Kita bertemu bukan karena kebetulan.
Kita bersama karena sebuah garis alasan yang sudah tertuliskan.
Entah berawal dari mana, atas inisatif siapa dan dengan harapan apa geng
Alteko terbentuk. Grup yang memiliki nama cukup unik, Alteko : Merekatkan
serpihan serpihan yang berantakan. Kita dipertemukan dalam sebuah gerakan
Penyala Makassar, disatukan dalam satu kegiatan Running Book. Grup ini
terbentuk dalam proses persiapan Running Book. Saat pra kegiatan grup selalu
ramai dengan koordinasi satu sama lain. Setiap pagi akan selalu ada Power Wush sebagai pemberi semangat
sebelum melaksanakan aktifitas. Ketika menjelang kegiatan Running Book ada
sedikit kekhawatiran, khawatir jika kegiatan selesai geng Alteko pun akan ikut
berakhir. Sama seperti kebanyakan grup yang ramai pada saat pra kegiatan dan
akan hening ketika kegiatan telah berakhir. Mengingat grup ini memang ada untuk
koordinasi satu sama lain. Pasca kegiatan 2 hari kemudian, memang benar grup
ini jadi krik-krik. Kita jetleg dengan kondisi baru, tidak ada lagi koordinasi
yang mesti dilakukan karena kegiatan pun telah berakhir.
Hingga tiba satu hari, kita semua rindu dengan keramaian di grup,
akhirnya obrolan random pun terjadi. Dari pembicaraan yang pura-pura serius
sampai pembahasan yang paling tidak masuk akal. Grup ini berubah menjadi grup
menggalau, grup curhat, saling menasehati, saling meluruskan yang bengkok dan
jadi ajang pencarian jodoh. Grup yang beranggotakan 8 orang ini berisi
orang-orang gesrek yang menginspirasi. Ada kak Udpa, orang yang paling tua
diantara kita. Pegawai yang selalu mengaku pengangguran, orang dengan seabrek
aktifitas, nguli, kuliah, kursus dan menggalau tapi sangat pintar untuk
mengatur waktu hingga tak ada yang terabaikan. Orang yang selalu mengaku
introvert tapi pada prakteknya nampak sebagai seorang ekstrovert. Orang yang
paling gila tapi juga bisa paling dewasa, orang yang paling perhatian diantara
kita. Ada Oky, Alteko bukan tempat pertama mengenal Oky, kami sudah satu
komunitas di SIGi Makassar, tapi berawal dari intensitas di Alteko akhirnya
saya bisa jauh lebih mengenal Oky. Orang yang tak pernah mengeluh, tidak suka
berdebat, suka mengirim hadist setiap hari, paling aktif dan sangat total dalam
dunia relawan, dan seorang arsitek terbaik masa depan. Ada Cekgu, kak Ria. Seorang
guru SD di Athirah, kalau melihat umur dan angkatan, cekgu lebih muda dari
saya. Tapi dari segi kelakuan dia jauh lebih dewasa. Cekgu dengan totalitas
dalam melakukan sesuatu, sangat introvert, hidup dengan berbagai aturan,
sensitif dan moody-an. Tapi ketika mendapat sebuah amanah, dia tidak akan
berhenti sebelum menyelesaikannya dan akan bekerja dengan totalitas,
mengerahkan tenaga dan fikirannya untuk hasil terbaik. Ada juga Janna, seorang
gadis yang baru beberapa hari mendapat gelar S.Kg. awal bertemu dia selalu
diam, kalem tapi ketika sudah ngetrip bareng baru tahu kalo seorang calon
dokter gigi ini sangat lugu, manja, menyenangkan, gesrek, tulalit dan super
duper telmi hahahaha. Ada Nabila, gadis telolet. Orang yang setiap kali muncul
di saat grup hening dan hanya nge-chat telolet. Gadis manis yang sering
pura-pura lugu, pintar dan calon bidan yang saat ini lagi sibuk melanjutkan D IV
kebidanan dan kerja dikampus UIN. Nah satu lagi ada Nyunyu’. Gadis cantik,
enerjik ini sangat sibuk sampai jarang ngumpul bareng Altekoers. Gadis yang
lagi menjabat sebagai ketua salah satu UKM kampus ini selalu muncul dengan
pembawaannya yang bersahabat. Yang terakhir ada kak Rasyid. Dalam proses
perkenalan kami, orang ini kelihatan sangat aktif, tapi sayangnya pasca
kegiatan dia memilih untuk left group. Tak banyak yang bisa saya jabarkan
tentang kak Rasyid.
Alteko, bukan hanya merekatkan serpihan. Tapi mengajarkan saya banyak
hal. Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan berada dilingkaran Alteko-ers. Sebenarnya
tak pernah merasa pantas untuk bergabung menjadi salah satu geng Alteko.
Bergabung bersama teman-teman yang luar biasa, disaat saya merasa saya masih
sangat biasa dan bukan siapa-siapa. Hidup yang selama ini saya tertawai, hidup
dengan penuh aturan, kaku, tegang dan sangat serius, tiba-tiba saja disatukan
dengan orang-orang yang seperti ini. Orang-orang akademisi, orang yang hidup
dengan aturan yangat tertata, orang yang sangat intrrovert, orang yang punya
perencanaan matang sebelum menjalani sesuatu. Awalnya selalu muncul rasa tidak
nyaman. Saya yang selama ini ingin terlepas dari belenggu aturan, saya yang tak
pernah memikirkan resiko sebelum berbuat sesuatu, saya yang nekat dalam
melakukan banyak hal. Tiba-tiba saja dibenturkan dengan orang yang sangat
bertolak belakang. Tapi seiring berjalannya waktu saya bisa menyesuaikan diri. Saya
bisa melihat perbedaan itu ternyata indah. Saya menyadari bahwa hidup yang saya
tertawai selama ini ternyata sangat dinikmati oleh orang-orang tertentu dan
mereka nyaman dengan hal itu, dan yang paling penting saya termotivasi dengan
mereka para Altekoers.
Entah beberapa tahun atau bulan kemudian, kita memilih untuk “pura-pura tidak
saling mengenal”, namun satu hal yang kusadari bahwa saya bahagia pernah
mengenal kalian. Saya bahagia karena menganggap kalian sebagai sebuah keluarga,
meskipun saya yakin kalian belum tentu merasa sebaliknya. Satu hal yang kutau,
meski nanti kita “memilih untuk larut dalam kesibukan masing-masing dan tidak
saling berkomunkasi”, saya pernah bahagia bersama kalian dan cerita yang kita jalani akan selalu terkenang sebagai sebuah kisah yang tak pernah usang. Saya akan selalu mengenang kalian sebagai orang-orang
terbaik yang pernah mengisi hari-hari bahagia yang saya jalani. Dan yang tak
akan terlupakan saya merasa bahwa saya pernah begitu berarti dalam kehidupan
kalian, meski hanya sesaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar