Kecewa hadir dari sebuah harapan
besar yang tidak sejalan dengan realita.
Yah, untuk bahagia dan
tidak larut dalam kekecewaan satu hal yang perlu dilakukan adalah, mengelola
ekspektasi. Salah satu hal penunjang sakit hati, luka lara dan galau
berkepanjangan adalah ekspektasi, yah EKSPEKTASI! Ekspektasi yang kita cipta
sendiri, angan yang terlalu tinggi, serta harap yang tidak sesuai realita.
Begitu banyak mimpi yang dibangun, begitu banyak rencana yang disusun namun
pada akhirnya realita mencari jalannya sendiri, disitulah letak jalan
kekecewaan.
Kita tak perlu menjadi
ahli tafsir, yang kadang sok tahu menafsirkan pikiran dan perasaan orang lain.
Kenapa? Karena kita kadang tak sadar, apa yang kita cipta di pikiran kita belum
tentu selaras dengan daya cipta di pikiran orang lain.
Ketika mendapati orang
yang terlalu baik, jangan gegabah menafsirkan dia menyukaimu, bisa jadi dia
baik sama semua orang, atau barangkali dia punya misi tersendiri. Tapi bukan
karena dia menyukaimu.
Ketika menemui orang
yang selalu riang gembira jangan buru-buru menafsirkan dia orang yang
benar-benar bahagia, bisa jadi kebahagiaan yang ditampakkan adalah kamuflase
kekecewaan atau kesedihan yang dipendam.
Dalam moment seleksi
pun kita acapkali menuai kekecewaan. Kenapa? Lagi lagi karena ekspektasi. Ekspektasi
kita melambung jauh, kita terlalu cepat memikirkan kemungkinan baik dan
melupakan kemungkinan buruk. Jadinya setelah mendapati keberhasilan kita
ternyata tertunda, kita menjadi orang yang paling merana, paling sedih dan
paling terpuruk. Karena kita hanya mempersiapkan diri kita untuk bahagia, namun
lupa mempersiapkan diri untuk gagal. Kegagalan
yang sebenarnya bukan ketika gagal mendapatkan sesuatu tapi ketika kita
terjatuh dan tak mampu bangkit lagi.
Ketika menjalani sebuah
hubungan, kita seringkali diterpa kekecewaan. Banyak orang yang ketika patah
hati merasa dunianya telah berakhir, berubah menjadi zombie dan tak mempunyai
lagi gairah untuk hidup. Karena pada prakteknya, lagi lagi hanya kemungkinan
bahagia dan senang yang direncanakan, bermimpi menggelar pernikahan mewah nan
romantis, merencanakan kehidupan pasca nikah yang begitu apik, menyusun kehidupan
rumah tangga yang penuh bahagia, tapi lupa melibatkan Tuhan dalam setiap
rencana yang disusun, alhasil ketika mendapati ternyata tidak berjodoh dengan
doi, dunia seakan menghitam dan menyerang tanpa ampun, hidup seolah berakhir
dan bahagia yang diangankan pun menguap entah kemana.
Kelola
ekspektasi dan jadilah orang yang realistis, tidak gampang baper, agar kecewa tak menjadikanmu
sasaran empuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar