasa hampir tenggelam. Ketika membenamkan mata melihat kedasar laut sempat begitu terkesima dengan pemandangan alam bawah laut yang begitu indah. Seketika melupakan semua beban dan hutang yang ada hahaha. Pemandangan bawah laut sangat indah, dengan ikan-ikan menari-nari di air. Tak lama terdengar suara bapak pengemudi speed “kalau bisa jagan terlalu lama, cuaca tidak menentu, langit mendung”. Kami akhirnya mengakhiri bermain air lalu naik ke speed dan melanjutkan perjalanan ke pulau penyu. Sesampainya di dermaga kami berjalan menuju ke tempat penangkaran penyu dengan bayaran karcis 10.000/orang. Tak ada yang begitu spesial, hanya ada 3 ekor penyu dengan bau kolam yang amis. Kita lalu bersegera untuk kembali. Perjalanan pulang tidak seseheboh ketika pergi, kak Udpa terserang mabuk laut karena kebanyakan meminum air garam. Oleng kapten. Ombak ketika pulang pun tidak seganas ketika berangkat. Sesampainya di pantai Bara kita istirahat sejenak mandi, sholat dan bersiap untuk balik. Tapi sebelum balik kami kembali menikmati senja. Berfoto bersama senja yang semakin menjingga. Membuat para penikmat senja bercengkrama dengan kenangan dan kehangatan.
Senja di pantai Bara

                Tepat saat adzan maghrib berkumandang kita meninggalkan pantai Bara. Singgah sholat didepan gerbang lalu melanjutkan perjalanan ke Bulukumba. Sampai di Bulukumba kota jarum jam menunjukkan pukul 09:00 malam. Berkali-kali kutanya kak Udpa untuk meyakinkan bakal nekat melanjutkan perjalanan atau tidak ke Makassar. Dengan ronah wajah yang sok tegar dia selalu mengiyakan kuat asal tidak ada yang tidur. Setelah makan, beli es cream goreng dan menuju rumah Oky untuk pamitan kami berangkat menuju ke Makassar. Dalam perjalanan kak Udpa memutuskan untuk singgah di Bantaeng menginap. Terpilihlah hotel Aryani sebagai tempat kita beristirahat semalam. Ini adalah keputusan yang paling baik ketimbang memaksakan diri tembus Makassar dalam keadaan lelah dan jarak pandang hanya beberapa meter. Ada rasa lucu menghinggapi, selama ini saya selalu berada disituasi yang tidak mewah tapi sangat menyenangkan. Menggembel dan tidur dimana saja, tiba-tiba sekarang nginap dihotel degan bayaran yang lumayan mahal hanya untuk tidur 2-3 jam. Lagi-lagi saya belajar sebuah perbedaan yang sangat indah. Ada kehidupan yang jauh berbeda dari kehidupanku dan saya harus belajar untuk berdamai dan menikmatinya. Selama ini saya selalu belajar untuk hidup dalam keadaan terburuk, saya selalu mengingat satu hal Kita harus belajar hidup menderita, karena kehidupan yang menyenangkan tidak perlu dipelajari. Tidur berkualitas 2-3 jam lalu kami melanjutkan perjalanan ke Makassar sebelum adzan subuh berkumandang. Dalam perjalanan baru singgah untuk sholat lalu kembali melanjutkan perjalanan. Kita kembali dalam obrolan random yang penuh dengan tawa. Tiba-tiba ada mobil yang weser dan berhenti pas didepan mobil kita. Berselang beberapa lama terdegar bunyi dug dari belakang, tadaaa mobil kak Udpa dihantam oleh motor dari belakang. Tanpa rasa bersalah pengemudi motor malah menyalahkan lalu melanjutkan perjalanan. Kondisi mobil tidak begitu parah tapi mampu membuat perjalanan kami terhenti karena kap belakang mobil menyentuh ban dan hal itu membuat mobil tidak dapat jalan. Setelah mendapat bantuan dari bapak yang baik hati perjalanan pun dilanjutkan. Jam 08:00 kami tiba di Makassar. Terimakasih untuk liburan yang sangat menyenangkan. Banyak tempat baru yang saya datangi dengan orang-orang yang baru. Kelak ketika kita tak sempat bersua lagi, akan banyak kenangan yang akan kekal di memori kita. Semoga kita langgeng ya hehehe. Semoga akan ada lagi trip trip selanjutnya dan semoga rencana project kita berjalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...