Selasa, 05 Maret 2019

Perjalanan ke Bandung



Perjalananku ke Bandung bukan kali pertama, tapi perjalanan kali ini berbeda dengan perjalanan sebelum-sebelumnya, dulunya selalu berangkat sendiri sekarang berangkat rame-rame dengan teman-teman. Ini merupakan perjalanan yang menyenangkan, saya penganut garis keras “Perjalanan bukan tentang tempat yang indah tapi dengan siapa kita ke sana”. Tujuan saya dan teman-teman ke Bandung adalah untuk mengikuti seminar Internasional linguistic yang diadakan oleh STBA Yapari ABA Bandung. Seminar merupakan prasyarat wajib bagi mahasiswa Linguistik UGM sebelum maju untuk sidang agar terbebas dari review dosen, atau kalau tidak mengikuti seminar maka tesisnya akan direview oleh 5 dosen sebelum dinyakatan layak untuk diujiankan.

Kami berangkat menuju Bandung menggunakan kereta api Pasundan, kereta yang paling ekonomis dengan jadwal keberangkatan yang cocok untuk kami. Berangkat dari Jogja pukul 14:10 dan tiba di Bandung pukul 23:25, dengan harga 88.000. Kami (saya, Siti, Tama, Ani, Ana dan Caca ) janjian bertemu di stasiun. Caca yang sudah sampai lebih dulu mendapat bagian print tiket yang kami pesan melalui online, saya Tama dan Siti berangkat bersamaan dan paling terakhir sampai di stasiun. Kami sampai di stasiun sekitar pukul 13:50, lalu kami buru-buru ke outlet Bakpia kukus untuk membeli oleh-oleh untuk ustadz dan teman-teman Siti di Asrama, tempat gratis yang akan kami huni selama kami berada di Bandung.

Pukul 14:00 kami sudah naik ke kereta, menyimpan barang di tempat penyimpanan barang di atas tempat duduk dan di bawah kursi, lalu kami duduk sambil menertawakan satu sama lain. Oh iya, kebetulan hari itu, tanggal 11 Februari merupakan hari ulang tahun Ana, jadi kami memberinya kue ulang tahun dan juga kue untuk Caca yang ulang tahunnya sudah lewat beberapa hari. Ulang tahun kali ini dirayakan di atas kereta dengan disponsori makanan oleh ibunya Ana. Ana membawa bekal yang begitu banyak, hingga tercetus istilah warteg di atas kereta. Setiap orang sudah mendapat jatah makan yang telah dibungkus oleh ibunya Ana dan begitu banyak cemilan yang lain. Perut kenyang, hidup pun sejahtera. Sepanjang perjalanan kami terlibat obrolan yang begitu seru, dan dilanjutkan dengan bermain undercover. Sesekali orang-orang menatap kami yang kadang lepas control kala mengobrol dan tertawa.

Dalam perjalanan, sesaat sebelum kereta tiba di Purwokerto, Papanya Caca menelfon mengabarkan bahwa beliau juga telah membeli bekal untuk perjalanan kami. Caca diminta untuk turun sebentar saat kereta berhenti di stasiun Gombong, Alhamdulillah perjalanan kami memiliki banyak bekal yang membuat kami tidak lagi jajan di kereta.

Kereta terus melaju, melewati stasiun demi stasiun. Kami menghabiskan waktu dengan mengobrol, bermain undercover dan bermain ludo. Setelah maghrib kami pun sudah dihinggapi rasa bosan, akhirnya kami satu persatu tertidur. Perjalanan masih lumayan panjang. Satu dua orang mulai turun di stasiun stasiun pemberhentian, hingga di stasiun Ciamis dan Tasikmalaya gerbong 3 yang kami tempati sudah mulau lengang. Kami mencari tempat yang lowong untuk sekedar meluruskan badan. Tempat duduk kami sebelumnya adalah kursi 3-3 yang berhadapan, di samping kursi kami sudah ada yang kosong, saya pun pindah ke kursi tersebut.

Ada kejadian yang tak terduga dalam perjalanan kami. Saat melihat peluang di kursi sebelah kami yang kosong, saya pun memilih pindah, namun tak bisa rebahan disebabkan ibu yang duduk kursi depannya selonjoran, alhasil saya tetap dengan posisi tidur duduk, dan sempat diabadikan oleh Tama foto saya yang sedang tidur dengan posisi seperti tahiyat akhir. Hahaha. Tidak nyaman dengan posisi itu, saya melirik bangku dibelakang kursi kami, ternyata salah satu bangku tersebut kosong, meski di satu sisi sedang ditempati oleh seorang lelaki berpostur besar yang juga sedang tertidur. Beberapa kali berfikir hingga saya memutuskan untuk pindah ke kursi yang kosong tersebut, agar bisa rebahan. Waktu itu saya berfikir, toh juga tidurnya di kursi yang berbeda dan posisi tidur saya yang membelakangi lelaki tersebut. Saat rebahan di kursi tersebut saya sudah hilang ingatan, sudah larut dalam lautan mimpi. Hingga saya terbangun dan melihat sudah ada cewek yang duduk di bangku sebelah bersama lelaki yang saya lihat sebelum saya tidur tersebut. Melihat ada wanita yang duduk di situ saya tak lekas beranjak, malah kembali tidur dengan posisi yang lain. Hingga tiba pukul 23 saya pun mulai bangun dan beranjak dari tidur panjang lalu berbenah untuk persiapan turun. Saya kembali melirik wanita yang ada di depan saya, dia menatap saya dengan muka yang tidak mengenakkan. Saya pun memperhatikan gerak gerik wanita dan lelaki tersebut. Nampak dari cincin yang melingkar dari jari manis wanita tersebut menyiratkan bahwa mereka adalah sepasang suami istri. Istrinya menunggui suaminya yang berbenah dan bersih-bersih menjelang turun dari kereta. Saya pun belum beranjak dari tempat duduk yang sebelumnya saya gunakan untuk tidur tersebut, saya melirik teman-teman saya yang duduk di bangku yang berbeda, mereka tertawa dengan sangat puas. Saya hanya membalas dengan tertawa tanpa tau apa yang sebenarnya mereka tertawakan.

Pukul 23:20 terdenganr pemberitahuan dari awak kereta bahwa perjalanan kami akan segera berakhir di stasiun terakhir yakni stasiun Kiaracondong. Kami pun mempersiapkan barang bawaan kami dan bersiap-siap menuju pintu keluar. Tiba di stasiun ketawa mereka makin lepas, lalu mereka mulai bercerita tentang kejadian di kereta tadi. Sembari saya memesan go-car untuk menuju ke Asrama. Ternyata saat saya tidur terjadi perseteruan kecil antara suami istri yang duduk di depan saya tadi waktu di kereta. Katanya istrinya nampak marah saat mendapati suaminya sedang tidur bersama cewek lain, hahaha. Drama banget ya kata-katanya. Iya mendapati suaminya sedang tidur sebelahan dengan cewek lain. Istrinya bertanya “itu siapa” dan suaminya pun menjawab dengan muka lugunya “saya gak tau, dia tiba-tiba aja ada saat aku bangun”. Begitu cerita teman-temanku yang melihat pasangan suami istri itu berdebat di depan saya yang sedang tertidur pulas dan seolah-olah tanpa rasa berdosa. Hahaha setelah itu tawa kami meledak, saya kemudian merunut segala kejadian sebelumnya. Ternyata itu menjadi penyebab wanita cantik yang saya liat sebelumnya itu menatap saya dengan muka sinis. Nyatanya dia cemburu memergoki suaminya sedang bersama wanita lain, meskipun tidak terjadi apa-apa.

Sesaat kemudian gocar yang saya pesan menelfon dan mengabari kalau dia akan menjemput kami tepat di depan tempat mengambil karcis di bawah flyover. Obrolan kami berlanjut hingga kami naik di gocar dan menuju ke asrama. Mereka mengalamatkan kata “pelakor” sebagai kata candaan untuk saya. Saya yang meras tak berbuat apa-apa hanya menimpali dengan candaan balik dan tertawa keras. Tama menimpali, cewek itu bodoh banget kalau mau cemburu hanya karena hal-hal seperti itu, tanggapnya. Tapi bisa aja sih, aku aja tau pasanganku chatan sama temannya terkadang cemburu padahal taka da apa-apa, apalagi memergoki suami sendiri bersama wanita asing. Jadi wajar-wajar aja sih cemburu. Kami pun kembali saling menertawakan. Tak terasa, mobil yang membawa kami sudah sampai di depan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, tempat kami akan menginap selama di Bandung. 

Selamat datang di Bandung, selamat datang di UIN. Dan selamat mengukir kenangan sealama beberapa hari ke depan.
11 Februari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...