Kelas carakdek SIGi, 25 desember 2016 selesai. Setelah berberes dari carakdek. Kami berangkat menuju kerumah kak Cedar,
dibawah naungan awan kelabu yang berujung pada rinai hujan yang sendu. Ahad
kali ini ada undangan makan-makan sebagai syukuran atas gelar ST yang disandang
oleh ketua SIGi Makassar. Kami berbondong-bondong layaknya orang konvoi menuju
ke jalan Terong. Alamat tempat rumah kak Cedar berada. Sampai tiba di jalanan
masuk pasar. Rame, sedikit becek dan penuh penjual kiri dan kanan jalan, khas
pasar traditional. Karena jumlah motor yang banyak dan kita mesti berpapasan
dengan orang-orang pasar, salah seorang teman kena semprotan dari bapak-bapak
yang mungkin sudah kelelahan karena mesti berjibaku dengan pekerjaan sedari
subuh.
Kami melewati jalan setapak yang hanya bisa dilalui satu motor untuk
menuju ke rumah kak Cedar, tak hanya sampai disitu. Untuk memasukkan motor ke
halaman rumah kak Cedar jauh lebih menantang lagi, pintunya memang sudah diatur
untuk dilalui hanya satu motor dan harus menggunakan teknik yang tepat agar
bisa masuk tanpa kendala. Beberapa gaya memasukkan motor pun dilakukan, ada
yang mengangkat bagian belakang motor, ada yang menarik, dan ada pula yang
paguyuban saling mengarahkan agar motor bisa masuk. Setelah memastikan semua
motor sudah terparkir, kita sejenak berhenti didepan untuk saling menertawai
lalu masuk kedalam rumah.
Sebagian teman-teman yang belum sholat bergeser ke bangunan sebelah rumah
kak Cedar, kebetulan pas samping rumah ada mesjid. Jadi kami bersama-sama
menunaikan sholat duhur terlebih dahulu sebelum beraksi. Setelah selesai
sholat, ada satu tempat kue puding yang disuguhkan. Tidak butuh waktu lama,
hanya sekedipan mata kue puding itupun ludes tak bersisa. Setelah habis kue puding yang pertama, sebagian masih bertanya
“tante masih ada kue pudingnya”? Berharap masih ada gelombang kedua, tapi
harapan tetaplah harapan. Kuenya hanya satu tempat. Kita sisa menunggu sop ayam
siap disantap.
Berselang beberapa menit kemudian, sudah terdengar suara mempersilahkan
untuk makan. Beberapa orang dengan lincah mengambil piring dan memenuhi
piringnya dengan makanan. Disini sudah jelas kelihatan siapa yang lapar dan
siapa yang lapar banget. Beberapa kali mangkuk sup diisi ulang, beberapa kali
pula piring buras di ganti. Semuanya saling bergantian untuk mengambil makanan.
Kita makan sambil sesekali ngobrol dan tertawa. Setelah semuanya selesai makan,
tak ada suara lagi yang terdengar. Ternyata reseknya hanya kambuh ketika lapar,
dan ngantuk akan menyerang setelah kenyang. Inilah geng predator. Hahahah
Tahap ketiga pun dimulai, setelah makan puding, makan sup ayam, sekarang
giliran minum sirup. Entah beberapa kali teko sirup diisi ulang, entah beberapa
botol sirup yang dihabiskan dan entah beberapa kali harus membeli es batu.
Seolah dahaga tak pernah habis. Setiap kali teko sirup dikeluarkan, dapat
dipastikan isinya akan habis hanya dalam hitungan detik. Ah, kita memang bisa
selalu kompak dalam urusan mengisi perut. Jamuan hari itu tak hanya sampai pada
sirup yang mengisi dahaga, sesi terakhir ada menikmati pisang goreng. Pisang
goreng yang asapnya masih mengepul disandingkan dengan sambel terasi menjadi
hidangan penutup kita hari itu. Perut kenyang, hatipun bahagia.
Setelah sesi makan minum selesai. Selanjutnya memasuki sesi yang sedikit
lebih serius. Rapat persiapan Gathering Nasional ke 5 yang mana SIGi Makassar
akan menjadi tuan rumah. Rapat dibuka oleh ketua Gathnas yakni kak Dhani.
Pembahasan konsep serta pembentukan teamwork.
Ada beberapa pemaparan gambaran gathnas sebelumnya dan masukan ide untuk
gathnas ke-5. Kurang lebih sejam kita rapat, berhubung rapat kali ini masih rapat
perdana, yang dibahas pun masih gambaran-gambaran umum dan dijadwalkan untuk
melakukan rapat lanjutan hari selasa. Setelah rapat selesai, kami pun
bersiap-siap untuk pindah tempat, sebagiannya lagi langsung balik kerumah
masing-masing. Sebelum capcus, kak Huda yang baru seminggu datang dari Riyadh
membawa oleh-oleh. Beberapa gantungan kunci berbagai motif, 2 gantungan kunci
unta yang menjadi rebutan dan beberapa buah lipstik yang juga menjadi sasaran
empuk para gadis-gadis. Setelah beres-beres kami pamitan dan bertolak ke tujuan
masing-masing. Terimakasih kak Cedar sekeluarga untuk jamuannya.
