Hari
ini hari jumat, tanggung jawab akademik kami telah berakhir. Kami telah
melewati seminar dan sekarang waktunya menghibur diri dengan liburan. Tujuan
liburan kami hari ini adalah kawah putih, salah satu ikonik Jawa Barat.
Perjalanan dari kota Bandung menuju Kawah Putih ditempuh dalam waktu 2 jam,
kami menggunakan mobil rental yang dikemudikan oleh kak Andri, temannya Oky
yang sudah sejak 9 tahun lalu menetap di Bandung.
Syukurnya
kami diantar oleh kak Andri yang sudah hafal seluk beluk kota Bandung dan
kabupaten tetangga Bandung, jadi kami tak perlu menggunakan map untuk menuju
lokasi. Jalur yang dilewati pun adalah jalur tercepat, kak Andri sudah tahu
titik macet yang kemungkinan akan kami lewati, jadi dia memutuskan untuk lewat
jalan tol. Pilihan yang tepat.
Kami
berangkat dari asrama pukul 09.00 lebih beberapa menit, meninggalkan Tama yang
hari itu juga mau berangkat ke Jakarta. Dalam perjalanan, kami meminta kak
Andri memberhentikan mobilnya ketika mendapat warung makan, perut kami sudah
keroncongan. Dan kami tepat singgah di penjual lontong ayam. Sembari kami
makan, Oky dan kak Andri menunggu sambil mengobrol, karena mereka telah
terlebih dahulu sarapan di dekat asrama sebelum menjemput kami. Setelah makan
selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju kawah Putih. Tak terasa kami sudah
tiba di gerbang kawah putih.
FYI,
tiket masuk ke kawah putih sebesar 20.000, jika hendak menggunakan mobil
pribadi menuju ke lokasi kami harus membayar mobil 150.000, belum termasuk
penumpang. Selain kendaraan pribadi, terdapat beberapa angkot yang memang sudah
disediakan oleh pihak perhutani untuk angkut penumpang, tariff angkotnya 15.000
sudah PP, dari loket karcis sampai ke kawah putih jaraknya sekitar 4 KM dengan
kontur jalan berbelok dan menanjak, dan jalanan yang belum sepenuhnya beraspal.
Jadi saran untuk yang hendak ke kawah putih lebih baik naik angkot dari pada
menggunakan kendaraan pribadi, lebih aman nyaman dan murah. Total biaya masuk
angkot + karcis yakni 35.000.
Dari
tempat pemberhentian angkot, kita hanya butuh untuk berjalan sekitar 200 meter
hingga ke bibir kawah, oh iya. Saran lagi untuk yang hendak ke kawah putih,
lebih baik membeli masker terlebih dahulu, karena bau belerang kawah lumayan
menyengat. Setelah perjalanan sekitar 200 meter, mata kami langsung disuguhkan
pemandangan kawah putih yang terhampar luas nan indah, dikelilingi beberapa
pohon mati yang menambah keindahan kawah tersebut. Tak perlu khawatir bagi yang
tidak membawa kamera, di sana banyak warga lokal yang menawarkan jasa foto
langsung jadi hanya dengan membayar 10.000.
Kami
seliweran ke sana kemari untuk mencari spot foto yang pas, alhamdulillahnya
hari itu tidak begitu ramai. Jadi kami bebas memilih tempat foto tanpa harus
berlomba dengan orang lain yang mempunyai niat yang sama. Kami menghabiskan
waktu sekita sejam untuk foto-foto. Oh iya, selain masker dianjurkan membawa
jaket karena cuaca dingin dan juga topi karena matahari begitu menyengat.
Puas
berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan menuju ke Situ Patenggang, katanya di
sana ada spot foto yang bagus yakni di kapal phinisi yang sudah disulap menjadi
sebuah restoran yang mewah. Tiket masuk ke Situ Patenggang sebesar 20.000,
hanya sampai ke Kapal Phinisi, jika hendak berkeliling menggunakan mobil mini
dan menikmati semua fasilitas yang ada tiketnya menjadi 50.000. Namun
sayangnya, saat kami menuju Situ Patenggang langit yang sedari tadi mendung
tiba-tiba membuahkan hujan yang begitu derasnya. Jadi kami memilih untuk
membeli tiket yang biasa.
