Perjalananku ke Bandung bukan kali pertama, tapi perjalanan kali ini berbeda dengan perjalanan sebelum-sebelumnya, dulunya selalu berangkat sendiri sekarang berangkat rame-rame dengan teman-teman. Ini merupakan perjalanan yang menyenangkan, saya penganut garis keras “Perjalanan bukan tentang tempat yang indah tapi dengan siapa kita ke sana”. Tujuan saya dan teman-teman ke Bandung adalah untuk mengikuti seminar Internasional linguistic yang diadakan oleh STBA Yapari ABA Bandung. Seminar merupakan prasyarat wajib bagi mahasiswa Linguistik UGM sebelum maju untuk sidang agar terbebas dari review dosen, atau kalau tidak mengikuti seminar maka tesisnya akan direview oleh 5 dosen sebelum dinyakatan layak untuk diujiankan.
Kami
berangkat menuju Bandung menggunakan kereta api Pasundan, kereta yang paling
ekonomis dengan jadwal keberangkatan yang cocok untuk kami. Berangkat dari
Jogja pukul 14:10 dan tiba di Bandung pukul 23:25, dengan harga 88.000. Kami (saya,
Siti, Tama, Ani, Ana dan Caca ) janjian bertemu di stasiun. Caca yang sudah
sampai lebih dulu mendapat bagian print tiket yang kami pesan melalui online, saya
Tama dan Siti berangkat bersamaan dan paling terakhir sampai di stasiun. Kami
sampai di stasiun sekitar pukul 13:50, lalu kami buru-buru ke outlet Bakpia
kukus untuk membeli oleh-oleh untuk ustadz dan teman-teman Siti di Asrama,
tempat gratis yang akan kami huni selama kami berada di Bandung.
Pukul
14:00 kami sudah naik ke kereta, menyimpan barang di tempat penyimpanan barang
di atas tempat duduk dan di bawah kursi, lalu kami duduk sambil menertawakan
satu sama lain. Oh iya, kebetulan hari itu, tanggal 11 Februari merupakan hari
ulang tahun Ana, jadi kami memberinya kue ulang tahun dan juga kue untuk Caca
yang ulang tahunnya sudah lewat beberapa hari. Ulang tahun kali ini dirayakan
di atas kereta dengan disponsori makanan oleh ibunya Ana. Ana membawa bekal
yang begitu banyak, hingga tercetus istilah warteg di atas kereta. Setiap orang
sudah mendapat jatah makan yang telah dibungkus oleh ibunya Ana dan begitu
banyak cemilan yang lain. Perut kenyang, hidup pun sejahtera. Sepanjang
perjalanan kami terlibat obrolan yang begitu seru, dan dilanjutkan dengan
bermain undercover. Sesekali orang-orang menatap kami yang kadang lepas control
kala mengobrol dan tertawa.
Dalam
perjalanan, sesaat sebelum kereta tiba di Purwokerto, Papanya Caca menelfon
mengabarkan bahwa beliau juga telah membeli bekal untuk perjalanan kami. Caca
diminta untuk turun sebentar saat kereta berhenti di stasiun Gombong,
Alhamdulillah perjalanan kami memiliki banyak bekal yang membuat kami tidak
lagi jajan di kereta.
Kereta
terus melaju, melewati stasiun demi stasiun. Kami menghabiskan waktu dengan
mengobrol, bermain undercover dan bermain ludo. Setelah maghrib kami pun sudah
dihinggapi rasa bosan, akhirnya kami satu persatu tertidur. Perjalanan masih
lumayan panjang. Satu dua orang mulai turun di stasiun stasiun pemberhentian,
hingga di stasiun Ciamis dan Tasikmalaya gerbong 3 yang kami tempati sudah
mulau lengang. Kami mencari tempat yang lowong untuk sekedar meluruskan badan.
Tempat duduk kami sebelumnya adalah kursi 3-3 yang berhadapan, di samping kursi
kami sudah ada yang kosong, saya pun pindah ke kursi tersebut.