Tujuan selanjutnya ada Mc.Donald Pettarani, tempat andalan untuk kumpul
setelah Kedai Pojok Adyaksa. Sebelum menuju ke Mc.D. Saya, kak Indi dan kak Jul
menuju ke jalan Cumi-cumi terlebih dahulu untuk mencari benang, resleting dan
jarum untuk dipake belajar membuat pouch. Hari itu sudah kami jadwalkan untuk
kelas menjahit. Apapun background kita, se sok sibuk apapun kita setiap
harinya, perlu untuk mengisi diri dengan kegiatan bermanfaat dan ilmu-ilmu baru
setiap harinya. Menjahit yang merupakan pekerjaan biasa, tapi butuh belajar
untuk bisa. Karena sebagai anak jaman sekarang yang lebih banyak bergulat
dengan gadget. Rasanya juga sangat perlu untuk mempunyai keahlian, karena kita
tidak pernah tahu setelah menikah nanti kita bisa bekerja diluar rumah atau
menjadi full time wife. Setidaknya ketika mempunyai keahlian, kita masih bisa
berkarya walaupun harus tinggal dirumah.
Uyeeiii, sesampainya di Mc.D nampak beberapa orang yang sudah sangat
faimilir, ada kak Aang, kak Ardhe, kak Ricky, kak Iq, kak Nisa, kak Ayu, kak
Huda serta sepupunya kak Huda yang duduk di pojok private di Mc.D, pojokan yang
memang menjadi tempat favorit kami ketika ngumpul. Setelah memarkirkan motor,
saya berjalan masuk menuju ke Mc.D disusul oleh kak Indi dan kak Jul. Sebelum
sampai di pojokan, mata kami melihat ada kak Noe dan kak Accul yang lagi
ngobrol didepan tempat mainana anak di Mc.D, mereka nongkrong ditempat berbeda
untuk mengecas hp, maklum diruang private
tidak ada colokan.
Kami langsung nimbrung dalam lingkaran kursi yang sudah digabung, kak
Indi mengeluarkan senjatanya. Senjata untuk kami belajar menjahit. Hal pertama
yang kami lakukan adalah memilih kain yang ingin kami gunakan. Selanjutnya
membuat pola. Satu persatu dari kami anak guru yang mau belajar menjahit (red :
kak Nisa, kak Ayu, kak Huda, dan sepupunya kak Huda) mengambil kain yang kami
inginkan lalu membuat pola. Alat dan bahan yang diperlukan adalah kertas yang
sudah dibuat pola, penggaris, pensil atau pulpen dan gunting. Kami membuat pola
masing-masing dapat 4 peorangnya, dua kain untuk bagian dalam dan dua kain
untuk bagian luar. Belum selesai menggambar pola, adzan maghrib sudah
berkumandang. Kami menghentikan aktifitas sejenak lalu bersegera untuk sholat.
Barulah setelah sholat kegiatan menggunting kain kami lanjutkan. Setelah semua
memegang masing-masing 4 kain, kami lalu mengambil jarum dan memasukkan benang.
Mengepaskan kain di resleting dan merekatkannya sementara dengan menggunakan
jarum pentul.
Proses menjahit pun dimulai. Awalnya terasa sulit dan rumit, tapi setelah
mencoba dan melakukannya beberapa menit, kami sudah mulai terbiasa. Butuh
kesabaran dan ketelatenan untuk menjahit. Sejujurnya saya bukan orang yang
sabar, juga bukan orang yang telaten. Saya gampang bosan dan jenuh. Tapi karena
proses pembuatan pouch hari itu dibungkus semenyenangkan mungkin dan diselingi
dengan obrolan, serta memiliki beberapa teman seperguruan, rasa bosan dan jenuh
itu seakan menguap. Kak Indi selaku mentor beberapa kali mengarahkan dan
meluruskan ketika kami keliru. Sembari dia pun melanjutkan rajutannya. Kakak
SIGi yang cowok mengobrol dalam bahasa yang hanya mereka yang mengerti. Sekitar
pukul 07:30 PM, hp kak Ayu berdering. Panggilan dari bapaknya yang
menginformasikan keberadaannya di rumah yang di Gowa, kak Ayu akhirnya
berpamitan untuk pulang duluan, dan menunda untuk menyelesaikan pouchnya malam
itu. Satu teman seperguruan telah gugur. Setengah jam kemudian, hp kak Huda pun
berdering, telepon dari kak Nunu yang meminta untuk dijemput. Akhirnya kak Huda
dan sepupunya pun ikut menyusul kak Ayu, tereliminasi dalam menyelesaikan
pouch. Kak Huda, sepupunya dan kak Ardhe pun pulang kerumah masing-masing.
Teman seperguruan yang tersisa tinggal kak Nisa, saya dan kak Nisa
berduel untuk menyelesaikan pouch. Kak Jul beberapa kali menggodai “ah paling
juga tidak selesai”, “paling baru selesai nanti subuh”, “kasian gurunya
ditinggalkan, biasanya guru yang meninggalkan, ini malah muridnya yang pergi
satu persatu, godanya ke kak Indi”. Dengan kebulatan tekad dan kemauan yang
keras, pukul 09:00 PM pouch hasil karya saya dan kak Nisa pun selesai.
Alhaamdulillah ya, ada kepuasan tersendiri ketika bisa membuat sebuah karya,
meski terlihat remeh temeh, kecil dan gampang. Tapi kami mengerjakannya dengan
sepenuh hati dan penuh perjuangan, kami pun bahagia dengan hasil buah tangan
kami. Terimakasih bunda mentor untuk pelajarannya. Di lain waktu ajari kami untuk
membuat pouch yang lebih besar lagi, dan karya lebih banyak lagi. Kelas
menjahit pun ditutup dengan senyum puas nan bahagia, serta berfoto bersama
bunda mentor dan hasil karya kami. Terimakasih untuk pelajaran berharganya,
serta hari menyenangkan dan membahagiakan.
Makassar, 26 desember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar