Selasa, 27 Desember 2016

Geng predator dan gadis-gadis pembuat pouch



Kelas carakdek SIGi, 25 desember 2016 selesai. Setelah berberes dari carakdek. Kami berangkat menuju kerumah kak Cedar, dibawah naungan awan kelabu yang berujung pada rinai hujan yang sendu. Ahad kali ini ada undangan makan-makan sebagai syukuran atas gelar ST yang disandang oleh ketua SIGi Makassar. Kami berbondong-bondong layaknya orang konvoi menuju ke jalan Terong. Alamat tempat rumah kak Cedar berada. Sampai tiba di jalanan masuk pasar. Rame, sedikit becek dan penuh penjual kiri dan kanan jalan, khas pasar traditional. Karena jumlah motor yang banyak dan kita mesti berpapasan dengan orang-orang pasar, salah seorang teman kena semprotan dari bapak-bapak yang mungkin sudah kelelahan karena mesti berjibaku dengan pekerjaan sedari subuh.

Kami melewati jalan setapak yang hanya bisa dilalui satu motor untuk menuju ke rumah kak Cedar, tak hanya sampai disitu. Untuk memasukkan motor ke halaman rumah kak Cedar jauh lebih menantang lagi, pintunya memang sudah diatur untuk dilalui hanya satu motor dan harus menggunakan teknik yang tepat agar bisa masuk tanpa kendala. Beberapa gaya memasukkan motor pun dilakukan, ada yang mengangkat bagian belakang motor, ada yang menarik, dan ada pula yang paguyuban saling mengarahkan agar motor bisa masuk. Setelah memastikan semua motor sudah terparkir, kita sejenak berhenti didepan untuk saling menertawai lalu masuk kedalam rumah.

Sebagian teman-teman yang belum sholat bergeser ke bangunan sebelah rumah kak Cedar, kebetulan pas samping rumah ada mesjid. Jadi kami bersama-sama menunaikan sholat duhur terlebih dahulu sebelum beraksi. Setelah selesai sholat, ada satu tempat kue puding yang disuguhkan. Tidak butuh waktu lama, hanya sekedipan mata kue puding itupun ludes tak bersisa. Setelah habis  kue puding yang pertama, sebagian masih bertanya “tante masih ada kue pudingnya”? Berharap masih ada gelombang kedua, tapi harapan tetaplah harapan. Kuenya hanya satu tempat. Kita sisa menunggu sop ayam siap disantap.

Berselang beberapa menit kemudian, sudah terdengar suara mempersilahkan untuk makan. Beberapa orang dengan lincah mengambil piring dan memenuhi piringnya dengan makanan. Disini sudah jelas kelihatan siapa yang lapar dan siapa yang lapar banget. Beberapa kali mangkuk sup diisi ulang, beberapa kali pula piring buras di ganti. Semuanya saling bergantian untuk mengambil makanan. Kita makan sambil sesekali ngobrol dan tertawa. Setelah semuanya selesai makan, tak ada suara lagi yang terdengar. Ternyata reseknya hanya kambuh ketika lapar, dan ngantuk akan menyerang setelah kenyang. Inilah geng predator. Hahahah

Tahap ketiga pun dimulai, setelah makan puding, makan sup ayam, sekarang giliran minum sirup. Entah beberapa kali teko sirup diisi ulang, entah beberapa botol sirup yang dihabiskan dan entah beberapa kali harus membeli es batu. Seolah dahaga tak pernah habis. Setiap kali teko sirup dikeluarkan, dapat dipastikan isinya akan habis hanya dalam hitungan detik. Ah, kita memang bisa selalu kompak dalam urusan mengisi perut. Jamuan hari itu tak hanya sampai pada sirup yang mengisi dahaga, sesi terakhir ada menikmati pisang goreng. Pisang goreng yang asapnya masih mengepul disandingkan dengan sambel terasi menjadi hidangan penutup kita hari itu. Perut kenyang, hatipun bahagia.

Setelah sesi makan minum selesai. Selanjutnya memasuki sesi yang sedikit lebih serius. Rapat persiapan Gathering Nasional ke 5 yang mana SIGi Makassar akan menjadi tuan rumah. Rapat dibuka oleh ketua Gathnas yakni kak Dhani. Pembahasan konsep serta pembentukan teamwork. Ada beberapa pemaparan gambaran gathnas sebelumnya dan masukan ide untuk gathnas ke-5. Kurang lebih sejam kita rapat, berhubung rapat kali ini masih rapat perdana, yang dibahas pun masih gambaran-gambaran umum dan dijadwalkan untuk melakukan rapat lanjutan hari selasa. Setelah rapat selesai, kami pun bersiap-siap untuk pindah tempat, sebagiannya lagi langsung balik kerumah masing-masing. Sebelum capcus, kak Huda yang baru seminggu datang dari Riyadh membawa oleh-oleh. Beberapa gantungan kunci berbagai motif, 2 gantungan kunci unta yang menjadi rebutan dan beberapa buah lipstik yang juga menjadi sasaran empuk para gadis-gadis. Setelah beres-beres kami pamitan dan bertolak ke tujuan masing-masing. Terimakasih kak Cedar sekeluarga untuk jamuannya.