Masih
dalam keadaan hujan deras, mobil melaju menuju lokasi kapal. Disisi kiri dan
kanan jalan terhampar kebun teh yang begitu luas. Sesampainya kami di lokasi
mobil langsung diparkir lalu kami menuju ke kapal. Ada kejadian lucu saat kami
tiba di pintu masuk menuju ke kapal. Tiket yang kami miliki ternyata tidak bisa
digunakan untuk melewati jembatan, tiket yang kami beli memiliki jalan yang
lain. Harus lewat samping lalu masuk lewat pintu belakang. Perjalanan sekiatr
100 meter dan itu sangat terasa karena harus turun lalu naik dalam keadaan
hujan. Menjadi sahabat missqueen ternyata memberikan banyak sekali pelajaran hidup.
Belajar untuk menikmati segala kesusahan. Kami hanya saling menertawai satu
sama lain, menertawakan nasib kami yang hujan-hujanan karena hanya memiliki
tiket masuk yang biasa.
Sesampainya
di atas kapal kami hanya foto-foto tanpa membeli makanan atau minuman apapun,
harganya lumayan mahal untuk kami mahasiswa missqueen yang sedang menyambi
liburan ditengah kemumetan tugas akhir. Lagi-lagi karena hujan foto yang
diambil pun terbatas, dengan latar belakang yang seadanya. Tapi tak apa,
setidaknya kami sudah menginjakkan kaki di Situ Patenggang.
Puas
foto-foto, hari sudah sore, perut pun mulai keroncongan. Masih dalam situasi
hujan, kami memutuskan untuk balik. Dan makan indomie + telur di pinggir jalan
adalah pilihan terbaik, mengingat cuaca yang begitu dingin, makan indomie
adalah pilihan yang tepat. Kak Andri mengendarai mobil menuju jalan balik, dan
berhenti di warung pinggir jalan pas di samping kebun teh. Perpaduan yang
sempurna. Kami pun memesan indomie untuk mengisi kekosongan perut kami, sembari
menunggu kami bermain undercover. Dan tak lama kemudian makanannya datang.
Perut kenyang, hati pun senang. Tujuan selanjutnya adalah foto-foto di hamparan
kebun teh yang luas yang berada pas di depan warung makan, masuknya pun gratis
tis tis.
Jarum
jam sudah menunjukkan pukul 17 lewat saat kami selesai melakukan ritual foto di
kebun teh. Tujuan kami selanjutnya adalah Cibaduyut, Ana dan Aad berencana
untuk belanja. Sesampainya di Cibaduyut tampak raut muka kecewa mereka,
ternyata Cibaduyut tidak sesuai ekspektasi. Ekspektasi mereka akan mendapati
toko toko sepatu atau tas yang menjual produk asli dari kulit, nyatanya saat
kami di Cibaduyut terhampar banyak toko yang menjual produk-produk yang tidak
asli dari kulit, namun keunggulannya adalah harga yang relative murah.
Toko-toko yang terhampar di Cibaduyut tak jauh beda dengan toko sepatu yang ada
di jalan Mataram, Yogyakarta. Alhasil, kami pulang tanpa membeli apa-apa.
Kak
Andri dan Oky yang baik hati, lalu mengantarkan Aad menuju toko sepatu branded
yang ada di Bandung, toko pertama tak ada yang srek, barulah di toko kedua Aad
membeli sepatu. Dengan kualitas yang lumayan dan harga yang relative lebih
murah. Selesai membeli sepatu, kami berencana menuju toko oleh-oleh, Kartika
sari dan Makuta. Namun saat kami tiba di depan toko, semuanya sudah tutup. Kami
mengira tokonya tutup pukul 22.00, nyatanya tutup lebih awal. Yakni pukul
21.00. Tujuan akhir kami sebelum balik ke asrama masing-masing yakni makan, dan
terpilihlah warung makan yanga da di depan ITB untuk menjadi labuhan terakhir
kami hari itu. Kami menutup hari dengan makan dan kembali ke asrama
masing-masing.
Terima
kasih untuk Oky dan kak Andri yang sudah menjadi guide kami seharian dan telah
mengantar kami dengan sepenuh hati.
15 Februari 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar