Selasa, 05 Maret 2019

Bandung dan wisata kawah putih



DAY 4
Hari ini hari jumat, tanggung jawab akademik kami telah berakhir. Kami telah melewati seminar dan sekarang waktunya menghibur diri dengan liburan. Tujuan liburan kami hari ini adalah kawah putih, salah satu ikonik Jawa Barat. Perjalanan dari kota Bandung menuju Kawah Putih ditempuh dalam waktu 2 jam, kami menggunakan mobil rental yang dikemudikan oleh kak Andri, temannya Oky yang sudah sejak 9 tahun lalu menetap di Bandung.

Syukurnya kami diantar oleh kak Andri yang sudah hafal seluk beluk kota Bandung dan kabupaten tetangga Bandung, jadi kami tak perlu menggunakan map untuk menuju lokasi. Jalur yang dilewati pun adalah jalur tercepat, kak Andri sudah tahu titik macet yang kemungkinan akan kami lewati, jadi dia memutuskan untuk lewat jalan tol. Pilihan yang tepat.

Kami berangkat dari asrama pukul 09.00 lebih beberapa menit, meninggalkan Tama yang hari itu juga mau berangkat ke Jakarta. Dalam perjalanan, kami meminta kak Andri memberhentikan mobilnya ketika mendapat warung makan, perut kami sudah keroncongan. Dan kami tepat singgah di penjual lontong ayam. Sembari kami makan, Oky dan kak Andri menunggu sambil mengobrol, karena mereka telah terlebih dahulu sarapan di dekat asrama sebelum menjemput kami. Setelah makan selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju kawah Putih. Tak terasa kami sudah tiba di gerbang kawah putih.

FYI, tiket masuk ke kawah putih sebesar 20.000, jika hendak menggunakan mobil pribadi menuju ke lokasi kami harus membayar mobil 150.000, belum termasuk penumpang. Selain kendaraan pribadi, terdapat beberapa angkot yang memang sudah disediakan oleh pihak perhutani untuk angkut penumpang, tariff angkotnya 15.000 sudah PP, dari loket karcis sampai ke kawah putih jaraknya sekitar 4 KM dengan kontur jalan berbelok dan menanjak, dan jalanan yang belum sepenuhnya beraspal. Jadi saran untuk yang hendak ke kawah putih lebih baik naik angkot dari pada menggunakan kendaraan pribadi, lebih aman nyaman dan murah. Total biaya masuk angkot + karcis yakni 35.000.

Dari tempat pemberhentian angkot, kita hanya butuh untuk berjalan sekitar 200 meter hingga ke bibir kawah, oh iya. Saran lagi untuk yang hendak ke kawah putih, lebih baik membeli masker terlebih dahulu, karena bau belerang kawah lumayan menyengat. Setelah perjalanan sekitar 200 meter, mata kami langsung disuguhkan pemandangan kawah putih yang terhampar luas nan indah, dikelilingi beberapa pohon mati yang menambah keindahan kawah tersebut. Tak perlu khawatir bagi yang tidak membawa kamera, di sana banyak warga lokal yang menawarkan jasa foto langsung jadi hanya dengan membayar 10.000.

Kami seliweran ke sana kemari untuk mencari spot foto yang pas, alhamdulillahnya hari itu tidak begitu ramai. Jadi kami bebas memilih tempat foto tanpa harus berlomba dengan orang lain yang mempunyai niat yang sama. Kami menghabiskan waktu sekita sejam untuk foto-foto. Oh iya, selain masker dianjurkan membawa jaket karena cuaca dingin dan juga topi karena matahari begitu menyengat.

Puas berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan menuju ke Situ Patenggang, katanya di sana ada spot foto yang bagus yakni di kapal phinisi yang sudah disulap menjadi sebuah restoran yang mewah. Tiket masuk ke Situ Patenggang sebesar 20.000, hanya sampai ke Kapal Phinisi, jika hendak berkeliling menggunakan mobil mini dan menikmati semua fasilitas yang ada tiketnya menjadi 50.000. Namun sayangnya, saat kami menuju Situ Patenggang langit yang sedari tadi mendung tiba-tiba membuahkan hujan yang begitu derasnya. Jadi kami memilih untuk membeli tiket yang biasa.
Masih dalam keadaan hujan deras, mobil melaju menuju lokasi kapal. Disisi kiri dan kanan jalan terhampar kebun teh yang begitu luas. Sesampainya kami di lokasi mobil langsung diparkir lalu kami menuju ke kapal. Ada kejadian lucu saat kami tiba di pintu masuk menuju ke kapal. Tiket yang kami miliki ternyata tidak bisa digunakan untuk melewati jembatan, tiket yang kami beli memiliki jalan yang lain. Harus lewat samping lalu masuk lewat pintu belakang. Perjalanan sekiatr 100 meter dan itu sangat terasa karena harus turun lalu naik dalam keadaan hujan. Menjadi sahabat missqueen ternyata memberikan banyak sekali pelajaran hidup. Belajar untuk menikmati segala kesusahan. Kami hanya saling menertawai satu sama lain, menertawakan nasib kami yang hujan-hujanan karena hanya memiliki tiket masuk yang biasa.

Sesampainya di atas kapal kami hanya foto-foto tanpa membeli makanan atau minuman apapun, harganya lumayan mahal untuk kami mahasiswa missqueen yang sedang menyambi liburan ditengah kemumetan tugas akhir. Lagi-lagi karena hujan foto yang diambil pun terbatas, dengan latar belakang yang seadanya. Tapi tak apa, setidaknya kami sudah menginjakkan kaki di Situ Patenggang.

Puas foto-foto, hari sudah sore, perut pun mulai keroncongan. Masih dalam situasi hujan, kami memutuskan untuk balik. Dan makan indomie + telur di pinggir jalan adalah pilihan terbaik, mengingat cuaca yang begitu dingin, makan indomie adalah pilihan yang tepat. Kak Andri mengendarai mobil menuju jalan balik, dan berhenti di warung pinggir jalan pas di samping kebun teh. Perpaduan yang sempurna. Kami pun memesan indomie untuk mengisi kekosongan perut kami, sembari menunggu kami bermain undercover. Dan tak lama kemudian makanannya datang. Perut kenyang, hati pun senang. Tujuan selanjutnya adalah foto-foto di hamparan kebun teh yang luas yang berada pas di depan warung makan, masuknya pun gratis tis tis.  

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 17 lewat saat kami selesai melakukan ritual foto di kebun teh. Tujuan kami selanjutnya adalah Cibaduyut, Ana dan Aad berencana untuk belanja. Sesampainya di Cibaduyut tampak raut muka kecewa mereka, ternyata Cibaduyut tidak sesuai ekspektasi. Ekspektasi mereka akan mendapati toko toko sepatu atau tas yang menjual produk asli dari kulit, nyatanya saat kami di Cibaduyut terhampar banyak toko yang menjual produk-produk yang tidak asli dari kulit, namun keunggulannya adalah harga yang relative murah. Toko-toko yang terhampar di Cibaduyut tak jauh beda dengan toko sepatu yang ada di jalan Mataram, Yogyakarta. Alhasil, kami pulang tanpa membeli apa-apa.

Kak Andri dan Oky yang baik hati, lalu mengantarkan Aad menuju toko sepatu branded yang ada di Bandung, toko pertama tak ada yang srek, barulah di toko kedua Aad membeli sepatu. Dengan kualitas yang lumayan dan harga yang relative lebih murah. Selesai membeli sepatu, kami berencana menuju toko oleh-oleh, Kartika sari dan Makuta. Namun saat kami tiba di depan toko, semuanya sudah tutup. Kami mengira tokonya tutup pukul 22.00, nyatanya tutup lebih awal. Yakni pukul 21.00. Tujuan akhir kami sebelum balik ke asrama masing-masing yakni makan, dan terpilihlah warung makan yanga da di depan ITB untuk menjadi labuhan terakhir kami hari itu. Kami menutup hari dengan makan dan kembali ke asrama masing-masing.

Terima kasih untuk Oky dan kak Andri yang sudah menjadi guide kami seharian dan telah mengantar kami dengan sepenuh hati.



15 Februari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...