Sabtu, 24 Desember 2016

Kelola Harapan



Kecewa hadir dari sebuah harapan besar yang tidak sejalan dengan realita.

       Yah, untuk bahagia dan tidak larut dalam kekecewaan satu hal yang perlu dilakukan adalah, mengelola ekspektasi. Salah satu hal penunjang sakit hati, luka lara dan galau berkepanjangan adalah ekspektasi, yah EKSPEKTASI! Ekspektasi yang kita cipta sendiri, angan yang terlalu tinggi, serta harap yang tidak sesuai realita. Begitu banyak mimpi yang dibangun, begitu banyak rencana yang disusun namun pada akhirnya realita mencari jalannya sendiri, disitulah letak jalan kekecewaan.
 
         Kita tak perlu menjadi ahli tafsir, yang kadang sok tahu menafsirkan pikiran dan perasaan orang lain. Kenapa? Karena kita kadang tak sadar, apa yang kita cipta di pikiran kita belum tentu selaras dengan daya cipta di pikiran orang lain.
 
        Ketika mendapati orang yang terlalu baik, jangan gegabah menafsirkan dia menyukaimu, bisa jadi dia baik sama semua orang, atau barangkali dia punya misi tersendiri. Tapi bukan karena dia menyukaimu.
 
         Ketika menemui orang yang selalu riang gembira jangan buru-buru menafsirkan dia orang yang benar-benar bahagia, bisa jadi kebahagiaan yang ditampakkan adalah kamuflase kekecewaan atau kesedihan yang dipendam.
 
     Dalam moment seleksi pun kita acapkali menuai kekecewaan. Kenapa? Lagi lagi karena ekspektasi. Ekspektasi kita melambung jauh, kita terlalu cepat memikirkan kemungkinan baik dan melupakan kemungkinan buruk. Jadinya setelah mendapati keberhasilan kita ternyata tertunda, kita menjadi orang yang paling merana, paling sedih dan paling terpuruk. Karena kita hanya mempersiapkan diri kita untuk bahagia, namun lupa mempersiapkan diri untuk gagal. Kegagalan yang sebenarnya bukan ketika gagal mendapatkan sesuatu tapi ketika kita terjatuh dan tak mampu bangkit lagi.

      Ketika menjalani sebuah hubungan, kita seringkali diterpa kekecewaan. Banyak orang yang ketika patah hati merasa dunianya telah berakhir, berubah menjadi zombie dan tak mempunyai lagi gairah untuk hidup. Karena pada prakteknya, lagi lagi hanya kemungkinan bahagia dan senang yang direncanakan, bermimpi menggelar pernikahan mewah nan romantis, merencanakan kehidupan pasca nikah yang begitu apik, menyusun kehidupan rumah tangga yang penuh bahagia, tapi lupa melibatkan Tuhan dalam setiap rencana yang disusun, alhasil ketika mendapati ternyata tidak berjodoh dengan doi, dunia seakan menghitam dan menyerang tanpa ampun, hidup seolah berakhir dan bahagia yang diangankan pun menguap entah kemana.


Kelola ekspektasi dan jadilah orang yang realistis, tidak gampang baper, agar kecewa tak menjadikanmu sasaran empuk.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...