Ada
kejadian yang tak terduga dalam perjalanan kami. Saat melihat peluang di kursi
sebelah kami yang kosong, saya pun memilih pindah, namun tak bisa rebahan
disebabkan ibu yang duduk kursi depannya selonjoran, alhasil saya tetap dengan
posisi tidur duduk, dan sempat diabadikan oleh Tama foto saya yang sedang tidur
dengan posisi seperti tahiyat akhir. Hahaha. Tidak nyaman dengan posisi itu,
saya melirik bangku dibelakang kursi kami, ternyata salah satu bangku tersebut
kosong, meski di satu sisi sedang ditempati oleh seorang lelaki berpostur besar
yang juga sedang tertidur. Beberapa kali berfikir hingga saya memutuskan untuk
pindah ke kursi yang kosong tersebut, agar bisa rebahan. Waktu itu saya
berfikir, toh juga tidurnya di kursi yang berbeda dan posisi tidur saya yang
membelakangi lelaki tersebut. Saat rebahan di kursi tersebut saya sudah hilang
ingatan, sudah larut dalam lautan mimpi. Hingga saya terbangun dan melihat
sudah ada cewek yang duduk di bangku sebelah bersama lelaki yang saya lihat
sebelum saya tidur tersebut. Melihat ada wanita yang duduk di situ saya tak
lekas beranjak, malah kembali tidur dengan posisi yang lain. Hingga tiba pukul
23 saya pun mulai bangun dan beranjak dari tidur panjang lalu berbenah untuk
persiapan turun. Saya kembali melirik wanita yang ada di depan saya, dia
menatap saya dengan muka yang tidak mengenakkan. Saya pun memperhatikan gerak
gerik wanita dan lelaki tersebut. Nampak dari cincin yang melingkar dari jari
manis wanita tersebut menyiratkan bahwa mereka adalah sepasang suami istri.
Istrinya menunggui suaminya yang berbenah dan bersih-bersih menjelang turun
dari kereta. Saya pun belum beranjak dari tempat duduk yang sebelumnya saya
gunakan untuk tidur tersebut, saya melirik teman-teman saya yang duduk di
bangku yang berbeda, mereka tertawa dengan sangat puas. Saya hanya membalas
dengan tertawa tanpa tau apa yang sebenarnya mereka tertawakan.
Pukul
23:20 terdenganr pemberitahuan dari awak kereta bahwa perjalanan kami akan
segera berakhir di stasiun terakhir yakni stasiun Kiaracondong. Kami pun
mempersiapkan barang bawaan kami dan bersiap-siap menuju pintu keluar. Tiba di
stasiun ketawa mereka makin lepas, lalu mereka mulai bercerita tentang kejadian
di kereta tadi. Sembari saya memesan go-car untuk menuju ke Asrama. Ternyata
saat saya tidur terjadi perseteruan kecil antara suami istri yang duduk di
depan saya tadi waktu di kereta. Katanya istrinya nampak marah saat mendapati
suaminya sedang tidur bersama cewek lain, hahaha. Drama banget ya kata-katanya.
Iya mendapati suaminya sedang tidur sebelahan dengan cewek lain. Istrinya
bertanya “itu siapa” dan suaminya pun menjawab dengan muka lugunya “saya gak
tau, dia tiba-tiba aja ada saat aku bangun”. Begitu cerita teman-temanku yang
melihat pasangan suami istri itu berdebat di depan saya yang sedang tertidur
pulas dan seolah-olah tanpa rasa berdosa. Hahaha setelah itu tawa kami meledak,
saya kemudian merunut segala kejadian sebelumnya. Ternyata itu menjadi penyebab
wanita cantik yang saya liat sebelumnya itu menatap saya dengan muka sinis.
Nyatanya dia cemburu memergoki suaminya sedang bersama wanita lain, meskipun
tidak terjadi apa-apa.
Sesaat
kemudian gocar yang saya pesan menelfon dan mengabari kalau dia akan menjemput
kami tepat di depan tempat mengambil karcis di bawah flyover. Obrolan kami
berlanjut hingga kami naik di gocar dan menuju ke asrama. Mereka mengalamatkan
kata “pelakor” sebagai kata candaan untuk saya. Saya yang meras tak berbuat
apa-apa hanya menimpali dengan candaan balik dan tertawa keras. Tama menimpali,
cewek itu bodoh banget kalau mau cemburu hanya karena hal-hal seperti itu, tanggapnya.
Tapi bisa aja sih, aku aja tau pasanganku chatan sama temannya terkadang
cemburu padahal taka da apa-apa, apalagi memergoki suami sendiri bersama wanita
asing. Jadi wajar-wajar aja sih cemburu. Kami pun kembali saling menertawakan. Tak
terasa, mobil yang membawa kami sudah sampai di depan UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, tempat kami akan menginap selama di Bandung.
11 Februari 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar