Jumat, 30 Desember 2016

Geng Alteko



Kita bertemu bukan karena kebetulan. Kita bersama karena sebuah garis alasan yang sudah tertuliskan. 

Entah berawal dari mana, atas inisatif siapa dan dengan harapan apa geng Alteko terbentuk. Grup yang memiliki nama cukup unik, Alteko : Merekatkan serpihan serpihan yang berantakan. Kita dipertemukan dalam sebuah gerakan Penyala Makassar, disatukan dalam satu kegiatan Running Book. Grup ini terbentuk dalam proses persiapan Running Book. Saat pra kegiatan grup selalu ramai dengan koordinasi satu sama lain. Setiap pagi akan selalu ada Power Wush sebagai pemberi semangat sebelum melaksanakan aktifitas. Ketika menjelang kegiatan Running Book ada sedikit kekhawatiran, khawatir jika kegiatan selesai geng Alteko pun akan ikut berakhir. Sama seperti kebanyakan grup yang ramai pada saat pra kegiatan dan akan hening ketika kegiatan telah berakhir. Mengingat grup ini memang ada untuk koordinasi satu sama lain. Pasca kegiatan 2 hari kemudian, memang benar grup ini jadi krik-krik. Kita jetleg dengan kondisi baru, tidak ada lagi koordinasi yang mesti dilakukan karena kegiatan pun telah berakhir. 

Hingga tiba satu hari, kita semua rindu dengan keramaian di grup, akhirnya obrolan random pun terjadi. Dari pembicaraan yang pura-pura serius sampai pembahasan yang paling tidak masuk akal. Grup ini berubah menjadi grup menggalau, grup curhat, saling menasehati, saling meluruskan yang bengkok dan jadi ajang pencarian jodoh. Grup yang beranggotakan 8 orang ini berisi orang-orang gesrek yang menginspirasi. Ada kak Udpa, orang yang paling tua diantara kita. Pegawai yang selalu mengaku pengangguran, orang dengan seabrek aktifitas, nguli, kuliah, kursus dan menggalau tapi sangat pintar untuk mengatur waktu hingga tak ada yang terabaikan. Orang yang selalu mengaku introvert tapi pada prakteknya nampak sebagai seorang ekstrovert. Orang yang paling gila tapi juga bisa paling dewasa, orang yang paling perhatian diantara kita. Ada Oky, Alteko bukan tempat pertama mengenal Oky, kami sudah satu komunitas di SIGi Makassar, tapi berawal dari intensitas di Alteko akhirnya saya bisa jauh lebih mengenal Oky. Orang yang tak pernah mengeluh, tidak suka berdebat, suka mengirim hadist setiap hari, paling aktif dan sangat total dalam dunia relawan, dan seorang arsitek terbaik masa depan. Ada Cekgu, kak Ria. Seorang guru SD di Athirah, kalau melihat umur dan angkatan, cekgu lebih muda dari saya. Tapi dari segi kelakuan dia jauh lebih dewasa. Cekgu dengan totalitas dalam melakukan sesuatu, sangat introvert, hidup dengan berbagai aturan, sensitif dan moody-an. Tapi ketika mendapat sebuah amanah, dia tidak akan berhenti sebelum menyelesaikannya dan akan bekerja dengan totalitas, mengerahkan tenaga dan fikirannya untuk hasil terbaik. Ada juga Janna, seorang gadis yang baru beberapa hari mendapat gelar S.Kg. awal bertemu dia selalu diam, kalem tapi ketika sudah ngetrip bareng baru tahu kalo seorang calon dokter gigi ini sangat lugu, manja, menyenangkan, gesrek, tulalit dan super duper telmi hahahaha. Ada Nabila, gadis telolet. Orang yang setiap kali muncul di saat grup hening dan hanya nge-chat telolet. Gadis manis yang sering pura-pura lugu, pintar dan calon bidan yang saat ini lagi sibuk melanjutkan D IV kebidanan dan kerja dikampus UIN. Nah satu lagi ada Nyunyu’. Gadis cantik, enerjik ini sangat sibuk sampai jarang ngumpul bareng Altekoers. Gadis yang lagi menjabat sebagai ketua salah satu UKM kampus ini selalu muncul dengan pembawaannya yang bersahabat. Yang terakhir ada kak Rasyid. Dalam proses perkenalan kami, orang ini kelihatan sangat aktif, tapi sayangnya pasca kegiatan dia memilih untuk left group. Tak banyak yang bisa saya jabarkan tentang kak Rasyid.

Alteko, bukan hanya merekatkan serpihan. Tapi mengajarkan saya banyak hal. Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan berada dilingkaran Alteko-ers. Sebenarnya tak pernah merasa pantas untuk bergabung menjadi salah satu geng Alteko. Bergabung bersama teman-teman yang luar biasa, disaat saya merasa saya masih sangat biasa dan bukan siapa-siapa. Hidup yang selama ini saya tertawai, hidup dengan penuh aturan, kaku, tegang dan sangat serius, tiba-tiba saja disatukan dengan orang-orang yang seperti ini. Orang-orang akademisi, orang yang hidup dengan aturan yangat tertata, orang yang sangat intrrovert, orang yang punya perencanaan matang sebelum menjalani sesuatu. Awalnya selalu muncul rasa tidak nyaman. Saya yang selama ini ingin terlepas dari belenggu aturan, saya yang tak pernah memikirkan resiko sebelum berbuat sesuatu, saya yang nekat dalam melakukan banyak hal. Tiba-tiba saja dibenturkan dengan orang yang sangat bertolak belakang. Tapi seiring berjalannya waktu saya bisa menyesuaikan diri. Saya bisa melihat perbedaan itu ternyata indah. Saya menyadari bahwa hidup yang saya tertawai selama ini ternyata sangat dinikmati oleh orang-orang tertentu dan mereka nyaman dengan hal itu, dan yang paling penting saya termotivasi dengan mereka para Altekoers.

Entah beberapa tahun atau bulan kemudian, kita memilih untuk “pura-pura tidak saling mengenal”, namun satu hal yang kusadari bahwa saya bahagia pernah mengenal kalian. Saya bahagia karena menganggap kalian sebagai sebuah keluarga, meskipun saya yakin kalian belum tentu merasa sebaliknya. Satu hal yang kutau, meski nanti kita “memilih untuk larut dalam kesibukan masing-masing dan tidak saling berkomunkasi”, saya pernah bahagia bersama kalian dan cerita yang kita jalani akan selalu terkenang sebagai sebuah kisah yang tak pernah usang. Saya akan selalu mengenang kalian sebagai orang-orang terbaik yang pernah mengisi hari-hari bahagia yang saya jalani. Dan yang tak akan terlupakan saya merasa bahwa saya pernah begitu berarti dalam kehidupan kalian, meski hanya sesaat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...