Tujuan selanjutnya ada Mc.Donald Pettarani, tempat andalan untuk kumpul setelah Kedai Pojok Adyaksa. Sebelum menuju ke Mc.D. Saya, kak Indi dan kak Jul menuju ke jalan Cumi-cumi terlebih dahulu untuk mencari benang, resleting dan jarum untuk dipake belajar membuat pouch. Hari itu sudah kami jadwalkan untuk kelas menjahit. Apapun background kita, se sok sibuk apapun kita setiap harinya, perlu untuk mengisi diri dengan kegiatan bermanfaat dan ilmu-ilmu baru setiap harinya. Menjahit yang merupakan pekerjaan biasa, tapi butuh belajar untuk bisa. Karena sebagai anak jaman sekarang yang lebih banyak bergulat dengan gadget. Rasanya juga sangat perlu untuk mempunyai keahlian, karena kita tidak pernah tahu setelah menikah nanti kita bisa bekerja diluar rumah atau menjadi full time wife. Setidaknya ketika mempunyai keahlian, kita masih bisa berkarya walaupun harus tinggal dirumah.

Uyeeiii, sesampainya di Mc.D nampak beberapa orang yang sudah sangat faimilir, ada kak Aang, kak Ardhe, kak Ricky, kak Iq, kak Nisa, kak Ayu, kak Huda serta sepupunya kak Huda yang duduk di pojok private di Mc.D, pojokan yang memang menjadi tempat favorit kami ketika ngumpul. Setelah memarkirkan motor, saya berjalan masuk menuju ke Mc.D disusul oleh kak Indi dan kak Jul. Sebelum sampai di pojokan, mata kami melihat ada kak Noe dan kak Accul yang lagi ngobrol didepan tempat mainana anak di Mc.D, mereka nongkrong ditempat berbeda untuk mengecas hp, maklum diruang private tidak ada colokan.

Kami langsung nimbrung dalam lingkaran kursi yang sudah digabung, kak Indi mengeluarkan senjatanya. Senjata untuk kami belajar menjahit. Hal pertama yang kami lakukan adalah memilih kain yang ingin kami gunakan. Selanjutnya membuat pola. Satu persatu dari kami anak guru yang mau belajar menjahit (red : kak Nisa, kak Ayu, kak Huda, dan sepupunya kak Huda) mengambil kain yang kami inginkan lalu membuat pola. Alat dan bahan yang diperlukan adalah kertas yang sudah dibuat pola, penggaris, pensil atau pulpen dan gunting. Kami membuat pola masing-masing dapat 4 peorangnya, dua kain untuk bagian dalam dan dua kain untuk bagian luar. Belum selesai menggambar pola, adzan maghrib sudah berkumandang. Kami menghentikan aktifitas sejenak lalu bersegera untuk sholat. Barulah setelah sholat kegiatan menggunting kain kami lanjutkan. Setelah semua memegang masing-masing 4 kain, kami lalu mengambil jarum dan memasukkan benang. Mengepaskan kain di resleting dan merekatkannya sementara dengan menggunakan jarum pentul.

Proses menjahit pun dimulai. Awalnya terasa sulit dan rumit, tapi setelah mencoba dan melakukannya beberapa menit, kami sudah mulai terbiasa. Butuh kesabaran dan ketelatenan untuk menjahit. Sejujurnya saya bukan orang yang sabar, juga bukan orang yang telaten. Saya gampang bosan dan jenuh. Tapi karena proses pembuatan pouch hari itu dibungkus semenyenangkan mungkin dan diselingi dengan obrolan, serta memiliki beberapa teman seperguruan, rasa bosan dan jenuh itu seakan menguap. Kak Indi selaku mentor beberapa kali mengarahkan dan meluruskan ketika kami keliru. Sembari dia pun melanjutkan rajutannya. Kakak SIGi yang cowok mengobrol dalam bahasa yang hanya mereka yang mengerti. Sekitar pukul 07:30 PM, hp kak Ayu berdering. Panggilan dari bapaknya yang menginformasikan keberadaannya di rumah yang di Gowa, kak Ayu akhirnya berpamitan untuk pulang duluan, dan menunda untuk menyelesaikan pouchnya malam itu. Satu teman seperguruan telah gugur. Setengah jam kemudian, hp kak Huda pun berdering, telepon dari kak Nunu yang meminta untuk dijemput. Akhirnya kak Huda dan sepupunya pun ikut menyusul kak Ayu, tereliminasi dalam menyelesaikan pouch. Kak Huda, sepupunya dan kak Ardhe pun pulang kerumah masing-masing.

Teman seperguruan yang tersisa tinggal kak Nisa, saya dan kak Nisa berduel untuk menyelesaikan pouch. Kak Jul beberapa kali menggodai “ah paling juga tidak selesai”, “paling baru selesai nanti subuh”, “kasian gurunya ditinggalkan, biasanya guru yang meninggalkan, ini malah muridnya yang pergi satu persatu, godanya ke kak Indi”. Dengan kebulatan tekad dan kemauan yang keras, pukul 09:00 PM pouch hasil karya saya dan kak Nisa pun selesai. Alhaamdulillah ya, ada kepuasan tersendiri ketika bisa membuat sebuah karya, meski terlihat remeh temeh, kecil dan gampang. Tapi kami mengerjakannya dengan sepenuh hati dan penuh perjuangan, kami pun bahagia dengan hasil buah tangan kami. Terimakasih bunda mentor untuk pelajarannya. Di lain waktu ajari kami untuk membuat pouch yang lebih besar lagi, dan karya lebih banyak lagi. Kelas menjahit pun ditutup dengan senyum puas nan bahagia, serta berfoto bersama bunda mentor dan hasil karya kami. Terimakasih untuk pelajaran berharganya, serta hari menyenangkan dan membahagiakan.



Makassar, 26 desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...